6 Film ‘Rocky’ yang Wajib Anda Tonton
United Artists, MGM Pictures |
Film Creed II (2018) yang sedang tayang bioskop, mengangkat kembali nostalgia ketika Rocky berhadapan dengan Ivan Drago di film Rocky IV (1985), melalui Adonis Creed, putra dari Apollo Creed dengan Viktor Drago, putra dari Ivan Drago.
Dua film Creed tersebut adalah sempalan dari 6 film Rocky dan ada yang mengatakan bahwa film Creed dan Creed II sebagai film 'Rocky' yang ke-7 serta ke-8. Khususnya bagi generasi terkini, jika anda menyukai kedua film Creed, maka anda wajib untuk menonton 6 film Rocky tersebut.
Baca juga: Creed (2015): Spin-Off 'Rocky' Terbaik
Dirilis sejak empat dekade silam atau tepatnya tahun 1976, film yang mengisahkan perjalanan seorang petinju Rocky Balboa mengalami pasang-surut karir dan keluarganya, perseteruan sekaligus persahabatannya dengan Apollo Creed, serta dua lawan tangguh ikonik yakni Clubber Lang dan Ivan Drago.
Ide segar Stallone sebagai penulis berbakat sekaligus menjadi karakter utamanya, otomatis merubah statusnya sebagai mega bintang dari seorang aktor ‘miskin’ yang tak dikenal.
Kesuksesan film Rocky itulah yang mengantarkan 10 nominasi Oscar dan meraih 3 penghargaan termasuk Best Picture dan Best Director.
Era 80’an adalah puncak kejayaan waralaba Rocky yang memberikan pengaruh besar terhadap budaya populer sebagai karakter petinju ikonik kebanggaan Amerika, dari mulai celana tinju yang dikenakannya, hingga patungnya dekat “72 steps” di area Museum of Arts, Philadelphia.
Berikut adalah ulasan sekilas 6 film Rocky yang wajib anda tonton:
Sang juara bertahan petinju kelas berat asal Philadelphia, Apollo Creed (Carl Weathers) akan bertanding dalam sebuah acara besar, sedang mencari seorang penantang baru berupa petinju lokal, yang kemudian pilihan jatuh kepada Robert “Rocky” Balboa yang dijuluki “The Italian Stallion” (Sylvester Stallone), dengan ambisi dan motivasi besar.
Rocky dilatih oleh Mickey “Mighty Mick” Goldmill (Burgess Meredith) yang sering mengkritiknya karena membuang-buang potensi besar selama ini. Melalui temannya bernama Paulie (Burt Young), Rocky bertemu dengan Adrian (Talia Shire) dan akhirnya mereka menjalin hubungan romantis. Sementara itu, pertandingannya dengan Apollo pun semakin dekat, mampukah Rocky mengalahkannya?
Film Rocky adalah langkah awal seorang karakter yang mentransformasikan dirinya “from zero to hero”, bagaimana ia membuktikan dan menemukan jati serta potensi diri dalam perjalanan menuju sebuah titik terang karirnya.
Film ini mengeksplorasi karakter dan hubungan antar manusia dengan beragam permasalahan dalam menjalani proses, menemukan solusi, serta sebuah konklusi yang memiliki efek positif dan pelajaran berharga.
Mulai dari pembentukan karakter Rocky yang akhirnya temotivasi ingin menjadi nomor satu, Mickey yang selalu mendukungnya, Adrian yang mulai membuka diri, serta Paulie yang akhirnya mau mengakui kepopuleran Rocky. Sedangkan keangkuhan Apollo mulai teruji dan tergoyahkan.
Semuanya diperlihatkan melalui berbagai adegan dan dialog yang menarik. Banyak pula penyuguhan adegan aksi ketika Rocky latihan lari, setting lokasi “72 steps” yang ikonik tentunya, hingga adegan pertarungan dramatis yang sulit ditebak pada akhirnya.
Tentu saja promosi kota Philadelphia, mulai dari sudut kota, apartemen sederhana yang ditempati Rocky, sasana tinju Mighty’s Mickey Boxing yang terletak di sudut ujung jalan, hingga saat fajar menyingsing ketika Rocky berada di depan Museum of Art.
