Die Hard (1988) : McClane Memang Sulit Mati
Yippee-ki-yay, Motherf***ker!
Sebuah ekspresi klasik khas koboi jaman Western ditambah dengan sebuah kata makian, maka jadilah slogan populer dari film Die Hard yang melambungkan nama Bruce Willis menjadi mega bintang, sekaligus menghantarkan karakter John McClane menjadi figur ikonik yang memang sulit mati.
Willis identik dengan sejumlah film aksi laga yang lebih serius pada beberapa periode berikutnya. Ia cenderung lekat dengan karakter flamboyan dalam drama komedinya Blake Edwards, Blind Date (1987) maupun serial televisi Moonlighting (1985-1989), wajar saja awalnya pihak studio meragukan performanya dalam Die Hard.
Film yang diadaptasi dari novel berjudul Nothing Lasts Forever yang dirilis tahun 1979, melalui produser Gordon dan Silver serta sineas John McTiernan yang sebelumnya sukses dengan film Predator (1987).
Die Hard menjadi sebuah format standar dari sejumlah film aksi laga sejenis yang meniru premis dasar tentang kepahlawanan seorang protagonis yang terjebak dalam sebuah insiden terorisme, dengan lokasi berada di area terbatas untuk menghadapi dan memberantas para teroris seorang diri.
Baca juga: Review : 'Fallen' Trilogy
Kesuksesan Die Hard dilanjutkan dengan empat sekuelnya, yang berakhir dengan rencana prekuel yang tampaknya akan berakhir pada serial televisi atau digital.
Die Hard mengisahkan seorang polisi New York bernama John McClane (Bruce Willis) dalam rangka rekonsiliasi dengan istrinya, Holly (Bonnie Bedelia) yang tengah merayakan Malam Natal dengan seluruh rekan kerjanya di gedung Nakatomi Plaza, Los Angeles.
Namun mereka semua tidak menyadari akan bahaya yang mengintai, berupa kelompok teroris pimpinan Hans Gruber (Alan Rickman) yang akan mengambil alih gedung tersebut. Mereka berniat merampok sejumlah uang yang disimpan di gedung tersebut, dengan menyandera seluruh karyawan termasuk Holly, serta menewaskan pimpinan Nakatomi Corporate.
McClane yang tidak terdeteksi oleh kelompok Gruber, mengetahui situasi yang dihadapinya lalu diam-diam meminta bantuan pada kepolisian yang direspon oleh Sersan Al Powell (Reginald VelJohnson) yang awalnya skeptis.
Sementara McClane berupaya seorang diri untuk menghentikan Gruber, dengan berbgai taktik yang ia lakukan. Dalam situasi kritis, ia harus mengejar waktu untuk menyelamatkan Holly dan para sandera lainnya, atas ancaman Gruber terhadap Los Angeles.
Meskipun ide cerita film Die Hard diambil dari sebuah novel, namun kesempurnaan hasil akhir yang menentukan kualitas hingga mencapai level tertentu dalam menggapai sebuah terobosan baru dalam perfilman aksi laga modern, tentang aksi “one man show” menghadapi para penjahat di saat kritis.
Karakter McClane tidak sengaja berada di tempat dan waktu yang salah, karena ia sedang liburan, maka atas dasar motivasi menyelamatkan istrinya sekaligus menanggung kewajiban moral, ia segera bertindak berdasarkan insting dan pengalamannya.
Sementara lawan yang dihadapinya yakni Gruber adalah seorang karismatik yang bukan sembarang teroris, memiliki kemampuan intelijen tinggi serta pengalaman bertempur.
Dari awal cerita kita diperlihatkan bagaimana McClane kelihatannya seperti seorang detektif polisi biasa, dengan karakter yang semi-flamboyan, keras kepala, serta gaya yang acuh sekaligus sinis, enggan bersosialisasi dengan rekan-rekan Holly.
Namun ketika Gruber mulai beraksi, perlahan namun pasti McClane mulai bertindak secara sigap dan penuh kewaspadaan, sambil mengoceh terhadap dirinya sendiri, berupaya semaksimal mungkin mengakali sesuatu dan bertindak sesuai taktik yang ia kembangkan untuk memberi kejutan kepada kelompok Gruber.
Berbagai tindakan cerdik yang dilakukan McClane memang penuh dengan kejutan yang tidak bisa kita duga sebelumnya, sehingga membuat gusar Gruber yang bernafsu ingin membunuhnya.
