Shaft (2019) : Generasi Baru yang Setia pada Tradisinya
Sinema aksi laga review Shaft, film dari waralaba generasi baru yang setia pada tradisinya.
Shaft kembali dirilis di tahun 2019 ini dengan mengenalkan figur generasi baru yang segar, dengan pertahankan dua figur lama.
Lupakan apa kata kritikus melalui berbagai media mainstream yang sudah mulai terjangkit virus SJW (Social Justice Warrior) terhadap film Shaft yang baru dirilis kemarin.
Kontras dengan penilaian audiens umum yang normal serta cenderung objektif atas suka atau tidaknya terhadap film ini.
Film Shaft terbaru ini merupakan sekuel dari empat film sebelumnya.
Kontras dengan penilaian audiens umum yang normal serta cenderung objektif atas suka atau tidaknya terhadap film ini.
Film Shaft terbaru ini merupakan sekuel dari empat film sebelumnya.
Generasi baru yang melanjutkan sekaligus tetap setia pada tradisi narasi Shaft sebagai detektif kulit hitam ala Blaxploitation aksi laga komedi.
Seperti yang pernah dibahas sebelumnya, film kali ini yang masih memakai judul sama, yakni Shaft sebagai generasi ke-3 dari film rilisan 1971 dan 2000.
Seperti yang pernah dibahas sebelumnya, film kali ini yang masih memakai judul sama, yakni Shaft sebagai generasi ke-3 dari film rilisan 1971 dan 2000.
Shaft 2019 mengisahkan John “JJ” Shaft Jr. (Jessie T. Usher) sebagai putra John Shaft II (Samuel L. Jackson), serta cucu John Shaft (Richard Roundtree).
Baca juga: 3 Generasi 'Shaft' dalam 5 Film
Baca juga: 3 Generasi 'Shaft' dalam 5 Film
Profesi JJ adalah analis FBI yang menangani kasus kriminal terhadap keamanan jaringan digital.
Setelah sahabat karibnya tewas dengan tidak wajar, JJ mendatangi ayahnya, John Shaft II yang tidak pernah bertemu sejak ia masih bayi.
JJ sendiri sedari kecil diasuh oleh ibunya bernama Maya (Regina Hall).
Meski awalnya pertemuan mereka mengejutkan dan sedikit canggung, namun penyelidikan pun dilakukan, hingga terungkap sebuah jaringan terselubung di wilayah Harlem.
Meski awalnya pertemuan mereka mengejutkan dan sedikit canggung, namun penyelidikan pun dilakukan, hingga terungkap sebuah jaringan terselubung di wilayah Harlem.
Saat mereka membutuhkan amunisi, maka sang kakek John Shaft (Richard Roundtree) pun mulai turut membantu.
Tidak seperti empat film sebelumnya, Shaft yang satu ini adalah aksi laga komedi ringan, yang bertujuan menghibur sekaligus reuni tiga figur dalam generasi berbeda.
Penuturan kisah Shaft ini begitu klise, melalui alur tanpa mengindahkan nalar dasar.
Tidak seperti empat film sebelumnya, Shaft yang satu ini adalah aksi laga komedi ringan, yang bertujuan menghibur sekaligus reuni tiga figur dalam generasi berbeda.
Warner Bros Pictures, Netflix |
Penuturan kisah Shaft ini begitu klise, melalui alur tanpa mengindahkan nalar dasar.
Narasi nya mengangkat isu jurang pemisah antar generasi ayah dan anak, terhadap kultur serta sosialisasi kaum millennial.
Trilogi Shaft awal yang diperankan Roundtree di era 1970’an tentu saja mengutamakan maskulinitas, aksi yang mengacu hormon testoteron.
Trilogi Shaft awal yang diperankan Roundtree di era 1970’an tentu saja mengutamakan maskulinitas, aksi yang mengacu hormon testoteron.
Selain tema vigilante, figur John Shaft respek terhadap perempuan, serta narasi nya menggambarkan keanekaragaman melalui satir berupa humor segar.
Selanjutnya, memasuki tahun 2000, generasi kedua yakni John Shaft II yang diperankan Samuel L. Jackson, mengulangi apa yang telah dirintis oleh pendahulunya.
