Jacob’s Ladder (1990) : Jenjang Paranoia Mengerikan
Sepertinya tidak banyak yang mengenal film Jacob’s Ladder, mungkin saat itu memang kalah mengkilap dengan Silence of the Lambs (1991) dengan genre yang sama, yakni horor psikologis.
Sebagai sebuah kisah yang mengeksplorasi jenjang paranoia mengerikan, Jacob’s Ladder mengeksplorasi gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) veteran Perang Vietnam yang mengalami serangkaian kejadian ganjil melalui berbagai visual horor.
Baca juga: Top 10 Film Perang Vietnam
Baca juga: Top 10 Film Perang Vietnam
Film yang disutradarai Adrian Lyne yang dikenal dengan sejumlah thriller erotis seperti 9 1/2 Weeks (1986), Fatal Attraction (1987), Lolita (1997) serta Unfaithful (2002) tersebut, diperankan oleh Tim Robbins yang dikenal dalam film The Shawshank Redemption (1994).
Jacob’s Ladder merupakan gebrakan baru dalam dunia perfilman horor modern yang kini berstatus cult, mengisahkan di Vietnam tahun 1971 ketika prajurit Jacob Singer (Tim Robbins) beserta beberapa rekannya satu peleton mengalami kepanikan terhadap serangan musuh, sehingga ia tertusuk bayonet.
Singer kemudian terbangun dari mimpi buruknya itu, saat berada di dalam kereta di kota New York. Kemudian, Singer mengalami sejumlah visi yang menyeramkan akan sosok monster dan iblis di sekitarnya.
Ternyata rekan seperjuangannya di saat perang, yakni Paul (Pruitt Taylor Prince) juga mengalami hal yang sama. Namun apa yang dialami oleh Singer selanjutnya malah bertambah buruk, karena ia semakin tidak bisa membedakan apakah berupa realita atau halusinasi.
Jacob’s Ladder merupakan salah satu film yang boleh dikatakan langka di jamannya, terhadap sebuah premis yang diimplementasikan dengan ambigu akan keterlibatan elemen metafisika atau surealisme yang sulit ditafsirkan.
Alur non-linear pun disajikan dengan lokasi ruang dan waktu yang silih berganti, seakan membuat kebingungan saya dalam menyimak sejak awal cerita. Hal itulah yang mungkin menginspirasikan sejumlah sineas dengan gaya yang mirip, seperti M. Night Shyamalan atau Christopher Nolan.
Kompleksitas kerangka cerita sejak bagian awal yang digerakkan secara acak, sempat membuat saya gelisah dan agak jenuh.
Namun lambat laun berkat arahan brilian Lyne yang masih mudah diikuti, bergerak menuju peruncingan terhadap sebuah konklusi mengejutkan yang diselingi berbagai kengerian, sehingga menghasilkan sebuah pelintiran besar yang mampu mengelabui saya dengan cerdas.
Namun lambat laun berkat arahan brilian Lyne yang masih mudah diikuti, bergerak menuju peruncingan terhadap sebuah konklusi mengejutkan yang diselingi berbagai kengerian, sehingga menghasilkan sebuah pelintiran besar yang mampu mengelabui saya dengan cerdas.
Atmosfir horor yang membangun intensitas serta adrenalin audiens, cukup jeli dieksekusi oleh Lyne, mulai dari awal cerita dalam hutan belantara Vietnam, kebrutalan pertempuran saat diserang musuh, hingga berbagai gejala panik yang tidak wajar.
Horor sesungguhnya terjadi ketika Singer kini berada di New York dan tinggal bersama dengan kekasihnya yakni Jezzie (Elizabeth Peña), serta kerap mendapat perawatan terapi punggung yang dideritanya oleh dokter bernama Louis (Danny Aiello).
Sejak saat itu, ia mulai mengalami berbagai kejadian berupa visi yang lama-kelamaan berwujud monster dan iblis yang siap menyerangnya sewaktu-waktu.
Masa lalu Singer pun perlahan mulai terungkap, melalui selingan adegan kilas balik ketika ia bersama dengan istrinya bernama Sarah serta ketiga anaknya, termasuk yang paling bungsu yakni Gabe (Macaulay Culkin), sebelum ia berperang di Vietnam.
Film Jacob’s Ladder memiliki pola berkesinambungan, dengan menggabungkan tiga alur terhadap karakter Singer sebelum, saat, dan setelah perang Vietnam yang dilebur menjadi satu.
Elemen thriller suspens yang hadir di film ini pun begitu terasa untuk mengundang rasa penasaran meski dalam alur acak, melalui dramatisasi karakter, visualisasi terhadap pencahayaan dan efek spesial minim namun begitu efektif sekaligus mengganggu, serta berbagai kejutan nyata.
Salah satu adegan paling menyeramkan dan dikenang tentu saja, ketika Singer yang paranoid, terikat di sebuah ranjang rumah sakit menuju sebuah koridor kumuh menyeramkan, bagaikan neraka yang dihuni sejumlah manusia cacat menyerupai monster, ditambah dengan visualisasi sadis yang berdarah-darah.
Baca juga: Hellraiser (1987) : Kesakitan dan Kesenangan dalam Neraka
Baca juga: Hellraiser (1987) : Kesakitan dan Kesenangan dalam Neraka
Adapun sosok iblis berupa manusia tanpa mata juga mengesankan, serta yang paling ikonik yakni gerakan cepat kepala yang memutar, dengan teknik pergerakan kamera yang kini lazim dipakai sejumlah film horor masa kini. Hal itulah yang menginspirasikan permainan horor Silent Hill.
Performa Robbins sebagai Singer memang diluar kebiasaannya dalam memerankan film drama sebelumnya, sebagai seorang paranoid dan guncangan jiwa. Salah satu adegan terbaiknya yakni dengan ekspresi muka dan pancaran matanya saat ia terbaring dalam bathub.
Rasanya hambar tanpa ada sedikit bumbu erotis nan estetis yang diarahkan oleh Lyne, melalui performa sensual Peña sebagai Jezzie, begitu pula performa mengesankan Culkin sebagai Gabe sesaat sebelum populer dalam film Home Alone (1990).
Scoring dari Jarre di berbagai adegan juga berpengaruh besar dalam memainkan emosi yang mencekam, menegangkan serta terkadang sedikit mengharukan dan tragis.
Film Jacob’s Ladder adalah sebuah contoh keberhasilan bagaimana menyajikan sebuah horor psikologis dengan gaya estetis dan mampu dinikmati tanpa harus berpikir keras, mengingat kisah dalam rangkaian adegannya selalu mengundang aura misterius dengan solid.
Dengan pengoptimalan efek praktis, sudah terasa kengerian yang nyata serta eskploitasi jenjang paranoia yang diperagakan, begitu jelas tahapannya hingga saya kesulitan menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
Score : 3.5 / 4 stars
Jacob’s Ladder | 1990 | Horor, Psikologi, Thriller | Pemain: Tim Robbins, Elizabeth Peña, Danny Aiello, Matt Craven | Sutradara: Adrian Lyne | Produser: Allan Marshall | Penulis: Bruce Joel Rubin | Musik: Maurice Jarre | Sinematografi: Jeffrey L. Kimball | Distributor: TriStar Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 113 Menit
Comments
Post a Comment