Crossroads (1986): Penebusan di Persimpangan Jalan
Columbia Pictures |
Musik blues merupakan hal yang unik, sendu, melankolis, cenderung bernuansa gelap, meski terkadang bisa enerjik dan penuh hasat. Film Crossroads bertemakan musik blues, dengan kisah seorang musisi blues yang ingin menebus masa lalunya di persimpangan jalan, setelah mengingkari perjanjian mistis.
Film ini terinspirasi dari figur nyata seorang musisi blues bernama Robert Johnson asal Mississippi yang berkarya di tahun 30'an, yang populer melalui legenda perjanjiannya dengan iblis di sebuah persimpangan jalan.
Adalah John Fusco, seorang mahasiswa magister sekaligus musisi blues jalanan, membuat tesis yang kemudian dijual kepada Columbia Pictures, sehingga menjadi sebuah skenario film Crossroads. Film drama musikal ini disutradarai oleh sineas yang biasa mengarahkan banyak film aksi laga era 80’an, yakni Walter Hill.
Crossroads menceritakan tentang seorang anak remaja penggemar, pengkoleksi dan peneliti musik blues, bernama Eugene (Ralph Macchio). Ia adalah murid studi musik klasik di kota New York.
Dalam penelitiannya, ia mengetahui legenda yang dilakukan musisi Robert Johnson, sekaligus tertarik dengan kabar hilangnya lagu terkahir karya Johnson yang tidak pernah ditemukan.
Terobsesi, Eugene pun menghampiri seorang kawan Johnson bernama Willie Brown (Joe Seneca) yang kini berada di dalam sebuah rumah sakit penjara di New York, karena kasus pembunuhan.
Awalnya Brown menolak, namun setelah Eugene terus memprovokasinya melalui foto yang merujuk dirinya, maka merekapun diam-diam akhirnya berangkat menuju Mississippi.
Dalam penelitiannya, ia mengetahui legenda yang dilakukan musisi Robert Johnson, sekaligus tertarik dengan kabar hilangnya lagu terkahir karya Johnson yang tidak pernah ditemukan.
Terobsesi, Eugene pun menghampiri seorang kawan Johnson bernama Willie Brown (Joe Seneca) yang kini berada di dalam sebuah rumah sakit penjara di New York, karena kasus pembunuhan.
Awalnya Brown menolak, namun setelah Eugene terus memprovokasinya melalui foto yang merujuk dirinya, maka merekapun diam-diam akhirnya berangkat menuju Mississippi.
Perjalanan mereka ternyata tidak semulus yang diperkirakan, termasuk saat bertemu dengan Frances (Jami Gertz), seorang gadis pelarian dari Philadelphia menuju Los Angeles, hingga berbagai petualangan tak terduga pun mereka alami.
Narasi film Crossroads dibuat menarik dari awal cerita, melalui karakter Eugene yang terobsesi dengan legenda Johnson disertai aspek mistis dari petualangannya dengan Brown.
Awal pertemuan mereka menyingkap sebuah misteri yang tertuju pada penebusan Brown di masa lalunya, indikasi simbiosis dualisme yang saling mendukung kepentingan masing-masing.
Awal pertemuan mereka menyingkap sebuah misteri yang tertuju pada penebusan Brown di masa lalunya, indikasi simbiosis dualisme yang saling mendukung kepentingan masing-masing.
Sejumlah peristiwa menarik pun mereka alami, seperti mengamen musik blues, berkonfrontasi dengan pemilik klub, berurusan dengan Sheriff lokal, serta sebuah insiden yang mengakibatkan mereka manggung di sebuah bar kulit hitam.
Walter Hill ternyata membuat saya takjub akan arahan yang mumpuni terhadap film drama misteri ini, yang didukung oleh performa para aktor/aktrisnya, serta tentunya koreografi yang keren dan mampu membangkitkan emosi terhadap atmosfir meriah pada beberapa adegan musikal.
Meski karakter utamanya adalah Eugene, namun berkat performa terbaik dari Joe Seneca sebagai Brown, berhasil menyeimbangkan dua karakter dari dua generasi yang jauh berbeda meski memiliki hasrat yang sama.
Meski karakter utamanya adalah Eugene, namun berkat performa terbaik dari Joe Seneca sebagai Brown, berhasil menyeimbangkan dua karakter dari dua generasi yang jauh berbeda meski memiliki hasrat yang sama.
