9 Film Karakter Wanita Heroik yang Kontroversial
Image by OpenClipart-Vectors/Pixabay |
Get Woke, Go Broke!
Daftar sembilan film dalam sinema tentang karakter heroik wanita yang kontroversial di masa kini.
Istilah tersebut berlaku dalam daftar sembilan film kontroversial dengan karakter wanita heroik yang memecah-belah penggemar, berkenaan dengan International Women’s Day beberapa waktu lalu.
Mengapa hal tersebut saya angkat? Karena sebagai seorang penggemar dan penikmat film, sangat disayangkan akan perlakuan Hollywood yang gagal.
Industri film sulit mewujudkan penceritaan dan pengembangan karakter bagus dan menarik terkait peran jagoan wanita, sehingga wajar saja jika menuai kontroversi.
Atas nama Woman Empowerment atau Feminisme Modern melalui narasi anti-lelaki, jelas bahwa ideologi progresif Far-Left atau SJW alias Social Justice Warrior merambah ke dunia film.
Isu terakhir yang viral adalah saat Gina Carano sebagai Cara Dune dalam The Mandalorian, dipecat dari Disney hanya karena perbedaan opini terhadap pandangan politiknya.
Padahal cuitan Carano adalah bentuk Free Speech yang tidak melanggar hukum, sungguh ironis!
Semakin banyak kontroversi yang dibuat Hollywood untuk memecah-belah dan bahkan mengasingkan penggemarnya sendiri, serta menuduh balik mereka sebagai radikalis Sayap Kanan.
Tampaknya kontroversi akan terus berlanjut, berkenaan dengan kampanye gerakan feminisme modern yang semakin bias maknanya.
Maka tak heran, kritik pedas hingga cercaan datang dari para penggemar serta audiens, terlepas dari hasil kritikus melalui media maupun box office.
Baca juga: Jangan Terpengaruh ‘Rating’ Film
Maka peperangan akbar terjadi antara penggemar dan audiens dengan media yang diwakili kritikus, seperti kontrasnya skor penilaian di situs Rotten Tomatoes misalnya.
Juga peran media sosial banyak menyalurkan opini penggemar dan audiens tatkala mereka tidak menyukai filmnya.
Dalam kurun waktu kurang dari satu dekade, akhirnya saya pilih sembilan film yang mengangkat karakter wanita heroik.
Adapun hal yang kontroversial, saya ambil dari berbagai sumber. Berikut adalah urutannya:
Warner Bros Pictures |
Gender swap dalam semesta Ocean’s Trilogy ini, sejatinya adalah film medioker yang tidak sebaik pendahulunya.
Secara keseluruhan Ocean's 8 dinilai antara medioker hingga cukup baik oleh para kritikus.
Namun aktris yang membintangi filmnya seperti Mindy Kaling dan Cate Blanchett, merujuk pada pernyataan Meryl Streep.
Pandangan negatif mereka yakni menuding para kritikus yang didominasi pria kulit putih akan penilaian yang tidak berimbang.
Premisnya memang menarik, penuh dengan intrik dan kejutan, performa Sandra Bullock dan Cate Blanchett apik seperti biasanya.
Film ini tetap tidak mampu diimbangi dengan penampilan para pendukung wanita lainnya yang tidak mengesankan sama sekali, sehingga mudah larut karena terasa begitu ringan dalam sekejap.
Score: 1.5 / 4 stars
Sony Pictures Releasing |
Elizabeth Banks sebagai penulis, sutradara, dan pemain dalam Charlie’s Angels terburuk sepanjang masa.
Banks langsung menyalahkan penggemar dan audiens karena kegagalan di box office.
Secara spesifik ia menyalahkan pria yang lebih menggemari jagoan wanita dalam film, seperti dari adaptasi komik superhero.
Sederhananya, Banks menyalahkan audiens pria yang tidak suka dengan filmnya tentang jagoan wanita.
Filmnya sendiri tidaklah berarti, bahkan dibandingkan dengan versi tahun 2000 yang begitu fun dan menghibur, melalui figur wanita apa adanya yang memiliki hubungan normal.
Versi 2019 ini tidak mengesankan apa-apa selain hanya menekankan bahwa wanita bisa melakukan segalanya dan tidak membutuhkan pria.
