First Blood (1982) : Pertumpahan Darah Akibat Kesalahpahaman
Orion Pictures |
Sinema laga review First Blood, tentang aksi pertumpahan darah akibat kesalahpahaman.
Seorang pengembara mantan prajurit terbaik, seketika mendapatkan perlakuan kejam sehingga mengakibatkan pertumpahan darah akibat kesalahpahaman.
Itulah premis First Blood, yang mengangkat tema membangkitkan kembali gejala PTSD (Post-traumatic Stess Disorder).
Itulah premis First Blood, yang mengangkat tema membangkitkan kembali gejala PTSD (Post-traumatic Stess Disorder).
First Blood mengangkat derita pasca perang pengidap PTSD, John Rambo terhadap penyesuaian lingkungan sosial.
Figur Rambo pertama kali diperkenalkan melalui sebuah novel berjudul First Blood karya David Morell yang terbit di tahun 1972.
Sepuluh tahun kemudian, novel tersebut diadaptasi ke layar lebar oleh duo produser Mario Kassar dan Andrew G. Vajna.
Kesuksesan First Blood baik dari pendapatan maupun kritik, menjadi salah satu genre aksi laga yang paling berpengaruh dalam film Hollywood.
Kesuksesan First Blood baik dari pendapatan maupun kritik, menjadi salah satu genre aksi laga yang paling berpengaruh dalam film Hollywood.
Baca juga: Review 3 Sekuel 'Rambo'
Meski kemudian dalam perkembangan dalam ketiga sekuel First Blood, karakterisasi Rambo cenderung menjadi aksi belaka mengandalkan laga dan kekerasan semata.
John Rambo tak ubahnya seperti alat propaganda Amerika Serikat terhadap berbagai konflik di wilayah perang.
Orion Pictures |
Namun pula tak dipungkiri, melalui figur Rambo, Sylvester Stallone menambahkan figur heroik setelah berperan sebagai Rocky Balboa.
First Blood mengisahkan John Rambo (Sylvester Stallone) seorang veteran Perang Vietnam, mengunjungi mantan rekan nya di kota kecil Hope.
Setelah mengetahui bahwa rekannya telah meninggal, ia pun berkelana hingga akhirnya dicegat Sherif Will Teasle (Brian Dennehy).
Teasle tidak menyukai keberadaan orang seperti John Rambo, lalu ia mengantarkan Rambo menuju batas kota dan mempersilahkan pergi.
Rambo sesungguhnya hanya ingin menyantap makan siang, dan ia pun berjalan kaki kembali menuju Hope.
Dari dalam mobil, Teasle kesal dan segera menangkap Rambo, lalu mengurungnya di dalam penjara kantor.
John Rambo akhirnya berhasil melarikan diri menuju hutan area pegunungan, sambil dikejar kelompok Teasle yang kesulitan menangkapnya.
John Rambo akhirnya berhasil melarikan diri menuju hutan area pegunungan, sambil dikejar kelompok Teasle yang kesulitan menangkapnya.
Kini giliran Rambo yang berkuasa di hutan dan sempat mengamcam Teasle untuk tidak macam-maca dengan dirinya.
Teasle yang masih dendam dan kesal terhadap Rambo, kembali ke kota dan kemudian didatangi Kolonel Sam Trautman (Richard Crenna).
Teasle yang masih dendam dan kesal terhadap Rambo, kembali ke kota dan kemudian didatangi Kolonel Sam Trautman (Richard Crenna).
Trautman hendak menjemput Rambo sekaligus memperingati Teasle akan resiko yang dihadapinya.
Teasle yang bersikukuh tetap memburu Rambo dengan meminta bantuan pasukan garda nasional, sehingga perang pun tak terhindarkan.
Sylvester Stallone terlibat dalam dalam menyusun naskah yang mampu membuat karakter Rambo menjadi manusiawi.
Orion Pictures |
Teasle yang bersikukuh tetap memburu Rambo dengan meminta bantuan pasukan garda nasional, sehingga perang pun tak terhindarkan.
Sylvester Stallone terlibat dalam dalam menyusun naskah yang mampu membuat karakter Rambo menjadi manusiawi.
Stallone mampu membuat perbedaan mengejutkan sekaligus signifikan terhadap First Blood, sebagai salah satu film aksi laga terbaik yang pernah ada.
Kontras dengan gambaran dalam novelnya, bahwa aksi Rambo sungguh brutal dan dengan mudah membunuh semua musuhnya, sekaligus menutup cerita secara tragis.
