Mean Girls (2004) : Kekejaman versus Kekejaman
Nama Lindsay Lohan yang dikenal dari usia belia melalui sejumlah film Disney, mengalami puncak karir di usia remaja menuju dewasa di akhir tahun 90’an, mulai dari The Parent Trap (1998), Freaky Friday (2003) hingga Herbie : Fully Loaded (2005).
Statusnya sebagai idola remaja saat itu tidak berlangsung lama, akibat kasus narkoba, alkohol serta indisipliner yang kemudian membuang peluang karir mulusnya sebagai bintang besar.
Film Mean Girls mengisahkan tentang kehidupan sosial remaja dalam lingkungan sekolah yang mengeksploitasi kekejaman versus kekejaman, merupakan puncak karir Lohan sekaligus menjadi terobosan bagi dua aktris Rachel McAdams dan Amanda Seyfried.
Melalui naskah yang ditulis oleh komedian Tina Fey tersebut, sukses secara komersil maupun kritik, hingga berstatus cult.
Film ini mengisahkan Cady Heron (Lindsay Lohan) baru saja pindah dari Afrika, berteman dengan Janis (Lizzy Caplan) yang tomboy dan Damian (Daniel Franzese) seorang laki-laki gemulai, serta mempelajari kehidupan dan pergaulan sosial di lingkungan sekolahnya.
Cady mengetahui bahwa geng "The Plastics" yang terdiri dari Regina (Rachel McAdams), Gretchen (Lacey Chabert) dan Karen (Amanda Sefried) adalah yang paling populer di sekolah, berdasarkan penampilan fisik serta status sosialnya, namun minim intelektualitas.
Cady bergabung ajakan dengan "The Plastics" atas sebuah insiden yang dialaminya, maka Janis pun memanfaatkan Cady untuk membalaskan dendamnya terhadap Regina.
Adapun Cady mengetahui sebuah buku mereka yang berisikan rahasia, rumor serta ejekan mereka terhadap semua murid perempuan dan beberapa guru di sekolahan, sehingga memicu Janis memprovokasi Cady untuk menghancurkan Regina.
Cady yang enggan melakukan hal tersebut, mulai tertarik kepada mantan kekasih Regina bernama Aaron (Jonathan Bennett). Regina yang cemburu dengan membuat Cady gerah, akhirnya memacu dirinya untuk menjalankan rencana Janis tersebut.
Tidak seperti kebanyakan film komedi remaja umumnya, Mean Girls cukup berbobot dalam menyampaikan sebuah premis biasa yang diwujudkan ke dalam bentuk narasi menarik, melalui kompleksitas karakter serta berbagai elemen menarik lainnya.
Judul dalam film ini, bukan hanya semata tentang protagonis versus antagonis saja, seperti awalnya terlihat bahwa Cady dan kedua temannya terkesan protagonis, sedangkan Regina dan kedua temannya yang lain sebagai antagonis.
Namun yang menarik, justru saat Cady mengenal Regina, Gretchen serta Karen, ada sisi lain yang mengubah persepsinya, dibandingkan saat ia berteman dengan Janis serta Damian. Maka yang dimaksud dengan kekejaman yang terjadi adalah dari kedua kubu tersebut.
Sehingga Cady pun menyadari dalam proses pembelajarannya, akan sejumlah tindakan yang ia telah lakukan terhadap kedua kubu tersebut, kekejaman kubu satu versus kekejaman dari kubu lainnya terjadi.
Kubu protagonis bisa menjadi antagonis, begitu pula sebaliknya, sehingga mereka sama-sama belajar dari akibat yang menimpa diri mereka masing-masing, meski watak dan tabiat mereka belum tentu bisa berubah sepenuhnya.
Berbagai intrik, konflik, fitnah, pengkhianatan, perseteruan hingga perpecahan diperlihatkan cukup mendetail dengan penyampaian yang menarik, mulai dari dialog, aksi hingga komedi.
Adapun solusi akhirnya berupa pelepasan, pengakuan serta penerimaan kembali, disajikan dengan berbagai adegan yang cukup unik dan menarik, diselingi sejumlah humor renyah. Beberapa kejutan menarik juga untuk kesekian lainya disampaikan melalui komedi cerdas, meski terkadang tragis seperti dua adegan tertabrak bus..
Beberapa adegan yang menurut saya memorable, seperti saat Cady takjub melihat suasana di dalam mall yang membandingkan dengan suasana saat ia d Afrika, atau ia dalam keadaan sakit hati dengan memakai kostum Halloween keluar dari pintu di sebuah pesta.
Selain itu, Cady dan geng "The Plastics" sedang mengadakan pentas dengan diiringi lagu Jingle Bell Rocks dalam acara Natal di sekolah, hingga saat Regina menulis sesuatu di buku yang dinamakan The Burn Book maka beberapa adegan berikutnya sungguh tak disangka.
Performa Lohan sebagai Cady mampu memberikan sebuah pesona sebagai seorang gadis menarik yang mengalami berbagai gejolak hati, seiring dengan sebuah transisi karakter atas dasar persahabatan, percintaan, kepura-puraan, kebencian, pengkhianatan serta pengakuan seklaigus ketulusan.
Performa McAdams sebagai Regina sama menariknya sebagai seorang yang culas dan kejam, namun dimanipulasi oleh penampilan dan tuturnya yang kelihatan baik hati.
Debut performa Seyfried mencuri perhatian, terutama akan pesona yang cenderung menonjolkan fisik, begitu pula beberapa aktris lainnya termasuk Tina Fey yang cukup signifikan sebagai Ms. Sharon.
Sjumlah karakter unik menggelikan hadir, seperti Gretchen yang konyol, Janis yang mengesankan dirinya adalah lesbian dan sahabatnya Damian yang melambai itu, Kevin si jenius keturunan Asia serta beberapa karakter nerd lainnya, dan tak lupa beberapa karakter gadis keturunan Vietnam.
Seperti halnya film sejenis, sejumlah soundtrack lagu di film ini pun cukup menarik, termasuk lagu klasik dari Blondie, One Way or Another. Arahan apik dari Mark Waters, sineas yang juga sukses bersama Lohan dalam Freaky Friday, dianggap mampu mentransfer narasi menjadi sebuah performa yang menggugah selera menjadi tontonan menarik.
Film Mean Girls adalah sebuah hiburan ringan namun berkualitas dalam penyampaian pesan dan moral, serta sebuah tanggung jawab atas konsekuensi dalam berbagai tindakan kekejaman versus kekejaman melalui komedi ringan berkualitas.
Score : 3 / 4 stars
Mean Girls | 2004 | Drama, Komedi, Remaja | Pemain: Lindsay Lohan, Rachel McAdams, Lacey Chabert, Amanda Seyfried, Lizzy Caplan, Daniel Franzese, Tina Fey, Jonathan Bennett | Sutradara: Mark Waters | Produser: Lorne Michaels | Penulis: Berdasarkan buku Queen Bees and Wannabes karya Rosalind Wiseman. Naskah: Tina Fey | Musik: Rolfe Kent | Sinematografi: Daryn Okada | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 97 Menit
Comments
Post a Comment