Narasi penceritaan film ini tendensius alih-alih memberikan kejutan, hingga akhirnya menjadi hancur berantakan.
Score: 0 / 4 stars
Universal Pictures |
Film feminis dengan genre horor seperti yang diakui oleh sang penulis dan sutradaranya sendiri Sofia Takal.
Versi ini tidak pantas berada dalam waralaba Black Christmas, bahkan jika dibandingkan dengan versi 2006.
Narasinya berupaya membuat generalisasi bahwa pria kulit putih adalah sang antagonis.
Mereka bertujuan menguasai serta mengungguli wanita, disertakan melalui tema pelecehan seksual dan gerakan #MeToo.
Diperparah dengan eskekusi buruk dari sejumlah aspek krusial dalam film terutama premis, karakterisasi, serta dialog.
Belum lagi jump scare kacangan termasuk duplikasi adegan The Exorcist III: Legion (1990),
Black Christmas versi ini sarat akan isu seksisme, misoginis, rasisme serta pelecehan dan bullying dengan penyampaian yang sangat mentah dan kasar.
Wajar jika penilaian audiens begitu buruk, serta performa filmnya yang mudah terlupakan.
Scaore: 0 / 4 stars
Paramount Pictures, 20th Century Fox |
Waralaba itu seharusnya menjadi antisipasi besar, saat James Cameron kembali menangani Terminator: Dark Fate.
Namun ulah Tim Miller menyerang penggemar sebagai misoginis, karena mengkritik figur Grace berdasarkan estetika serta karakterisasinya.
Cerita yang ditulis hingga enam orang itu, tak lebih sebagai nostalgia belaka sejak kembalinya Linda Hamilton dan cameo dari Edward Furlong.
Film ini tidak memiliki poin signifikan selain hanya pergantian figur semata dan kembali menjadi sekuel alternatif, dan saya memilih sekuel Terminator: Rise of the Machines (2003).
Kerugian besar yang diderita film ini jelas membatalkan rencana sekuel atau trilogi baru. Waralaba Terminator semakin hancur dan sudah tidak perlu disentuh lagi.
Score: 1.5 / 4 stars
United Artists, Universal Pictures |
Peran media sangat mempengaruhi opini para penggemar serta audiens.
Hal itu terjadi saat audiens kecewa karena Agen 007 James Bond selanjutnya adalah seorang wanita kulit hitam yang diperankan Lashana Lynch.
Ada impresi bahwa figurnya bakal menggantikan Daniel Craig.
Meski filmnya belum tayang karena sejumlah penangguhan akibat pandemi COVID-19, No Time to Die saya rasa tetap bakal kontroversial karena berkaitan dengan salah satu penulisnya yakni Phoebe Waller-Bridge.
Seperti yang pernah ditegaskan oleh Barbara Broccoli, bahwa karakter James Bond tetaplah seorang pria, tetap saja belum membuat tenang para penggemarnya.
Saat melihat cuplikannya, saya lebih memilih karakter May Day yang diperankan Grace Jones dalam A View to a Kill (1985).
Score: 2.5 / 4 stars
Walt Disney Studios Motion Pictures |
Bukan karakterisasi dalam film versi live-action-nya, melainkan ulah sang pemeran utama.
Liu Yifei secara kontroversial pernah mengatakan, bahwa ia mendukung kepolisian China saat melakukan penganiayaan terhadap para demonstran Hongkong.
Isu panas tersebut, mempengaruhi karirnya sekaligus promo film yang sempat viral dengan seruan boikot.
Selain itu pula Disney yang tampaknya tunduk terhadap China pun turut mendukung, setelah mereka melakukan syuting di wilayah Xinjiang yang terdapat kamp konsentrasi penindasan warga Uighur.
Hipokrasi Disney memang selalu eksis dan bakal terus ada.
Film Mulan sendiri ditambah dengan pandemi COVID-19 mengalami kerugian finansial dan inferior dibandingkan dengan keunggulan versi animasinya di tahun 1998 silam.
Score: 2.5 / 4 stars
Sony Pictures Releasing |
Ghostbusters versi 2016 mendapatkan “Dislike” 1,1 juta dibandingkan “Like” 316 ribu dalam cuplikan filmnya di YouTube.