First Blood adalah sebuah aksi laga sederhana yang sangat efektif dalam merangkai alur cerita.
Kontras dengan gambaran dalam novelnya, bahwa aksi Rambo sungguh brutal dan dengan mudah membunuh semua musuhnya, sekaligus menutup cerita secara tragis.
First Blood adalah sebuah aksi laga sederhana yang sangat efektif dalam merangkai alur cerita.
Film ini disajikan secara impresif, melalui karakterisasi, dialog, setting dan visual, serta tentu adegan laga berkualitas.
Film dimulai dengan kredit pembuka disertai alunan tema "Home Coming" dari Jerry Goldsmith.
Film dimulai dengan kredit pembuka disertai alunan tema "Home Coming" dari Jerry Goldsmith.
Tampak dari kejauhan, John Rambo mengenakan jaket dan tas ransel militer, menghampiri rumah kawan lamanya.
Lalu Rambo dengan sikap dingin bertemu sekaligus berdialog singkat dengan Sheriff Teasle yang arogan, hingga terjadi komflik perdana.
Maka, sejak itu Rambo mulai melakukan respon melalui perlawanan terhadap Teasle dan anak buahnya.
Lalu Rambo dengan sikap dingin bertemu sekaligus berdialog singkat dengan Sheriff Teasle yang arogan, hingga terjadi komflik perdana.
Orion Pictures |
Maka, sejak itu Rambo mulai melakukan respon melalui perlawanan terhadap Teasle dan anak buahnya.
Aksi tersebut tentu saja yang paling ditunggu oleh saya yang tak sabar ingin segera membungkam mulut besar Teasle yang menyebalkan itu.
Maka, sejak adanya perburuan, maka petualangan yang bermula dari kesalahpahaman itu menjadi peperangan besar.
Maka, sejak adanya perburuan, maka petualangan yang bermula dari kesalahpahaman itu menjadi peperangan besar.
Kuatnya karakterisasi John Rambo dalam First Blood menjadi catatan tersendiri hingga mampu diakui kritik secara global.
John Rambo seringkali menjadi referensi ikonik dalam budaya populer, terlebih setelah dirilis dua sekuel berikutnya.
Rambo sejatinya hanya ingin mendapatkan pekerjaan demi bertahan hidup, namun jangan sesekali melecehkan dirinya.
Rambo sejatinya hanya ingin mendapatkan pekerjaan demi bertahan hidup, namun jangan sesekali melecehkan dirinya.
Figur John Rambo merupakan salah satu contoh nyata pengidap PTSD sebagai veteran perang, apalagi pernah menjadi tawanan musuh.
Sisi psikologis Rambo sebagai seorang penyendiri menjadi paranoid akan kekejaman perang yang menewaskan seluruh sahabatnya.
Adegan emosional paling dikenang terjadi menjelang akhir cerita saat dirinya kembali bertemu Trautman.
Adegan emosional paling dikenang terjadi menjelang akhir cerita saat dirinya kembali bertemu Trautman.
Adegan itu adalah yang terbaik dalam First Blood, menjadi poin terpenting setelah semuanya dilalui dari awal cerita.
Dialog Rambo yang emosional, meledak-ledak diakhiri dengan sesuatu yang mengharukan, hingga ditutup dengan diiringi lagu "It’s a Long Road" yang dilantunkan oleh Dan Hill.
Performa Sylvester Stallone sebagai John Rambo dalam adegan tersebut sungguh mengejutkan, setelah sebelumnya minim dialog dengan meski terutup sejumlah laga impresif.
Orion Pictures |
Performa Sylvester Stallone sebagai John Rambo dalam adegan tersebut sungguh mengejutkan, setelah sebelumnya minim dialog dengan meski terutup sejumlah laga impresif.
Adapun performa Richard Crenna sebagai Trautman memang tidak istimewa, namun karena wibawa besar, maka menjadi berarti.
Trautman sendiri bagaikan figur "ayah" bagi John Rambo. Hal itu ditegaskan dalam adegan akhir yang sangat menyentuh.
Trautman sendiri bagaikan figur "ayah" bagi John Rambo. Hal itu ditegaskan dalam adegan akhir yang sangat menyentuh.
Lain halnya dengan Teasle yang diperankan sempurna oleh Brian Dennehy, sungguh kontras sebagai korban propaganda media.
Elemen tersebut menjadi potret sentimen terhadap pemerintahan berdasarkan kondisi politik Amerika Serikat dalam era Perang Dingin.
Teasle dan kelompoknya mewakili pandangan sebagian masyarakat yang terhasut karena pandangan negatif veteran perang.
