Zack Snyder’s Justice League (2021): Versi Utuh Gabungan Superhero DC
Warner Bros Pictures, HBO Max |
Empat jam lamanya saya larut dalam narasi utuh Snyder akan saga petualangan enam superhero DC, maka versi dua jam yang saya saksikan di bioskop tahun 2017 silam itupun terasa menyakitkan!
Sinema superhero review Zack Snyder’s Justice League, film versi utuh gabungan Superhero DC.
Bagaikan menyusun ulang sebuah puzzle atau mengumpulkan kepingan yang berantakan, Zack Snyder’s Justice League mengobati kekecewaan terhadap versi 2017 lalu.
Film yang semula disebut Snyder's Cut tersebut merupakan bentuk kepedulian Warner Bros terhadap para penggemarnya.
Kebangkitan sejumlah film superhero DC ditandai dengan trilogi The Dark Knight-nya Christopher Nolan.
Lalu diikuti dengan arahan yang dilakukan Zack Snyder dalam Man of Steel (2013), hingga kesuksesan besar dari sineas lain melalui Wonder Woman (2017), Aquaman (2018) hingga Shazam! (2019).
Baca juga: Watchmen (2009): Superhero dan Politik
Meski film Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) mendapatkan kritik yang kurang memuaskan, Warner Bros tetap mengandalkan visi Snyder terhadap karakter superhero DC.
Musibah keluarga yang menimpa Snyder mengakibatkan ia mengundurkan diri dalam tahap pasca-produksi.
Hal itu diperparah dengan keputusan Warner Bros termasuk durasi tayang hanya dua jam, demi menekan biaya dan pemasukan bonus bagi para eksekutif itu, saat proses merger dengan AT&T.
Dibalik jadwal yang semakin sempit, Snyder digantikan Joss Whedon yang membuang sebagian besar jerih payah Snyder.
Whedon melakukan beberapa syuting tambahan serta proses edit ulang. Meski demikian, kredit sutradara tetap diberikan kepada Snyder.
Warner Bros Pictures, HBO Max |
Petisi dan gerakan #ReleaseTheSnyderCut yang dilakukan tak hanya oleh para penggemar saja, namun didukung oleh sejumlah kru film serta pelaku industri komik.
Gerakan tersebut mampu memotivasi Snyder sendiri, yang memang mengindikasikan versi karyanya yang tak terpakai oleh studio saat itu.
Atas persetujuan Warner Bros melalui seorang CEO baru, maka versi Snyder pun diproduksi dan dipoles sedemikian rupa, sehingga siap tayang.
Untung saja Warner Bros memiliki HBO Max, sehingga dalam masa pandemi COVID-19 ini, Zack Snyder’s Justice League dapat ditonton daring.
Film ini mengisahkan kematian Superman saat berhasil mengalahkan Doomsday dari film sebelumnya, yakni BvS.
Gaung kematiannya mengakibatkan tiga kotak misterius yang disebut Mother Box bereaksi, yang masing-masing terletak di Amazon, Atlantis, serta di Bumi.
Hal itu pula yang mengakibatkan munculnya Steppenwolf (Ciarán Hinds) yang mengabdi pada Darkseid (Ray Porter) dengan Legiun Parademons.
Mereka berupaya menemukan serta menyatukan tiga Mother Box tersebut, guna membentuk kekuatan jahat tak terkalahkan yakni The Unity.
Setelah Steppenwolf berhasil mencuri Mother Box di Amazon, Queen Hippolyta (Connie Nielsen) segera memberitahukan kepada Diana Prince/Wonder Woman (Gal Gadot), melalui panah api.
Diana segera bertemu dengan Bruce Wayne/Batman (Ben Affleck) yang sedang membentuk tim superhero.
Baca juga: Wonder Woman 1984 (2020): Ilusi Semu dalam Era Nostalgia
Upaya Bruce dan Diana sempat mengalami jalan buntu, meski awalnya ditolak Arthur Curry/Aquaman (Jason Momoa) dan Victor Stone/Cyborg (Ray Fisher).
Mereka belum menyadari bahwa Mother Box bakal diambil oleh Steppenwolf, namun Barry Allen/The Flash (Ezra Miller) dengan antusias langsung bergabung dengan tim.