Skor buruk dari audiens setelah filmnya tayang, jelas membuat aktris Leslie Jones gerah dan bahkan sineas Paul Fieg yang mendukungnya.
Mereka sama-sama penyerang penggemar melalui masing-masing akun Twitter dengan umpatan kasar.
Sebenarnya tidak salah jika mereka membuat versi perempuan, jika saja penyajian secara keseluruhan menarik, tetap kocak berkualitas, serta tidak ada politik identitas.
Hadirnya Bill Murray dan Dan Aykyord hanya sebagai cameo belaka tanpa melibatkan karakter orisinal mereka, juga memperburuk nilai filmnya itu sendiri.
Banyak hal yang dipaksakan dalam film ini, termasuk komedi dan humor garing serta efek visual yang mengganggu bagaikan film animasi.
Score: 0.5 / 4 stars
Walt Disney Studios Motion Pictures |
Boleh dikatakan sebagai warlaba terpopuler sepanjang masa, “Star Wars” bergema di seluruh dunia di setiap generasi dan berbagai rentang usia.
Banyak sekali hal yang terjadi sehingga trilogi sekuel versi Disney tersebut menjadi tanda tanya besar.
Mulai dari film pertama The Force Awakens (2015), hingga dampaknya pada film The Rise of Skywalker (2019).
The Last Jedi merupakan inkonsistensi Rian Johnson terhadap film pendahulu, figur Rey bagaikan Mary Sue serta “pembunuhan karakter” terhadap Luke Skywalker.
Berlaku juga pada figur Rose Tico dan Holdo, maka saya pun bahkan lupa setelah sesaat nonton filmnya, bahwa itu adalah “Star Wars”.
Buruknya kepemimpinan Kathleen Kennedy membuktikan bahwa mereka tidak memiliki konsep matang dalam mengembangkan trilogi Star Wars.
Mereka menyingkirkan ide yang ditawarkan George Lucas sendiri, sesuai dengan pengakuan Bob Iger.
Score: 0.5 / 4 stars
Sebelum melangkah menuju urutan nomor 1, terdapat sejumlah serial yang tak kalah kontroversialnya.
Supergirl (2015), atau juga Star-Trek: Discovery (2017) dan Dr. Who (2018) yang menukar gender dalam peran utama dari pria menjadi wanita.
Sedangkan serial Batwoman (2019) memiliki penilaian yang sangat rendah. Akahkah serial animasi Star Wars: High Republic (2021) akan mengalami hal yang sama?
Walt Disney Studios Motion Pictures |
Siapa yang tak kenal film ini, maupun pemeran utamanya yakni Queen Brie (maksudnya, Brie Larson).
Komentarnya menyerang para kritikus yang didominasi pria kulit putih yang subjektif dalam penilaian film.
Proteksi dilakukan oleh studio dan media hingga akhirnya kritik pun tunduk terhadapnya.
Hal itu terjadi mulai saat kampanye, hingga penayangan Captain Marvel yang berusaha keras untuk menggapai pendapatan tinggi.
Hingga waktu pun yang menentukan, yakni turunnya penilaian baik dari kritik maupun audiens.
Adapun kontroversi akan sejumlah kursi kosong di berbagai bioskop Amerika, menjadi salah satu faktor penentu bahwa Captain Marvel bakal terlupakan.
Sebaliknya, film tersebut memang sengaja ditempatkan sebagai jembatan menuju Avengers: Endgame, sehingga banyak penggemar yang penasaran.
Captain Marvel jelas terasa sangat membosankan dan hambar melalui karakterisasi dingin (hati, jiwa, emosi), anti-pria kulit putih, serta perubahan (gender, warna kulit, seksualitas) terhadap sumber aslinya yang terdapat dalam komik.
Score: 0 / 4 stars
Daripada dituduh sebagai seksis maupun misoginis oleh para SJW dan elit hiprokit, maka seperti yang pernah saya bahas sebelumnya, terdapat sejumlah karakter heroik wanita pilihan atau favorit saya.
Sejumlah filmnya menjadi rekomendasi serta pantas untuk dinikmati. Untuk lebih jelasnya silahkan klik artikel 10 Karakter Wanita Heroik dalam Film.
Itulah daftar sembilan film dalam sinema tentang karakter heroik wanita yang kontroversial di masa kini.
Comments
Post a Comment