Picnic at Hanging Rock (1975) : Pesona Miranda Dibalik Misteri Pegunungan
Sinema drama misteri review Picnic at Hanging Rock, tentang pesona Miranda dibalik misteri pegunungan.
Picnic at Hanging Rock sajikan drama misteri sebuah pegunungan melalui pesona figur seorang gadis anak sekolah bernama Miranda.
Film Picnic at Hanging Rock produksi Australia dengan sutradara Peter Weir, merupakan drama klasik yang mendapatkan banyak pujian.
Nama Peter Weir mulai dikenal dalam perfilman global, setelah menangani film Australia berjudul Picnic at Hanging Rock, yang diadaptasi dari berjudul sama karya Joan Lindsey.
Film tersebut populer melalui kisah fiktif yang mengangkat pesona seorang gadis bernama Miranda yang dianggap ada koneksi secara spiritual dan misterius dibalik misteri Pegunungan Hanging Rock.
Tema film ini terinspirasi dari nyata Pegunungan Hanging Rock, sebuah formasi batuan yang terbentuk dari lava sehingga menyerupai pegunungan di wilayah Victoria, Australia.
Peristiwa tersebut terjadi pada awal abad 20, saat seorang gadis hilang dalam acara piknik sekolah, tepat di Hari Valentine.
Sejak saat itu, sejumlah legenda urban kerap mengaitkan peristiwa itu dengan aspek supranatural, berdasarkan sejarah komunitas penduduk setempat sebelum ada Koloni Eropa.
Reputasi Peter Weir semakin dikenal luas melalui film Gallipoli (1981) dan The Year of Living Dangerously (1982).
Karir nya merambah ke Hollywood menangani film Witness (1985), Dead Poets Society (1989), The Truman Show (1998), hingga Master and Commander: The Far Side of the World (2003).
Medio 1970'an filman Australia belum populer saat itu. Film Picnic at Hanging Rock boleh dikatakan sebagai pembuka jalan bagi perfilman Australia menuju kancah internasional, khususnya bagi Mad Max (1979).
Picnic at Hanging Rock mengisahkan Hari Valentine di tahun 1900, ketika satu sekolah asrama khusus perempuan Appleyard College yang dipimpin Mrs. Appleyard (Rachel Roberts), mengadakan kegiatan piknik di Pegunungan Hanging Rock.
Kegiatan tersebut dipimpin seorang guru matematika, Mrs. Greta McGraw (Vivean Gray) dan dibimbing guru muda Mademoiselle De Portiers (Helen Morse).
Saat mereka sedang bersantai, beberapa murid yaitu Miranda (Anne-Louise Lambert), Irma (Karen Robson), Edith (Christine Schuler), serta Marion (Jane Vallis) berniat menelusuri pegunungan sejenak, dan mereka berjanji akan kembali turun sebelum sore hari.
Tampak dari kejauhan, mereka disaksikan Michael (Dominic Guard) dan seorang asisten yang kebetulan sedang piknik di sekitar area sekitar.
Di tengah perjalanan, Edith kelelahan dan mengajak ketiga teman nya untuk kembali, namun mereka tetap meneruskan perjalanan, hingga akhirnya berbagai kejadian misterius dimulai.
Penuturan cerita Picnic at Hanging Rock, sepertinya terlihat sebagai drama romantis, melalui adegan pembuka dengan suasana pagi yang cerah dan tenang.
Adegan tersebut sajikan hamparan alam terbuka, kemudian kamera menyoroti pada gedung sekolah asrama perempuan, dengan lokasi terisolasi dari pemukiman penduduk.
Tepat pada Hari Valentine, diperlihatkan bagaimana sosok sentral penuh pesona, Miranda terbangun, lalu tampak pula beberapa perempuan lain melakukan aktivitas di pagi hari.
Tampak Sara (Margaret Nelson) memberikan sebuah kartu kepada Miranda yang membacakan sebuah puisi cinta.
Mereka tampak bersiap untuk sarapan dan berangkat menuju Pegunungan Hanging Rock, namun aneh malah Sara tidak diijinkan Mrs. Appleyard ikut pikinik, tanpa alasan jelas.
Suasana piknik pun diperlihatkan dalam adegan dengan suasana hikmat dan santai, tampak mereka bergerombol dalam satu area, ada yang membaca, bersenda gurau, berselonjoran, tiduran, dan lain sebagainya.
Hingga momen hilangnya Miranda, Irma, Marion dan Mrs. Greta di lokasi tersebut, sebuah drama emosional pun mulai terasa.
Peristiwa tragis itu sangat berpengaruh terhadap sejumlah orang disekitar nya.
Dilema terjadi pada Mrs. Appleyard terhadap Sara yang sebatang kara dan merasa depresi karena tidak membayar biaya sekolah.