Sebagai seorang kakek berusia lanjut, karakter Brown masih memiliki fisik prima saat memainkan harmonika dan membawakan lagu di atas panggung. Bagaimana ia membawakan karakternya disaat sedih, ketakutan, marah, gembira dan berjingkrak-jingkrak, dilakukannya dengan sangat baik dan natural.
Performa Ralph Macchio sebagai Eugene di film ini mungkin salah satu yang terbaik, selain dalam film The Karate Kid (1984). Sebagai seorang remaja yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya, ia mulai keluar dari zona nyaman kehidupan seorang anak sekolah.
Meski tampak kenaifan dan keraguan di awal petualangannya, namun keseriusan dan tekadnya yang meyakini Brown untuk sebuah misi penting.
Performa Ralph Macchio sebagai Eugene di film ini mungkin salah satu yang terbaik, selain dalam film The Karate Kid (1984). Sebagai seorang remaja yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya, ia mulai keluar dari zona nyaman kehidupan seorang anak sekolah.
Meski tampak kenaifan dan keraguan di awal petualangannya, namun keseriusan dan tekadnya yang meyakini Brown untuk sebuah misi penting.
Kedimanisan serta pasang-surut hubungan Eugene dan Brown begitu emosional, melalui dialog dan adegan. Meski tampaknya Eugene tidak menganggap Brown seperti father figure, namun banyak pelajaran, nilai filosofis serta dukungan moral yang didapatnya.
Malah Brown berperan sebagai "manajer" Eugene, ketika sedang bernegosiasi dengan pemilik toko alat musik, atau pemilik mobil bekas misalnya, serta ia pula yang menyelamatkan Eugene dan Frances ketika mereka ada di bar kulit hitam.
Begitu pula dengan performa Jami Gertz sebagai Francis yang mampu menghadirkan chemistry kuat dengan mereka, meski awalnya terkesan galak, skeptis serta jutek.
Yang menarik di film ini yakni gitaris Steve Vai. Ia berperan menjadi salah satu musisi andalan Legba, sosok misterius yang memiliki keterikatan dengan Brown.
Dalam sebuah adegan, diperlihatkan Vai berduel dengan Eugene dalam kontes, layaknya sebuah klip video musik rock, koreografi di adegan tersebut ditampilkan dengan performa yang keren dan menarik.
Dalam sebuah adegan, diperlihatkan Vai berduel dengan Eugene dalam kontes, layaknya sebuah klip video musik rock, koreografi di adegan tersebut ditampilkan dengan performa yang keren dan menarik.
Baca juga: Cobra Kai: Tidak Ada Hitam Versus Putih
Sayangnya performa Macchio ketika memainkan gitarnya itu terkesan agak kaku dan kurang stylish, terutama dalam adegan duel dengan Vai, meski digambarkan begitu grogi dan tegang, karena berhadapan dengan "Dewa Gitar".
Penuturan cerita film juga divisualisasikan oleh warna hitam-putih dalam beberapa adegan flashback, sehingga menguatkan suasana klasik yang mengisahkan sosok Johnson, Brown serta Legba versi muda muda di tahun 30’an.
Begitu pula dengan sinematografi akan visual terhadap suasana khas di wilayah Mississippi atau rural country melalui setting khas berupa jembatan, sungai, pemukiman hingga kota kecil dengan berbagai suasana yang mendukung, disertai original score yang dimainkan Ry Cooder dengan irama blues yang kental.
Crossroads menyajikan kisah menarik tentang obsesi dan penebusan masa lalu di sebuah persimpangan jalan, dengan berbagai adegan drama misteri yang membuat penasaran menuju akhir cerita, meski terkadang ada beberapa kejenuhan yang terasa karena minimnya kejutan serta penyelesaian akhir cerita yang lebih rendah dari ekspektasi.
Score: 3 / 4 stars
Crossroads | 1986 | Drama, Misteri, Petualangan, Musikal | Pemain: Ralph Macchio, Joe Seneca, Jami Gertz | Sutradara: Walter Hill | Produser: Mark Carliner | Penulis: John Fusco | Musik: Ry Cooder | Sinematografi: John Bailey | Distributor: Columbia Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 96 Menit
Crossroads | 1986 | Drama, Misteri, Petualangan, Musikal | Pemain: Ralph Macchio, Joe Seneca, Jami Gertz | Sutradara: Walter Hill | Produser: Mark Carliner | Penulis: John Fusco | Musik: Ry Cooder | Sinematografi: John Bailey | Distributor: Columbia Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 96 Menit
Comments
Post a Comment