The Sentinel (1977) : Sang Penjaga Gerbang Neraka
Universal Pictures |
Sinema horor review The Sentinel, film adaptasi sebuah novel tentang sang penjaga gerbang neraka.
Anda menyukai novel horor? Maka wajib baca The Sentinel karya Jeffrey Konvitz yang laris manis.
Premisnya sangat menarik, dan setelah saya tonton filmnya dan berhubung saya tidak suka baca novel, konsep ceritanya sangat brilian.
Premisnya sangat menarik, dan setelah saya tonton filmnya dan berhubung saya tidak suka baca novel, konsep ceritanya sangat brilian.
Kisah film ini mencampur-adukan elemen religi dalam hal ini Gereja Katholik, dengan roman horor dalam dunia supranatural melalui karakter kunci sang penjaga gerbang neraka.
Jarang ada film horor serius dalam jalur utama yang melibatkan langsung campur tangan Gereja dengan para iblis antagonis, setelah Rosemary’s Baby (1968), The Exorcist (1973), The Omen (1976) atau Prince of Darkness (1987).
Jarang ada film horor serius dalam jalur utama yang melibatkan langsung campur tangan Gereja dengan para iblis antagonis, setelah Rosemary’s Baby (1968), The Exorcist (1973), The Omen (1976) atau Prince of Darkness (1987).
Sempat meredup di era 90’an dan bangkit kembali dalam dua dekade ini yang banyak mengambil tema eksorsisme maupun supranatural.
Waralaba "Semesta The Conjuring" adalah yang fenomenal dalam mempopulerkan karakter Valak melalui The Conjuring 2 (2016) dan The Nun (2018) yang sempat hype beberapa waktu yang lalu.
The Sentinel diisi oleh jajaran bintang populer di masanya, mulai dari yang muda seperti Cristina Raines, Chris Sarandon, Jeff Goldblum dan Christopher Walken hingga pendatang baru seperti Beverly D’ Angelo dan Tom Berenger.
Mereka beradu akting dengan para veteran mulai dari Ava Gardner, Burgess Meredith, Eli Wallach, Martin Balsam, hingga aktor senior John Carradine.
The Sentinel diisi oleh jajaran bintang populer di masanya, mulai dari yang muda seperti Cristina Raines, Chris Sarandon, Jeff Goldblum dan Christopher Walken hingga pendatang baru seperti Beverly D’ Angelo dan Tom Berenger.
Universal Pictures |
Mereka beradu akting dengan para veteran mulai dari Ava Gardner, Burgess Meredith, Eli Wallach, Martin Balsam, hingga aktor senior John Carradine.
Sebuah proyek ambisius yang diperankan oleh para aktor/aktris ternama, langka terjadi di film horor modern!
Kisah The Sentinel terdapat pada karakter sentral bernama Alison (Cristina Raines), seorang model yang ingin tinggal sendiri, dalam menghadapi kejenuhan dengan kekasihnya, Michael (Chris Sarandon) sebelum mereka akan menikah.
Melalui seorang agen bernama Miss Logan (Ava Gardner), Alison akhirnya menyewa unit di sebuah apartemen bergaya klasik di pinggiran kota New York.
Kisah The Sentinel terdapat pada karakter sentral bernama Alison (Cristina Raines), seorang model yang ingin tinggal sendiri, dalam menghadapi kejenuhan dengan kekasihnya, Michael (Chris Sarandon) sebelum mereka akan menikah.
Melalui seorang agen bernama Miss Logan (Ava Gardner), Alison akhirnya menyewa unit di sebuah apartemen bergaya klasik di pinggiran kota New York.
Penasaran, Alison lalu diberitahu Logan bahwa seorang pria penghuni unit paling atas yang duduk seharian menghadap jendela, adalah seorang pastur buta dan diurus oleh pihak Gereja.
Alison pun bertemu dengan tetangga penghuni apartemen yakni Charles (Burgess Meredith) seorang pria tua yang ramah dan bersahabat.
Alison pun bertemu dengan tetangga penghuni apartemen yakni Charles (Burgess Meredith) seorang pria tua yang ramah dan bersahabat.
Adapun penghuni lainnya, yakni sepasang lesbian aneh bernama Gerde (Sylvia Miles) dan Sandra (Beverly D’ Angelo).
Malam harinya, Alison dikejutkan oleh fenomena aneh, berupa berbagai suara menyerupai benturan logam dan chandelier (lampu gantung) yang bergoyang-goyang.
Malam harinya, Alison dikejutkan oleh fenomena aneh, berupa berbagai suara menyerupai benturan logam dan chandelier (lampu gantung) yang bergoyang-goyang.
Michael diam-diam meminta seorang detektif swasta (Eli Wallach) untuk menyelidiki hal tersebut, sementara Alison mengadukannya kepada Logan.