Selanjutnya, memasuki tahun 2000, generasi kedua yakni John Shaft II yang diperankan Samuel L. Jackson, mengulangi apa yang telah dirintis oleh pendahulunya.
Perbedaan generasi pertama dengan kedua tidak mengubah karakteristik pria sejati dalam dunia fiksi. Pria tetaplah pria, wanita tetaplah wanita!
Sejumlah isu sosial yang mencuat ke permukaan belakangan ini dalam industri hiburan khususnya film, semakin buruk sehingga menimbulkan dampak negatif.
Sejumlah isu sosial yang mencuat ke permukaan belakangan ini dalam industri hiburan khususnya film, semakin buruk sehingga menimbulkan dampak negatif.
Sayap kiri esktrimis dari kaum liberalis mellaui standar ganda mereka, kerap menimbulkan kontroversi dan kekerasan.
Maka generasi millennial dan Z, berperan besar dalam mengantisipasi hal tersebut melalui film Shaft berupa sindiran tajam sebuah dilema besar tersebut.
Tidak hanya aspek Blaxploitation semata yang diekspos, namun mencakup teknologi, globalisasi, serta geopolitik.
Maka generasi millennial dan Z, berperan besar dalam mengantisipasi hal tersebut melalui film Shaft berupa sindiran tajam sebuah dilema besar tersebut.
Tidak hanya aspek Blaxploitation semata yang diekspos, namun mencakup teknologi, globalisasi, serta geopolitik.
Narasi Shaft lalu mengarah pada isu gender, seksualitas, serta perbedaan keragaman etnik dan ras, terukir dalam sejumlah dialog humor di film ini.
Shaft menjawab berbagai kontroversi yang merusak industri perfilman Amerika, sekaligus memberangus politik identitas yang menyusup ke dalam beberapa waralaba film populer.
Figur John Shaft II seakan meluruskan pandangan negatif sekaligus mempertahankan kualitas akan tradisi protagonis badass, sehingga nilai hiburannya tetap terjaga.
Bagaikan dua sisi kontradiktif, film ini pula menjadi parodi terhadap figur JJ yang mewakili millennial, versus John Shaft II sebagai “dinosaurus” di jaman modern.
JJ adalah perwakilan kaum anti kekerasan dan senjata, khawatir akan pikiran dan perasaan seorang wanita yang ia taksir bernama Sasha (Alexandra Shipp).
Warner Bros Pictures, Netflix |
Shaft menjawab berbagai kontroversi yang merusak industri perfilman Amerika, sekaligus memberangus politik identitas yang menyusup ke dalam beberapa waralaba film populer.
Figur John Shaft II seakan meluruskan pandangan negatif sekaligus mempertahankan kualitas akan tradisi protagonis badass, sehingga nilai hiburannya tetap terjaga.
Bagaikan dua sisi kontradiktif, film ini pula menjadi parodi terhadap figur JJ yang mewakili millennial, versus John Shaft II sebagai “dinosaurus” di jaman modern.
JJ adalah perwakilan kaum anti kekerasan dan senjata, khawatir akan pikiran dan perasaan seorang wanita yang ia taksir bernama Sasha (Alexandra Shipp).
Dirinya ragu untuk menyatakan cinta, serta enggan mengancam balik seorang wanita yang hendak menyerang nya padahal menjadi tersangka periilaku kriminal.
Melalui sejumlah aksi kocak, sang ayah mengajari putra nya bagaimana seorang penegak hukum harus bertindak layaknya pria sejati.
Melalui nasihat dan pengalaman John Shaft II, bagaimana kehidupan dirinya dengan para wanita dan istrinya digambarkan cukup rumit.
Melalui sejumlah aksi kocak, sang ayah mengajari putra nya bagaimana seorang penegak hukum harus bertindak layaknya pria sejati.
Melalui nasihat dan pengalaman John Shaft II, bagaimana kehidupan dirinya dengan para wanita dan istrinya digambarkan cukup rumit.
John Shaft II berupaya keras terhadap situasi yang mengancam, termasuk dengan seorang wanita antagonis, tanpa menjadi seorang misoginis.
Tidak seperti film sebelumnya, John Shaft II setelah sekian lama berpisah dengan sang istri, tak lepas dari kesenangan dengan para wanita.