Dalam momen inilah, audiens merasakan sebuah thriller yang sebenarnya, memompa adrenalin akan berbagai aksi laga mulai dari skala kecil hingga besar dari baku tembak hingga ledakan di atap gedung, melibatkan kendaraan berat kepolisian serta helikopter.
Selama lebih dari dua jam, tak terasa akan pengembangan narasi yang awalnya sederhana menjadi cukup kompleks, dengan hadirnya FBI selain LAPD.
Die Hard adalah film aksi laga yang penuh dengan intrik dan adu taktik secara brilian, ditambah berbagai dialog menarik, serta tentu saja aksi laga spektakuler tanpa perlu banyak gaya layaknya film aksi laga modern saat ini, terlebih efek spesial praktis yang begitu impresif, sebelum dirusak oleh CGI.
Gaya akan beberapa elemen dari film Predator, terasa mirip terhadap implementasinya di film ini dengan setting berbeda, berkat kepiawaian McTiernan dalam mengarahkan akting, aksi serta visual. Kolaborasinya dengan sinematografer sekelas Jan De Bont yang berpengalaman dalam menangani bervarian genre film, membuat Die Hard terlihat lebih epik dan dinamis.
Baca juga: The Predator (2018) : Berusaha Kembali pada Orisinalitas
Banyak terdapat hal yang ikonik dan memorable, selain kaos singlet putih yang dikenakan McClane tanpa alas kaki, sembari menembaki musuh dengan senjata Heckler & Koch MP5A3, berlarian terkadang melompat dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sungguh terasa ngilu setelah baku-tembak yang mengakibatkan pecahnya sejumlah kaca, melihat McClane yang luka di telapak kakinya terkena pecahan kaca. Terkadang lucu ketika melihat ia merangkak di saluran ducting AC sambil memegang pemantik api sebagai penerangan, sementara ia mengoceh seroang diri.
Adegan emosional dan sedikit haru, ketika McClane curhat dengan Powell lewat handy-talky yang sempat meninggalkan pesan kepada Holly jika terjadi apa-apa dengan dirinya.
Yang menakjubkan tentunya saat McClane sambil melompat menghindari sebuah ledakan besar, sementara kamera menyoroti dari arah bawah, atau juga kejutan akhir saat ia dengan sigap melindungi Holly sambil tiarap untuk menghindari berondongan peluru.
Tentu saja, konfrontasinya dengan Gruber adalah salah satu adegan yang ikonik menjelang akhir cerita, disajikan penuh dengan trik ala film Western yang konon menginspirasi gaya aksi laga dari sejumlah filmnya Quentin Tarantino.
Hilang sudah keraguan pihak studio akan performa Willis sebagai McClane yang mampu membawa sebuah karakter dengan gayanya sendiri secara meyakinkan dan terlihat keren, baik dari ekspresi, gaya bicara dan dialog, sinisme, serta berbagai aksi laga yang tidak terlalu mengandalkan otot layaknya Schwarzenegger dan Stallone.
DID YOU KNOW? Stallone pernah menolak tawaran menjadi McClane, pun keterlibatan Arnie yang nyaris menjadikan Die Hard sebagai sekuel dari film Commando (1985).
Performa prima aktor asal Inggris, Alan Rickman sebagai Gruber dengan aksen Jerman yang kental, sangat mengesankan. Karakter Powell yang diperankan Reginald VelJohnson juga cukup baik, sebagai seorang polisi bijak.
Peran kecil Robert Davi sebagai salah seorang agen FBI, berhasil mencuri perhatian, melalui karisma yang dipertujnjukkan sekaligus sebagai yang cukup menyebalkan karena sok tahu.
Tidak dipungkiri lagi, film Die Hard adalah salah satu film aksi laga terbaik sepanjang masa yang sangat berpengaruh terhadap tema protagonis yang terjebak dalam kepungan terorisme. Atas dasar itulah, seroang McClaine memang sulit mati dan malah menyerang balik kelompok teroris.
Score : 4 / 4 stars
Die Hard | 1988 | Aksi Laga, Thriller | Pemain: Bruce Willis, Alan Rickman, Reginald VelJohnson, Alexander Godunov, Bonnie Bedelia | Sutradara: John McTiernan | Produser: Lawrence Gordon, Joel Silver | Penulis: Berdasarkan novel Nothing Lasts Forever karya Roderick Thorp. Naskah: Jeb Stuart, Steven E. de Souza | Musik: Michael Kamen | Sinematografi: Jan De Bont | Distributor: 20th Century Fox | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 132 Menit
Comments
Post a Comment