Us (2019) : Horor Blaxploitation dan Doppelgänger
Universal Pictures |
Sinema horor review Us tentang blaxploitation dan keberadaan doppelgänger.
Film Us adalah sebuah horor blaxploitation dengan tema tentang doppelgänger, yang digarap dengan gaya penuturan yang tidak biasa oleh sineas Jordan Peele.
Blaxploitation adalah karya fiksi yang berkenaan dengan eksploitasi komunitas kulit hitam di dunia barat, seperti halnya dalam film Us.
Sedangkan film Us juga mengangkat tema doppelgänger, yaitu kembaran seseorang dari dunia atau dimensi lain.
Us ditangani sineas Jordan Peele, yang sebelum nya sukses menangani horor cerdas Get Out (2017).
Film Us mengisahkan Adelaide (Lupita Nyong’o) memiliki suami bernama Gabe (Winston Duke) dan kedua anaknya bernama Zora (Shahadi Wright Joseph) serta Pluto (Evan Alex).
Film Us mengisahkan Adelaide (Lupita Nyong’o) memiliki suami bernama Gabe (Winston Duke) dan kedua anaknya bernama Zora (Shahadi Wright Joseph) serta Pluto (Evan Alex).
Mereka sekeluarga kembali mendiami rumah orangtua Adelaide di wilayah Santa Cruz, California.
Adelaide punya trauma masa kecil di pantai dekat rumah tersebut, sempat menolak namun akhirnya mengalah dari Gabe demi masa depan kedua anak mereka.
Adelaide punya trauma masa kecil di pantai dekat rumah tersebut, sempat menolak namun akhirnya mengalah dari Gabe demi masa depan kedua anak mereka.
Mereka sekeluarga bertetangga dengan sepasang suami-istri yaitu Josh dan Kitty.
Teror pun dimulai pada malam hari, saat Adelaide sekeluarga didatangi masing-masing doppelgänger alias kembaran dari dimensi lain.
Teror pun dimulai pada malam hari, saat Adelaide sekeluarga didatangi masing-masing doppelgänger alias kembaran dari dimensi lain.
Melalui premis sederhana, film Us menghasilkan sebuah eksekusi horor meyakinkan dalam babak kedua cerita.
Adegan yang begitu menyeramkan sudah terjadi pada awal cerita kilas balik masa kecil Adelaide di pantai tersebut, meski terkesan ambigu.
Selebihnya adalah rangkaian adegan drama keluarga biasa yang cenderung monoton, ditambah dengan alur lambat.
Adegan yang begitu menyeramkan sudah terjadi pada awal cerita kilas balik masa kecil Adelaide di pantai tersebut, meski terkesan ambigu.
Selebihnya adalah rangkaian adegan drama keluarga biasa yang cenderung monoton, ditambah dengan alur lambat.
Untung saja melalui dialog menarik, alur cerita Us masih bisa dinikmati.
Horor sesungguhnya dimulai saat Pluto menghampiri sosok misterius mengenakan jubah merah di pantai saat tengah hari.
Horor sesungguhnya dimulai saat Pluto menghampiri sosok misterius mengenakan jubah merah di pantai saat tengah hari.
Hingga terjadi dalam adegan puncak ketika doppelgänger mereka menghampiri, dan akhirnya berbuah komunikasi.
Dalam poin ini, atmosfir horor yang dirasakan tidak terlalu mencekam atau menyeramkan, bahkan jauh dari kesan mengerikan.
Berkat dialog yang mumpuni, atmosfir thriller suspens begitu kuat terasa, sejak konfrontasi Adelaide dengan sang doppelgänger dirinya sendiri.
Sementara, sejumlah aksi penyerangan yang dilakukan para doppelgänger lain, terasa seperti film dengan tema "home invasion" dengan kombinasi horor dan thriller.
Secara keseluruhan, arahan dan gaya film Us seperti nya terinspirasi atau bahkan tribut terhadap sejumlah horor klasik era 1960’an dan 1970’an.
Universal Pictures |
Dalam poin ini, atmosfir horor yang dirasakan tidak terlalu mencekam atau menyeramkan, bahkan jauh dari kesan mengerikan.
Berkat dialog yang mumpuni, atmosfir thriller suspens begitu kuat terasa, sejak konfrontasi Adelaide dengan sang doppelgänger dirinya sendiri.
Sementara, sejumlah aksi penyerangan yang dilakukan para doppelgänger lain, terasa seperti film dengan tema "home invasion" dengan kombinasi horor dan thriller.
Secara keseluruhan, arahan dan gaya film Us seperti nya terinspirasi atau bahkan tribut terhadap sejumlah horor klasik era 1960’an dan 1970’an.
Aspek blaxploitation sendiri juga mulai eksis dan populer dalam sinema Hollywood sejak tahun 1971.