Tak ketinggalan tema musik ikonik dari Bill Conti yakni Gonna Fly Now dan puncak pertandingan saat The Final Bell dimainkan, lalu Rocky dengan mukanya yang lebam sambil berteriak kencang “Adriaaan!!! Adriaaan!!!”, berhasil membuat saya begitu terharu.
Film Rocky adalah bukti talenta Stallone akan keberhasilan karyanya untuk mengenalkan sosok Rocky Balboa sebagai simbol pahlawan dalam mencapai sebuah gol tertinggi, serta kepiawaian sineas John G. Avildsen dalam mengarahkan ceritanya dengan sangat menarik.
Score : 4 / 4 stars
Apollo (Carl Weathers) yang masih kesal dan penasaran, menantang Rocky (Sylvester Stallone) untuk pertandingan ulang, namun Rocky menolaknya dan akan pensiun dari dunia tinju. Rocky yang kini hidup lebih mapan melamar Adrian (Talia Shire) dan mereka pun menikah.
Sedangkan Apollo menerima banyak cercaan terhadap dirinya, semakin terobsesi untuk bertanding ulang, namun Rocky tetap enggan melakukannya hingga pada suatu saat ia sedang kesulitan finansial akibat sulitnya mencari pekerjaan.
Rocky pun yang tidak punya pilihan lagi, mendatangi Mickey (Burgess Meredith) untuk melatih dan memanajerinya yang juga awalnya enggan namun akhirnya bersedia, setelah Apollo memanas-manasinya dengan menantang dan menghina Rocky di depan publik.
Adrian tidak setuju jika Rocky kembali bertinju karena khawatir kondisi kesehatannya, serta konfrontasinya dengan Paulie (Burt Young), yang gusar karena Adrian tidak mendukung Rocky. Dengan kondisi Adrian sedang hamil, Rocky pun sulit konsentrasi dalam latihan, sementara pertandingan dengan Apollo semakin dekat.
Stallone yang kembali menulis cerita sekaligus mengambil alih bangku sutradara di film ini, dianggap cukup berhasil dalam membuat narasi menjadi lebih kompleks tanpa kehilangan kualitas dan berbagai elemen dari film sebelumnya.
Meski tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam premisnya, yakni pertandingan ulang antara Rocky dan Apollo, namun segala intrik dan konflik yang terjadi terhadap berbagai karakter itu, menjadi lebih hidup serta dramatisasi adegan pun masih disajikan dengan apik.
Score : 3.5 / 4 stars
Tiga tahun berselang, Rocky (Sylvester Stallone) adalah seorang petinju terbaik dan seorang juara bertahan. Ia semakin populer bak selebriti, termasuk dalam sebuah pertandingan eksebisi untuk amal melawan pegulat Thunderlips (Hulk Hogan).
Namun sebuah tragedi menghampiri dirinya, saat ia meremehkan tantangan petinju beringas yakni James “Clubber” Lang (Mr. T) yang berakhir dengan kekalahan dirinya di atas ring tinju serta kematian mendadak Mickey, hingga secara tak terduga, Apollo (Carl Weathers) menawarkan Rocky untuk melatihnya.
Awalnya Rocky enggan akibat penurunan moral dan keputusasaan, namun ia kembali memperoleh momentum saat Adrian (Talia Shire) membantunya untuk berdamai dengan kematian Mickey. Akhirnya ia dilatih oleh Apollo dan keduanya menjadi akrab, namun ada satu permintaan khusus dari Apollo terhadap Rocky.
Stallone masih melanjutkan tradisi film Rocky dengan menulis kelanjutan cerita dan menyutradarai untuk kedua kalinya, disaat Rocky Balboa harus berhadapan dengan petinju antagonis yang lebih kuat dan buas.
Filosofi film Rocky III yakni tentang perjuangan untuk bangkit dan mengenali kembali kekuatan diri sendiri, serta berusaha untuk melepaskan kepergian seorang ‘figur ayah’ sekaligus mentornya, yakni Mickey.
Masih dengan gaya yang sama, film ini mendramatisir pertandingan akhir dengan berbagai aksi seru serta intens, karakter Rocky dibuat lebih emosional serta begejolak dalam dinamika jiwanya, juga menjadi awal persahabatan Rocky dan Apollo tentang dua karakter yang saling melengkapi dalam menghadapi lawan yang tangguh.