Elemen tersebut menjadi potret sentimen terhadap pemerintahan berdasarkan kondisi politik Amerika Serikat dalam era Perang Dingin.
Teasle dan kelompoknya mewakili pandangan sebagian masyarakat yang terhasut karena pandangan negatif veteran perang.
Sedangkan di sisi lain, para veteran perang pun memiliki sikap tidak biasa dan sulit masuk ke dalam lingkungan sosial masyarakat.
Teasle meremahkan John Rambo, merupakan contoh figur konyol dalam komunitas warga.
Sejumlah aksi laga spektakuler didukung latar dan suasana menakjubkan, banyak disajikan dalam First Blood.
Teasle meremahkan John Rambo, merupakan contoh figur konyol dalam komunitas warga.
Orion Pictures |
Sejumlah aksi laga spektakuler didukung latar dan suasana menakjubkan, banyak disajikan dalam First Blood.
Mulai saat Rambo mengendarai motor menuju pegunungan yang dikejar kelompok Teasle, hingga giliran dirinya yang berkuasa di hutan.
Lalu adegan final, peperangan kembali berada di Kota Hope, disertai sejumlah ledakan dan baku-tembak yang berakhir di markas Teasle.
Efek praktis mengagumkan, juga diperlihatkan saat Rambo menjahit sendiri luka di lengannya,
Sejumlah dialog yang sangat mengena pun muncul, seperti:
“Nothing is over!”, “You’re not hunting him … he’s hunting you.”, “God didn’t make Rambo. I make him!”, “You send that many, don’t forget one thing … a good supply of body bags.”
Efek praktis mengagumkan, juga diperlihatkan saat Rambo menjahit sendiri luka di lengannya,
Sejumlah dialog yang sangat mengena pun muncul, seperti:
“Nothing is over!”, “You’re not hunting him … he’s hunting you.”, “God didn’t make Rambo. I make him!”, “You send that many, don’t forget one thing … a good supply of body bags.”
atau
“I don’t think you understand. I didn’t come to rescue Rambo from you. I came here to rescue you from Rambo.”
Setting berupa pemandangan indah Hope dengan latar pegunungan di saat musim gugur atau hujan, mendukung emosi dan rasa bagi audiens untuk terikat dengan John Rambo.
Setting berupa pemandangan indah Hope dengan latar pegunungan di saat musim gugur atau hujan, mendukung emosi dan rasa bagi audiens untuk terikat dengan John Rambo.
Baca juga: Rambo : Last Blood (2019), Saatnya Kembali Lebih Manusiawi
Juga area hutan hujan di pegunungan itu sendiri, menjadikan medan peperangan Rambo seorang diri terhadap sejumlah besar pasukan lawan, begitu intens dan terkadang mencekam.
First Blood sabagai pertumparan darah akibat kesalahpahaman yang menimbulkan peperangan.
First Blood sabagai pertumparan darah akibat kesalahpahaman yang menimbulkan peperangan.
Film ini digarap dengan memperhatikan karakterisasi berkualitas serta sejumlah aspek lain secara impresif.
First Blood merupakan yang terbaik diantara semua film dalam waralaba Rambo yang entah kapan berakhir.
First Blood merupakan yang terbaik diantara semua film dalam waralaba Rambo yang entah kapan berakhir.
Demikian sinema laga review First Blood, tentang aksi pertumpahan darah akibat kesalahpahaman.
Score: 4 / 4 stars
First Blood | 1982 | Aksi Laga, Petualangan | Pemain: Sylvester Stallone, Brian Dennehy, Richard Crenna, David Caruso | Sutradara: Ted Kotcheff | Produser: Buzz Feitshans | Penulis: Berdasarkan novel First Blood karya David Morell. Naskah: Michael Kozoll, William Sackheim, Sylvester Stallone | Musik: Jerry Goldsmith | Sinematografi: Andrew Laszlo | Distributor: Orion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 93 Menit
Score: 4 / 4 stars
First Blood | 1982 | Aksi Laga, Petualangan | Pemain: Sylvester Stallone, Brian Dennehy, Richard Crenna, David Caruso | Sutradara: Ted Kotcheff | Produser: Buzz Feitshans | Penulis: Berdasarkan novel First Blood karya David Morell. Naskah: Michael Kozoll, William Sackheim, Sylvester Stallone | Musik: Jerry Goldsmith | Sinematografi: Andrew Laszlo | Distributor: Orion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 93 Menit
Comments
Post a Comment