Baca juga: Candyman (1992) : Horor Ikonik Legenda Urban Komunitas Kulit Hitam
Mise-en-scéne melalui pengambilan sudut kamera, adegan aksi, visual, hingga pencahayaan disajikan menarik dan tidak biasa.
Baca juga: Candyman (1992) : Horor Ikonik Legenda Urban Komunitas Kulit Hitam
Mise-en-scéne melalui pengambilan sudut kamera, adegan aksi, visual, hingga pencahayaan disajikan menarik dan tidak biasa.
Penggunaan scoring yang minimal di sepanjang cerita, memperkuat elemen suspens dalam Us.
Untuk sebuah horor suspens, film ini menyelipkan beberapa dialog humor yang pas ala kultur komunitas kulit hitam atau Afro-America.
Performa Lupita Nyong’o sebagai Adelaide dalam upaya pertahanan diri dan keluarga nya patut diacungi jempol, melalui aksi heroik natural.
Karakter figur nya saat masih berusia cilik itulah yang cukup membuat bulu kuduk merinding, melalui penampilan wajah, serta sorotan mata bulat besar yang tajam.
Yang sangat disayangkan dan yang merusak filmnya itu sendiri, yaitu narasi Jordan Peele melalui alur menuju konklusi hingga akhir cerita.
Kisah nya memang menarik untuk diikuti hingga tiga-perempat cerita, namun seketika ada kejanggalan besar bahkan diluar nalar dasar sekalipun.
Untuk sebuah horor suspens, film ini menyelipkan beberapa dialog humor yang pas ala kultur komunitas kulit hitam atau Afro-America.
Performa Lupita Nyong’o sebagai Adelaide dalam upaya pertahanan diri dan keluarga nya patut diacungi jempol, melalui aksi heroik natural.
Karakter figur nya saat masih berusia cilik itulah yang cukup membuat bulu kuduk merinding, melalui penampilan wajah, serta sorotan mata bulat besar yang tajam.
Universal Pictures |
Yang sangat disayangkan dan yang merusak filmnya itu sendiri, yaitu narasi Jordan Peele melalui alur menuju konklusi hingga akhir cerita.
Kisah nya memang menarik untuk diikuti hingga tiga-perempat cerita, namun seketika ada kejanggalan besar bahkan diluar nalar dasar sekalipun.
Hal itu terdapat dalam adegan saat Adelaide sekeluarga, berniat meninggalkan kawasan rumah tinggal mereka dengan sebuah mobil.
Bahkan sebelumnya, audiens pasti sudah menebak atau bisa menarik kesimpulan terkait tujuan akhir muncul nya doppelgänger dalam adegan klimaks.
Maka setelah nya, tidak ada hal menarik kecuali saat Adelaide menelusuri sebuah terowongan misterius.
Baca juga: Apocalypse Trilogy : Prince of Darkness (1987)
Alih-alih membuat sebuah pelintiran besar, tampak Jordan Peel kesulitan dalam memberikan sebuah kejutan kepada audiens.
Justru hal itu malah mengaburkan penilaian terhadap sebuah pertentangan karakter figur mengenai tindakan “Baik versus Jahat” dalam konteks dasar kisah horor.
Justru hal itu malah mengaburkan penilaian terhadap sebuah pertentangan karakter figur mengenai tindakan “Baik versus Jahat” dalam konteks dasar kisah horor.
Us pada dasar nya sangat menjanjikan sebagai sebuah horor unik melalui karakterisasi dan elemen suspens yang kuat, melalui latar blaxploitation dan konsep doppelgänger.
Hanya saja Jordan Peele tanggung dalam menyelesaikan ide cerita itu sendiri dengan cermat.
Demikian sinema horor review Us tentang blaxploitation dan keberadaan doppelgänger.
Score : 2.5 / 4 stars
Us | 2019 | Horor | Pemain: Lupita Nyong’o, Winston Duke, Elisabeth Moss, Tim Heidecker, Shahadi Wright Joseph, Evan Alex, Madison Curry, Ashley McKoy | Sutradara: Jordan Peele | Produser: Jason Blum, Ian Cooper, Sean McKittrick, Jordan Peele | Penulis: Jordan Peele | Musik: Michael Abels | Sinematografi: Mike Gioulakis | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 116 Menit
Score : 2.5 / 4 stars
Us | 2019 | Horor | Pemain: Lupita Nyong’o, Winston Duke, Elisabeth Moss, Tim Heidecker, Shahadi Wright Joseph, Evan Alex, Madison Curry, Ashley McKoy | Sutradara: Jordan Peele | Produser: Jason Blum, Ian Cooper, Sean McKittrick, Jordan Peele | Penulis: Jordan Peele | Musik: Michael Abels | Sinematografi: Mike Gioulakis | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 116 Menit
Comments
Post a Comment