Love Story (1970) : Bukan Romansa Kacangan
“Love means never having to say you’re sorry.”
Sinema drama review Love Story karya klasik yang bukan film romansa kacangan.
Love Story adalah drama klasik romantis, tapi saya sebut bahwa film ini bukan romansa kacangan.
Dari sekian banyak film romantis dua insan dengan kisah tragis cenderung realistis, sulit ditemukan, apalagi yang populer.
Tragedi romansa klasik "Romeo and Juliet" diadaptasi ke dalam banyak film, namun dalam dunia kontemporer modern, novel Love Story karya Erich Segal cukup bombastis.
Novel Love Story terbit pada tahun 1970 dan laris manis, sehingga langsung diadaptasi ke dalam layar lebar di tahun yang sama.
Sama dengan novel nya, film Love Story juga laris manis, meski dinilai medioker oleh kritik, tapi bukan berarti film itu merupakan romansa kacangan.
Love Story mengisahkan tentang sepasang kekasih yang baru saja menikah, namun sang wanita ternyata sakit. Berikut adalah sinopsis nya di bawah ini.
Dalam ruangan perpustakaan, Oliver (Ryan O’ Neal) bertemu dengan Jenny (Ali MacGraw) hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta dan menjalin hubungan.
Saat Oliver mengetahui rencana Jenny menuju Paris guna melanjutkan studi, ia kecewa dan segera mengajak Jenny menikah serta mengenalkan nya kepada kedua orangtua.
Orangtua Oliver tidak merestui hubungan tersebut, namun mereka tetap melangsungkan pernikahan.
Konsekuensi mereka tanggung, Oliver tidak mendapatkan uang kuliah dari kedua orangtuanya, meningat ia belum lulus. Jenny sudah lulus duluan dan menjadi guru musik.
Paramount Pictures |
Akhirnya Oliver lulus dan bekerja pada salah satu konsultan hukum terkemuka, Jenny menjalani serangkaian tes terkait rencana mereka memiliki anak.
Saat Oliver mengunjungi dokter tersebut, ia diberitahukan penyebab Jenny belum bisa punya anak, karena mengidap penyakit kanker.dengan prediksi hidup singkat.
Dokter memberikan saran agar menyimpan rahasia ini, dan hidup normal bersama Jenny, mengingat Oliver syok, sangat terpukul, serta khawatir.
Premis Love Story sungguh menarik, berawal dari romansa standar ala anak kuliah, lalu mereka nekat menikah, hingga timbul masalah keluarga dan finansial, sehingga tiba dalam poin tertentu karena penyakit yang diderita Jenny membuat Oliver patah hati.
Alur cerita film ini mudah dinikmati, melalui karakterisasi dan dialog impresif yang terdengar realistis, tentu bukan romansa kacangan.
Awal pertemuan Oliver dengan Jenny disajikan melalui dialog seadanya, saling melakukan sarkasme dan tidak menyukai satu sama lain, karena latar mereka bertolak belakang.
Lambat laun karena perbedaan itu, terdapat ikatan kuat akan ketertarikan yang tumbuh, sulit dijelaskan hanya lewat percakapan, tatap mata atau bahkan mimik wajah dan gestur tubuh diantar keduanya.
Menariknya, dialog yang mereka ucapkan saat mulai jadi sepasang kekasih, terdengar layaknya mereka berteman dengan bercanda saling mengejek.
Paramount Pictures |
Oliver beberapa kali menggunakan kata “b**ch” kepada Jenny, sebaliknya Jenny sering memanggil Oliver dengan kata “preppy” berupa ejekan terhadap mahasiswa anak orang kaya lulusan universitas terkemuka.
Mungkin hal itu yang menarik dalam film Love Story, romansa mereka bukanlah kacangan terutama, percintaan mereka tumbuh perlahan dan natural hingga semakin kuat, tanpa gaya memikat klise.
Karakter figur Oliver cenderung temperamental, sedangkan Jenny meski keras kepala namun lebih berbesar hati. Tak jarang mereka bertengkar seperti saat Jenny hendak meneruskan studi ke Paris, seketika Oliver luluh hati dan segera ingin menikahinya.
Puncak konflik mereka terjadi setelah berumah tangga, saat Jenny berupaya mendamaikan hubungan buruk Oliver dan sang ayah.
Dalam adegan tersebut, Jenny marah setelah bertengkar dengan Oliver dan keluar rumah. Oliver mulai panik, karena Jenny belum pulang, ia segera mencarinya ke sejumlah tempat tertentu yang memungkinkan.
Adegan berikut nya, ada kalimat paling ikonik yang membuat novel dan film ini populer, yaitu: “Love means never having to say you’re sorry” dalam momen paling dikenang dan menyentuh.
Karakter figur Jenny yang diperankan Ali MacGraw digambarkan sebagai gadis cerdas, optimis, serta pekerja keras khas kelas menengah Amerika. Ia tidak mudah terbuai roman picisan, namun ia tipe gadis setia.
Paramount Pictures |
Kontras dengan Oliver yang diperankan Ryan O’Neal, sebagai anak orang kaya yang bisa mendapatkan siapa saja, malah jatuh cinta kepada Jenny kepada komitmen dengan resiko kehilangan warisan orangtua nya.
Narasi film Love Story cenderung menekankan pendekatan secara realistis, melalui serangkaian dialog brilian, melalui saduran naskah dilakukan sang penulis novel sendiri, yaitu Erich Siegel.
Sedangkan sutradara Arthur Hiller mampu mengemas naskah ini dalam bentuk drama romansa melalui pengaturan semua aspek dengan porsi yang cukup seimbang.
Scoring romantis nan melankolis, sekaligus mengarah kepada tragedi, terdengar sayup sekaligus memompa emosi, melalui dentingan indah piano hasil aransemen Francis Lai.
Sayangnya, versi vokal yang diisi Andy Williams untuk lagu tema "(Where Do I Begin?) Love Story", tidak ada di dalam film.
Penataan gaya sorot kamera disajikan dinamis, dengan selingan berupa pengambilan adegan melalui teknik shaky, saat Oliver dengan cemas mencari keberadaan Jenny.
Selain itu juga terdapat dalam adegan pertandingan hoki es, serta saat Oliver dan Jenny bermain salju yang terkesan bergaya semi dokumenter, terasa aneh menurut saya.
Film Love Story bukanlah rormansa kacangan semata, sejak kisah nya mengarah kepada masalah yang cukup rumit diantara keluarga, rumah tangga, serta tragedi.
Demikian sinema drama review Love Story karya klasik yang bukan film romansa kacangan.
Score : 3.5 / 4 stars
Love Story | 1970 | Drama, Romantis | Pemain: Ali MacGraw, Ryan O’ Neal, John Marley, Ray Milland, Katharine Balfour | Sutradara: Arthur Hiller | Produser: Howard G. Minsky | Penulis: Berdasarkan novel Love Story karya Erich Segal. Naskah: Erich Segal | Musik: Francis Lai | Sinematografi: Richard Kratina | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 100 Menit
Comments
Post a Comment