Namun apa yang terjadi selanjutnya adalah pengalaman paling mengerikan yang dihadapi oleh Alison.
Cerita film ini dibuka dengan memperlihatkan sebuah adegan dalam Gereja yang terletak jauh dari keramaian di sebuah lokasi di Italia, lalu setting cerita pun berpindah tempat menuju kota New York.
Universal Pictures |
Namun apa yang terjadi selanjutnya adalah pengalaman paling mengerikan yang dihadapi oleh Alison.
Cerita film ini dibuka dengan memperlihatkan sebuah adegan dalam Gereja yang terletak jauh dari keramaian di sebuah lokasi di Italia, lalu setting cerita pun berpindah tempat menuju kota New York.
Di awal cerita menyajikan aktivitas figur utamanya yakni Alison sebagai model yang melakukan sesi pemotretan, dengan seorang fotografer yang diperankan Jeff Goldblum.
Terkesan seperti drama romantis, bagaimana keharmonisan hubungan Alison dengan Michael yang pada titik tertentu, Alison ingin mendapat ruang privasinya sendiri dengan mencari unit apartemen yang ingin disewanya.
Alison sendiri ternyata memiliki masa lalu yang suram, terkait sikap dan gaya hidup mendiang ayahnya, hal tersebut disajikan melalui sebuah kilas-balik yang membuat Alison trauma.
Alison sendiri ternyata memiliki masa lalu yang suram, terkait sikap dan gaya hidup mendiang ayahnya, hal tersebut disajikan melalui sebuah kilas-balik yang membuat Alison trauma.
Kemudian ada sebuah simbol melalui objek khusus, yang merupakan petunjuk penting menuju konklusi ceritanya.
Sejak adegan kilas-balik dengan gaya surealis tersebut diperlihatkan, atmosfir horor perlahan mulai terangkat perlahan.
Meski demikian, saya merasa tidak ada hubungannya dengan apa yang akan menimpa Alison dan Michael selanjutnya.
Bahkan, adegan saat Alison menatap ke lantai atas, menuju sosok pastur buta yang misterius dan menatap jendela itupun, sudah mulai terasa sedikit angker, padahal apartemen tersebut berada di dalam kota, bukan komplek perumahan yang sepi.
Bahkan, adegan saat Alison menatap ke lantai atas, menuju sosok pastur buta yang misterius dan menatap jendela itupun, sudah mulai terasa sedikit angker, padahal apartemen tersebut berada di dalam kota, bukan komplek perumahan yang sepi.
Universal Pictures |
Kagumnya saya akan konsep cerita di film ini adalah kompleksitas tujuan dan motif atas dunia supranatural, yang berbasis dongeng klise antara good versus evil berdasarkan dogma ajaran kepercayaan.
Ada sebuah pelintiran yang paling signifikan terjadi saat konklusi cerita menuju akhir, it blew my mind!
Tak hanya itu, latar belakang dan keunikan masing-masing karakter pun cukup kuat di film ini, berdasarkan performa masing-masing pemerannya.
Tak hanya itu, latar belakang dan keunikan masing-masing karakter pun cukup kuat di film ini, berdasarkan performa masing-masing pemerannya.
Selain figur Alison dan Michael yang dimainkan dengan baik dan tercipta ikatan kuat antara Raines dan Sarandon, juga karisma misterius Gardner sebagai Miss Logan dan Arthur Kennedy sebagai Monsignor Franchino yang mampu menguatkan aura suspens dengan pas.
Performa ambigu aktris veteran Sylvia Miles sebagai lesbian, juga berani dan cukup vulgar bersama dengan Beverly D’Angelo.
Performa ambigu aktris veteran Sylvia Miles sebagai lesbian, juga berani dan cukup vulgar bersama dengan Beverly D’Angelo.
Baca juga: The Unhloy (1988): Bertarung dengan Iblis Wanita Penggoda dalam Gereja
Sedangkan penampilan Burgess Meredith sebagai sang tetangga ramah Charles, mampu mencairkan dan menghangatkan suasana, di tengah-tengah cerita misteri horor itu.
Sedangkan penampilan Burgess Meredith sebagai sang tetangga ramah Charles, mampu mencairkan dan menghangatkan suasana, di tengah-tengah cerita misteri horor itu.
Salah satunya yakni kemeriahan suasana adegan pesta ulang tahun kucing peliharaannya Charlie, dengan mengundang Alison dan seluruh penghuni apartemen.
Kombinasi humor pun sangat terasa berkat penampilan Eli Wallach sebagai detektif sinis bernama Gatz, dalam berbagai adegan penyelidikan dan investigasinya terhadap Michael dan Alison.