Tema lagu Eye of the Tiger yang dilantunkan oleh Survivor tentu saja mewarnai semangat perjuangan untuk bertarung hingga akhir.
Score : 3.5 / 4 stars
Petinju Uni Soviet terbaik, Ivan Drago (Dolph Lundgren) bersama istrinya, Ludmilla (Brigitte Nielsen) tiba di Amerika Serikat untuk mempromosikan superioritas mereka dalam dunia tinju.
Termotivasi oleh rasa patriotisme dan pembuktian diri, Apollo Creed (Carl Weathers) menantang Drago untuk pertandingan eksebisi. Rocky Balboa (Sylvester Stallone) yang merasa khawatir akhirnya setuju untuk mendampingi Apollo dalam pertandingan itu.
Namun apa yang dikhawatirkan oleh Rocky terjadi, terlebih dengan tewasnya Apollo di tangan Drago. Atas kemarahan dan kebencian karena Perang Dingin antar kedua negara tersebut, Rocky menantang Drago untuk bertanding, maka kedua belah pihak setuju asal dilakukan di Uni Soviet pada malam Natal.
Tanpa didampingi Adrian (Talia Shire) yang menentangnya dan Paulie (Burt Young), Rocky bersama pelatihnya, Tony “Duke” Evers (Tony Burton) berlatih di Uni Soviet untuk mempersiapkan pertandingan terbesar dalam Perang Dingin.
Cerita yang masih ditulis dan untuk kali terakhir disutradarai oleh Stallone, film yang bersamaan dengan Rambo : First Blood Part II, menjadi salah satu alat propaganda klise di era tersebut, sebelum runtuhnya Komunisme dan bubarnya Uni Soviet.
Hal itu jelas tercermin dari karakter Ivan Drago yang digambarkan seperti ‘monster’ dengan ekspresi dingin serta gaya latihan seperti robot atau mesin. Sedangkan karakter Apollo dengan keangkuhannya, dalam pembukaan pertandingan eksebisi menunjukkan kepada negara seterunya, terkesan akan bagaimana Amerika lebih unggul dalam kemajuan peradaban.
Premisnya pun tidak menawarkan hal baru, yakni balas dendam sekaligus ajang pembuktian diri dan negara menjadi sajian utamanya. Hasil akhirnya adalah kontras dengan apa yang dialami Ivan Drago di kemudian hari dalam film Creed II (2018). Namun banyak adegan aksi mengejutkan terjadi dalam pertandingan tersebut, yang disajikan lebih brutal sekaligus estetis.
Lagu Eye of the Tiger sekali lagi dimainkan, ditambah dengan Burning Heart dari grup band yang sama, sedangkan komposer kali ini ditangani oleh Vince DiCola. Di film ini pula Rocky mengenakan trunk peninggalan dari Apollo yang ikonik itu.
Meski tidak disambut dengan kritik baik, nyatanya film ini adalah film Rocky terlaris dengan pendapatan 300 juta U.S. Dollar di seluruh dunia. Sebuah formula sederhana dari Stallone, namun efektif akan sebuah hiburan yang menggenjot adrenalin, serta tentunya kehadiran karakter antagonis ikonik Ivan Drago.
Score : 3 / 4 stars
Setelah pertandingan versus Drago di Uni Soviet, Rocky (Sylvester Stallone), Adrian (Talia Shire) serta Paulie (Burt Young) kembali ke Amerika, namun Rocky dinyatakan bangkrut akibat ulah Paulie yang secara diam-diam melakukan kesalahan investasi.
Atas saran seorang promotor, Rocky ditawari pertandingan melawan petinju bernama Cane, namun ia didiagnosa kerusakan otak oleh dokter, sehingga harus pensiun. Dalam krisis finansial, ia berinisiasi untuk mengelola Mighty Mick’s Boxing Gym, sedangkan Adrian kembali bekerja di tempat lama.
Rocky melihat potensi seorang petinju bernama Tommy Gunn (Tommy Morrison), lalu melatih dan menjadi manajernya hingga semakin berprestasi, namun berakibat hubungan dengan anaknya, Robert Balboa (Sage Stallone) menjadi renggang.