Michael adalah pemuda asing yang tertarik kepada Miranda, hingga ia jadi obsesi untuk mengejar dan berupaya keras menemukan gadis tersebut.
Edith mengalami guncangan jiwa akibat insiden tersebut, ia linglung dan kebingungan saat seorang detektif polisi bertindak dalam investigasi hilang nya Miranda.
Elemen drama emosional dalam Picnic at Hanging Rock sangat terasa dalam, selain hilang nya pesona seorang Miranda, juga berkenaan dengan sejumlah karakter figur lain.
Sedikit disayangkan, bahwa ada pengalihan perhatian dalam alur cerita, mengurangi atmosfir misteri untuk fokus dalam pencarian hilang nya Miranda, malah beralih kepada konflik Sara dengan Mrs. Appleyard.
Sara sangat kehilangan Miranda sebagai sahabat terdekat, putus harapan dan menjadi depresi, apalagi saat Mrs. Appleyard berupaya untuk mengusir dirinya kembali ke panti asuhan.
Sementara di sisi lain, Mrs. Appleyard juga berat hati melepaskan Sara, tapi ia harus menjaga nama baik sekolah.
Meski demikian, alur kisah film ini mampu menimbulkan rasa penasaran hingga akhir cerita.
Plot khusus petualangan Michael yang cukup menegangkan dalam mencari keberadaan Miranda, hadir dalam kombinasi visi, mimpi, dan halusinasi.
Adapun Mademoiselle De Portiers seorang guru muda asal Perancis, ternyata juga menyukai kepribadian dan pesona Miranda yang ia sebut bagaikan Malaikat Botticelli.
De Portiers memiliki watak bijak, lebih perhatian pada masalah yang dihadapi para murid. Ia pun merasa sangat sedih kehilangan Miranda.
Meski ada dua figur dominan sepanjang cerita, Sara versus Mrs. Appleyard, namun figur Miranda paling mencuri perhatian, karena koneksi diantara pesona dirinya dengan Pegunungan Hanging Rock.
Miranda digambarkan sebagai seorang gadis yang memiliki jiwa bebas dan bertualang, kontras dengan lingkungan asrama yang konservatif.
Penampilan fisik yang cantik dan sikap yang menawan, membuat Michael terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama hingga jadi obsesi.
Semua performa aktor dalam Picnic at Hanging Rock juga tak kalah meyakinkan dalam berbagai karakter berlainan.
Scoring yang terdengar sangat menyentuh, mulai dari awal hingga akhir cerita, menimbulkan empati saya yang larut dalam ketenangan, kegembiraan, ketegangan, kecemasan, kesedihan, hingga kegelisahan.
Semua itu tercampur aduk di sepanjang cerita, berkat sentuhan musik piano dengan kombinasi gaya klasik, serta alat musik Panpipe atau Panflute tradisional Rumania.
Tak hanya musik melankolis yang terdengar sepanjang cerita, aura misterius di Pegunungan Hanging Rock, terdengar melalui efek sejumlah suara aneh yang menggema, sehingga menimbulkan multi tafsir.
Apakah Pegungunan Hanging Rock menyimpan kekuatan medan magnet raksasa, keberadaan mahluk asing, atau portal menuju dimensi lain, tidak ada yang tahu!
Sejumlah mise-en-scéne antara gaya hidup Kolonial Inggris di Appleyard College, dipadukan dengan hal kontras diantara pemandangan alam liar Australia yang indah dan misterius, baik di Pegunungan Hanging Rock, maupun suasana kota kecil yang bergaya Wild West.
Film Picnic at Hanging Rock sejatinya mengisahkan misteri hilang nya Miranda, sehingga timbul dampak besar terhadap para karakter figur yang saling berkaitan satu sama lain.
Rasa putus asa, kesedihan, depresi, selalu ditekankan berulang kali di sepanjang cerita, dan berujung kepada pesona Miranda yang hilang dibalik misteri Pegunungan Hanging Rock.
Itulah sinema drama misteri review Picnic at Hanging Rock, tentang pesona Miranda dibalik misteri pegunungan.
Score 3.5 / 4 stars
Picnic at Hanging Rock | 1975 | Drama, Misteri, Suspens | Pemain: Rachel Roberts, Dominic Guard, Helen Morse, Jacki Weaver, Anne-Louise Lambert, Margaret Nelson, Karen Robson, Christine Schuler, Vivean Gray | Sutradara: Peter Weir | Produser: Hal McElroy, Jim McElroy | Penulis: Berdasarkan novel Picnic at Hanging Rock oleh Joan Lindsay. Naskah : Cliff Green | Musik: Bruce Smeaton | Sinematografi: Russell Boyd | Distributor: Australian Film Commission, British Empire Films, McElroy & McElroy Picnic Production | Negara: Australia | Durasi: 115 Menit
Comments
Post a Comment