Kombinasi humor pun sangat terasa berkat penampilan Eli Wallach sebagai detektif sinis bernama Gatz, dalam berbagai adegan penyelidikan dan investigasinya terhadap Michael dan Alison.
Beberapa patah kalimat catchy dalam dialog dengan atasannya dan Michael, mampu meredamkan aura horor di film ini.
Sayangnya, porsi kecil Christopher Walken sebagai partner Gatz yang dingin bernama Rizzo dan hanya mengucapkan beberapa kalimat, terkesan sebagai ‘penghias’ saja.
Ada pula peran kecil Martin Balsam sebagai profesor yang selalu lupa menyebut nama, juga tak kalah menghiburnya.
Sejauh yang saya perhatikan, hampir di setiap film yang diarahkan oleh Michael Winner, terletak pada permainan emosi dan feel audiens, melalui adegan dan dramatisasi scoring.
Universal Pictures |
Sejauh yang saya perhatikan, hampir di setiap film yang diarahkan oleh Michael Winner, terletak pada permainan emosi dan feel audiens, melalui adegan dan dramatisasi scoring.
Bagaimana Winner bisa memainkan ritme dan tempo berlainan dengan transisi smooth, meski terkadang ekstrim dan mengejutkan.
Sejsak awal cerita film ini, bagaimana adegan dan scoring terasa indah bagaikan drama romantis, ditambah dengan mise-en-scéne elegan dalam sesi pemotretan model.
Sejsak awal cerita film ini, bagaimana adegan dan scoring terasa indah bagaikan drama romantis, ditambah dengan mise-en-scéne elegan dalam sesi pemotretan model.
Kontras dengan adegan flashback saat Alison berada di rumah orangtuanya, atau saat ia diteror oleh sura-suara aneh atau mahluk-mahluk gentayangan di malam hari.
Sejumlah efek spesial dan riasan pun lumayan impresif di era-nya.
Sejumlah efek spesial dan riasan pun lumayan impresif di era-nya.
Bagaimana berbagai mahluk seram diperlihatkan, beberapa adegan yang cukup berdarah-darah, semua hal itu agak mirip penggambarannya sebagai cenobite dalam film Hellraiser (1987).
Meski demikian, agak disayangkan dalam adegan teror para Legion tersebut tidak dibuat mengerikan dan dramatis, terasa kurang epik, terkesan bahwa scoring-nya pun malah tidak berperan.
Gilanya, kontroversi di film ini adalah:
Meski demikian, agak disayangkan dalam adegan teror para Legion tersebut tidak dibuat mengerikan dan dramatis, terasa kurang epik, terkesan bahwa scoring-nya pun malah tidak berperan.
Gilanya, kontroversi di film ini adalah:
Performa para mahluk Legion tersebut, diperankan oleh orang-orang yang memang nyata mengalami cacat fisik, yang dipakai sebagai performer dalam sirkus atau karnaval, menurut beberapa sumber yang melaporkan hal tersebut.
The Sentinel adalah sebuah horor klasik yang wajib anda tonton, mengingat kehebatan ceritanya yang mampu membuat audiens terkejut hingga akhir.
The Sentinel adalah sebuah horor klasik yang wajib anda tonton, mengingat kehebatan ceritanya yang mampu membuat audiens terkejut hingga akhir.
Jangan pernah sekalipun anda mendengarkan bocorannya!
Demikian sinema horor review The Sentinel, film adaptasi sebuah novel tentang sang penjaga gerbang neraka.
Score : 3 / 4 stars
The Sentinel | 1977 | Horor, Misteri | Pemain: Cristina Raines, Chris Sarandon, Martin Balsam, Burgess Meredith, Sylvia Miles, Beverly D’ Angelo, Ava Gardner, Arthur Kennedy, Jose Férrer, Eli Wallach, John Carradine, Christopher Walken | Sutradara: Michael Winner | Produser: Jeffrey Konvitz, Michael Winner | Penulis: Berdasarkan novel The Sentinel karya Jeffrey Konvitz. Naskah: Jeffrey Konvitz, Michael Winner | Musik: Gil Mellé | Sinematografi: Richard C. Kratina | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 92 Menit
Score : 3 / 4 stars
The Sentinel | 1977 | Horor, Misteri | Pemain: Cristina Raines, Chris Sarandon, Martin Balsam, Burgess Meredith, Sylvia Miles, Beverly D’ Angelo, Ava Gardner, Arthur Kennedy, Jose Férrer, Eli Wallach, John Carradine, Christopher Walken | Sutradara: Michael Winner | Produser: Jeffrey Konvitz, Michael Winner | Penulis: Berdasarkan novel The Sentinel karya Jeffrey Konvitz. Naskah: Jeffrey Konvitz, Michael Winner | Musik: Gil Mellé | Sinematografi: Richard C. Kratina | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 92 Menit
Comments
Post a Comment