Kekecewaan Rocky terhadap Gunn kian besar, setelah ia dicampakkan oleh ketenaran akan gaya hidup, setelah dibujuk oleh seorang promotor. Hubungan mereka berakhir setelah Gunn kian meremahkan dirinya dan menghina Adrian, setelah mengalahkan Cane dalam sebuah pertandingan.
Publik kecewa dengan Gunn, sehingga ia yang gusar pun menantang Rocky yang akhirnya menerima tantangan tersebut dengan satu syarat.
Boleh dikatakan bahwa film ini adalah yang terburuk, karena dirasa Stallone membuat cerita yang tidak memiliki poin menarik akan pengaruh besar Rocky, terutama penyelesaian akhir cerita yang terasa ambigu.
Meski sineas orisinal John G. Avildsen kembali menangani film ini, namun rasanya tak mampu menghidupkan kembali semua karakter yang ada melalui pendalaman hubungan yang emosional. Tidak banyak yang bisa dibahas di film ini, selain melupakannya karena tidak menimbulkan kesan istimewa.
Score : 1.5 / 4 stars
Rocky (Sylvester Stallone) kini hidup tenang dengan mengelola sebuah restoran bernama Adrian’s demi mengenang kematian istrinya. Ia berjuang melawan kesedihan sepeninggal istrinya, membangun kembali hubungan dengan anaknya, Robert (Milo Ventimiglia) yang kini juga berjuang dalam pekerjaannya.
Sementara, seorang petinju bernama Mason “The Line” Dixon (Antonio Tarver) menjadi jemawa karena tidak ada penantang yang bisa mengalahkannya. Di satu kesempatan, ESPN menayangkan sebuah simulasi digital pertandingan antara Dixon dengan Rocky yang kini menjadi legenda publik, yang berakhir dengan kemenangan K.O. dari Rocky.
Hal itulah yang memotivasi kembalinya Rocky untuk berlatih tinju dan mendapatkan kembali lisensinya. Promotor Dixon pun berencana untuk mengadakan pertandingan eksebisi antara Rocky dan Dixon untuk mendulang kembali popularitas Dixon, setelah diolok-olok publik.
Meski awalnya Rocky dan Dixon enggan, akhirnya mereka bersedia serta kemunculan Duke (Tony Burton) yang kembali melatih Rocky. Namun di sisi lain, Robert berusaha menyurutkan asa pertandingan, dengan menyalahkan kegagalan dirinya dalam bekerja akibat dibayang-bayangi oleh status selebriti ayahnya.
Stallone kembali menulis dan meyutradarai film ini dalam rentang waktu 16 tahun setelah kegagalan film sebelumnya, dengan ide yang lebih segar melalui isu dan poin penting mengenai motivasi, ambisi, serta gol meski dimakan usia yang rasanya tidak mungkin untuk dilakukan.
Semangat untuk menghidupkan kembali aksi Rocky di atas ring tinju, rekonsiliasi dengan putranya Robert, serta berbagai perubahan radikal dilakukan agar aspek manusiawi dari karakter ikonik tersebut tetap terjaga.
Sayangnya, karakter Adrian ditiadakan, meski karakter Paulie kembali hadir hanya sebagai pelengkap saja. Dalam rangka perayaan 30 tahun sejak dirilisnya film pertama, berbagai unsur nostalgia pun kembali dilakukan seperti saat Rocky kembali latihan dengan setting dan adegan yang lebih kurang sama, scoring yang sama dengan kombinasi musik modern dan tambahan lagu baru.
Kembalinya Stallone dalam mengarahkan gaya yang sama yang diambil dari mulai dari seri ke-2 hingga ke-4, mengembalikan kejayaan waralaba Rocky dengan pendekatan dan narasi yang lebih matang.
Score : 3 / 4 stars
Keren bgt reviewnya min. Kebetulan udh nonton film pertama, kedua, keempat kelima plus creed 1. Nice info
ReplyDeleteTerima Kasih, Kak. Wah film ke-3 lom ditonton? Seru juga lho, saya suka dengan filosofi ceritanya, trus 'Rocky Balboa' juga jauh lebih bagus dibandingkan 'Rocky V' kalo menurut saya hehe ... film Creed 2 juga asyik sih ada nostalgia Rocky-Drago
Delete