La La Land (2016) : Impian dan Kebersamaan
Sinema drama musikal review La La Land, kisah tentang impian dan kebersamaan sepasang kekasih.
La La Land dengan dominasi musik jazz dan suasana retro, mengangkat tema tentang impian dan kebersamaan sepasang kekasih menggapai karir.
Fim musikal biasanya jarang diproduksi, namun memiliki potensi mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi seperti Oscar misalnya.
Untuk kategori Film Terbaik dalam Penghargaan Oscar melalui film musikal diantaranya The Broadway Melody (1929), An American in Paris (1951), Gigi (1958), West Side Story (1961), My Fair Lady (1964), The Sound of Music (1965), Oliver! (1968), serta Chicago (2002).
La La Land juga fenomenal karena meraih empat belas Nominasi Oscar, namun hanya meraih enam penghargaan dalam kategori terbaik untuk sutradara, aktris, musik, lagu, serta desain produksi.
Kontroversi juga tak luput dari La La Land berkenaan dengan insiden akan kesalahpahaman dengan menyatakan bahwa film ini meraih kategori "Film Terbaik" dalam acara tersebut.
Premis film La La Land terinspirasi dari An American in Paris selain Broadway Melody of 1940, Singin’ in the Rain (1952) dan The Band Wagon (1953), ditulis dan disutradarai Damien Chazelle, sukses dalam tangga box office.
La La Land mengisahkan seorang barista bernama Mia (Emma Stone), kerap mengikuti berbagai audisi untuk menjadi aktris. Adapun Sebastian (Ryan Goslling) adalah seorang pianis jazz idealis, berambisi memiliki klub sendiri.
Mereka pertama kali bertemu tak sengaja dalam kemacetan lalu lintas. Suatu hari, Sebastian dipecat di sebuah klub, saat ia berjalan keluar kembali bertemu Mia yang hendak menyapa, namun ia acuhkan.
Untuk ketiga kali, mereka bertemu dalam sebuah pesta saat Sebastian menjadi pemain keyboard dan Mia menjadi tamu pesta.
Lionsgate |
Akhirnya mereka semakin akrab dan menjadi sepasang kekasih sambil mengejar karir dan impian di Hollywood.
Tensi terjadi saat Sebastian diajak Keith (John Legend) bergabung dalam band yang memainkan aliran musik fusion jazz yang sukses, akhirnya melakukan rekaman dan tur.
Keberhasilan Sebastian tidak sebanding dengan Mia yang putus asa akibat pertunjukan drama yang gagal, sehingga mereka bertengkar.
Sebastian membujuk Mia yang tampak mengubur impian, untuk mengikuti audisi penting, apakah Mia akan berhasil?
Premis La La Land cenderung tidak istimewa, selain mengisahkan sepasang kekasih dengan idealisme dan ego nya sendiri untuk gapai impian, namun berupaya untuk terus bersama.
Menariknya, narasi cerita film ini menekankan eksploitasi dari masing-masing problema dua karakter figur itu, baik dalam perjalanan individu maupun kebersamaan mereka.
Sebastian kesulitan dalam pergumulan tentang impian ideal untuk mewujudkan pertunjukan musik jazz murni sekaligus memiliki sebuah klub, sehingga meski sukses secara finansial sebagai anggota jazz fusion, ia tidak merasa tenang.
Sukses finansial itu juga seiring dengan ketenaran dalam kehidupan artis yang glamor, sehingga seringkali ditentang Mia.
Mia sendiri merasa dirinya tidak didukung Sebastian untuk gapai impian menjadi aktris, meski Sebastian meyakinkan dirinya agar tidak putus harapan.
Cerita terus bergulir hingga tiba sebuah kejutan besar menjelang akhir yang justru saya suka, yaitu tidak klise dan sangat dapat diterima, apakah akan berakhir dengan "happy ending"?
Lionsgate |
Hasil akhir dalam adegan tersebut terasa lebih realistis, sebuah pengorbanan dari kebersamaan mereka dalam situasi seadanya.
Aspek sinematografi La La Land begitu fantastis secara visual yang menggugah, hadir dalam rangkaian adegan dramatis menjelang akhir cerita, terasa melankolis dan begitu dikenang.
Meski Emma Stone berhasil mendapatkan Oscar, saya kira malah performa nya tidak sebaik yang saya nilai. Begitu pula dengan Ryan Goslling yang tampak standar dalam akting dan menyanyi.
Kekuatan utama La La Land adalah Damien Chazelle dalam paduan diantara penampilan dengan dialog, baik melalui percakapan maupun vokal suara, mampu menghasilkan energi serta ikatan emosional kuat.
Cerita film ini terasa lebih hidup dan dinamis, melodrama, serta boleh dikatakan improvisasi yang hebat untuk layak dinikmati sebagai film musikal unik bergaya retro.
Koreografi handal dengan latar yang indah dan megah, sangat membantu para aktor melalui penampilan dan gerak meyakinkan, dengan kombinasi dunia modern dan klasik era 1940’an atau 1950’an.
Adegan dance bergaya klasik, pemakaian busana formal dan cenderung glamor, poster besar Ingrid Bergman di kamar Mia, serta salah satu dialog nya dengan Sebatisan, menjadi referensi film Casablanca (1942).
Baca juga: Casablanca (1942): Egoisme Cinta dan Patriotisme
Begitu pula saat mereka menyaksikan film Rebel Without a Cause (1955) di sebuah bioskop pun, kemudian direka ulang di sebuah observatorium.
Lionsgate |
Tak lupa suasana interior dan eksterior klasik studio Hollywood, dengan elemen dan kultur kuat musik jazz yang diperkaya dengan sajian visual berupa warna kuat.
Adegan saat Sebastian dan Mia di sebuah kursi trotoar pinggir jalan, dengan latar panorama pemandangan indah Kota Los Angeles saat matahari terbenam, adegan terbaik film ini.
Baca juga: Rebel Without a Cause (1955): Balada Remaja Ikonik
Tidak ada yang lebih dramatis dalam hal scoring, tema musik, serta lagu yang mengiringi film ini. Dua hal yang memompa emosi saya, yaitu tema musik "Mia & Sebastian", serta lagu "City of Stars" dalam tiga versi berbeda.
La La Land adalah salah satu film musikal romantis impresif yang disajikan lebih realistis tentang impian dan kebersamaan pasangan muda terhadap tantangan diri dan lingkungan.
Meski kedalaman karakter kurang maksimal, namun La La Land diimbangi arahan dan gaya elegan sang sutradara secara dramatis.
Demikian sinema drama musikal review La La Land, kisah tentang impian dan kebersamaan sepasang kekasih.
Score: 3 / 4 stars
La La Land | 2016 | Drama, Musikal, Romantis | Pemain: Ryan Goslling, Emma Stone, John Legend, Rosemarie DeWitt | Sutradara: Damien Chazelle | Produser: Fred Berger, Jordan Horowitz, Gary Gilbert, Marc Platt | Penulis: Damien Chazelle | Musik: Justin Hurwitz | Sinematografi: Linus Sandgren | Distributor: Lionsgate | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 128 Menit
Comments
Post a Comment