Tidak seperti film sebelumnya, John Shaft II setelah sekian lama berpisah dengan sang istri, tak lepas dari kesenangan dengan para wanita.
Perlu diketahui, bahwa ia bukan seorang seksis yang memperlakukan rendah para wanita.
Figur Maya meski sempat berkencan dengan pria lain, masih cemburu sekaligus memberikan isyarat agar ia dan John Shaft II segera melakukan rekonsiliasi.
Setelah bertualang dengan JJ, John Shaft II mendapatkan pengalaman berharga, terutama nilai egoisme dalam dirinya.
Warner Bros Pictures, Netflix |
Figur Maya meski sempat berkencan dengan pria lain, masih cemburu sekaligus memberikan isyarat agar ia dan John Shaft II segera melakukan rekonsiliasi.
Setelah bertualang dengan JJ, John Shaft II mendapatkan pengalaman berharga, terutama nilai egoisme dalam dirinya.
Ia tidak pernah sekalipun meminta maaf terhadap wanita seumur hidup nya.
Mereka berdua lambat laun saling belajar untuk merubah diri masing-masing ke arah yang lebih baik, dalam rangka menjembatani jurang antar generasi.
Banyak sekali aksi laga dan dialog renyah dalam film ini, bagaikan kombinasi komedi ala action flick tahun 1990’an.
Baca juga: Lintas Generasi Karakter dalam Film Sekuel
Sementara sang kakek dan ayah masih cuek menyeberang jalan raya, membuat para pengemudi mobil marah-marah.
Mereka berdua lambat laun saling belajar untuk merubah diri masing-masing ke arah yang lebih baik, dalam rangka menjembatani jurang antar generasi.
Banyak sekali aksi laga dan dialog renyah dalam film ini, bagaikan kombinasi komedi ala action flick tahun 1990’an.
Baca juga: Lintas Generasi Karakter dalam Film Sekuel
Sementara sang kakek dan ayah masih cuek menyeberang jalan raya, membuat para pengemudi mobil marah-marah.
Begitu pula umpatan kasar ala kulit hitam, tentu mendominasi dialog yang dilakukan secara proporsional.
Generasi baru dalam film Shaft yang masih setia pada tradisi, memberikan tamparan keras terhadap politik identitas SJW.
Generasi baru dalam film Shaft yang masih setia pada tradisi, memberikan tamparan keras terhadap politik identitas SJW.
Film ini merupakan satir cerdas, guna mempertahankan nilai dari waralaba itu sendiri.
Shaft 2019 ini meski tampak menjadi "korban" yang terlewatkan akibat lawakan konyol kritikus dalam memberikan nilai rendah.
Shaft 2019 ini meski tampak menjadi "korban" yang terlewatkan akibat lawakan konyol kritikus dalam memberikan nilai rendah.
Bagaimana pun juga, Shaft memberikan hiburan terbaik kepada audiens sebagai sekuel signifikan.
Demikian sinema aksi laga review Shaft, film dari waralaba generasi baru yang setia pada tradisinya.
Score : 3.5 / 4 stars
Shaft | 2019 | Aksi Laga, Komedi | Pemain: Samuel L. Jackson, Jessie T. Usher, Regina Hall, Richard Roundtree, Alexandra Shipp, Isaac de Bankloé | Sutradara: Tim Story | Produser: John Davis | Penulis: Berdasarkan karakter karya Ernest Tidyman. Skenario: Kenya Barris, Alex Barnow | Musik: Christopher Lennertz | Sinematografi: Larry Blanford | Distributor: Warner Bros Pictures (Amerika Serikat), Netflix (Internasional) | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 105 Menit
Score : 3.5 / 4 stars
Shaft | 2019 | Aksi Laga, Komedi | Pemain: Samuel L. Jackson, Jessie T. Usher, Regina Hall, Richard Roundtree, Alexandra Shipp, Isaac de Bankloé | Sutradara: Tim Story | Produser: John Davis | Penulis: Berdasarkan karakter karya Ernest Tidyman. Skenario: Kenya Barris, Alex Barnow | Musik: Christopher Lennertz | Sinematografi: Larry Blanford | Distributor: Warner Bros Pictures (Amerika Serikat), Netflix (Internasional) | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 105 Menit
Comments
Post a Comment