Warner Bros Pictures, HBO Max |
Setelah Stppenwolf berhasil merebut Mother Box di Atlantis, Arthur segera bergabung, sementara Victor yang turut bergabung termotivasi karena penculikan ayahnya oleh Steppenwolf.
Karena latar belakang Victor menjadi Cyborg, maka mereka berencana untuk menghidupkan kembali Superman melalui kekuatan Mother Box, meski peluang dan resiko yang ada sama besarnya.
Lalu mampukah Superman bisa bangkit seperti sedia kala atau malah menjadi jahat?
Bagaimana aksi para anggota Justice League dalam menghadapi Steppenwolf dan pasukannya yang ingin merebut Mother Box dari tangan Victor?
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa arahan Snyder terhadap karakterisasi para superhero DC memang lebih serius dan kelam.
Versi ini disajikan tajam dan dalam, terhadap narasi yang menyentuh sisi manusiawi maupun psikologi.
Tidak seperti versi 2017 yang ringan dan punya humor cringe alih-alih ingin seperti MCU dengan The Avengers-nya, Zack Snyder’s Justice League tampak memiliki pendekatan film Watchmen yang juga pernah digarap Snyder.
Terbagi dalam enam bagian cerita, tampaknya Snyder sengaja memberikan sedikit jeda dari durasi selama empat jam tersebut.
Masih dalam premis yang sama dengan versi 2017, namun versi Snyder jauh lebih kaya akan narasi seutuhnya.
Film ini bertutur seadanya, tanpa memanfaatkan tambahan cerita versi Whedon yang memang terasa konyol dan tidak penting.
Pastinya dalam versi Synder ini, terdapat pengembangan masing-masing figur baik yang protagonis maupun antagonis.
Digambarkan begitu jelas hingga cukup terperinci, lengkap dengan sebagian daripada latar belakangnya.
Warner Bros Pictures, HBO Max |
Sepertinya sentralisasi figur protagonis bukan terletak pada inisiasi Batman atau bahkan Superman sebagai figur yang paling menentukan terhadap hasil akhirnya.
Akan tetapi kuncinya terletak pada Victor Stone/Cyborg yang memang telah terkoneksi dengan Mother Box.
Porsi cukup besar yang diberikan kepada figur tersebut, menekankan upaya rekonsiliasi hubungan sang ayah dengan putranya secara utuh dan emosional.
Figur yang tak kalah penting adalah Superman, sebagai pembuka cerita yang begitu menyentuh atas kematiannya, sehingga menimbulkan reaksi tiga Mother Box dan munculnya Steppenwolf.
Adegan tersebut dengan gamblang mengisyaratkan, bahwa superhero terkuat telah tiada, sehingga kekuatan jahat memiliki peluang untuk menghancurkan Bumi.
Versi Snyder mampu menjaga koneksi antara audiens dan penggemar dengan tetap menghadirkan Superman meski dengan cara yang membuat pilu atau tragedi.
Adapun pasca Superman dibangkitkan, alurnya tetap terjaga melalui proses adaptasi dan mencari tahu penyebab semua itu.
Warner Bros Pictures, HBO Max |
Seingat saya, perbedaan alur yang terjadi pada Bruce Wayne/Batman dengan inisiasi Bruce mengumpulkan para superhero membentuk Justice League, termasuk saat ia mengajak Arthur Curry..
Perbedaan dua versi tersebut masing-masing diatur sebelum dan setelah penyerangan Steppenwolf dalam menemukan Mother Box di Bumi.
Kisah yang terjadi dengan Barry Allen dalam rangka pengenalan figurnya dan hubungan dengan sang ayah terkait pekerjaannya, cukup menarik.
Sebagaimana juga petualangan Diana Prince dalam mencari tahu siapa yang mengincar Mother Box, serta motivasi Arthur setelah Mother Box dicuri di Atlantis, sama serunya.
Sedangkan di sisi antagonis, kini audiens mengetahui mengapa munculnya Steppenwolf dan yang tak kalah mengejutkannya yakni hadirnya figur Darkseid yang misterius.
Penyelesaian dalam pertarungan akhir antara Justice League dengan Steppenwolf dan pasukannya, jauh lebih baik dan intens dibandingkan versi 2017.
Ada satu figur superhero yang menjadi ‘bintang tamu’ secara tak terduga, baik dalam jalan cerita, maupun di akhir adegan.
Kemunculan singkat The Joker yang diperankan Jared Leto namun signifikan pengaruhnya, terdapat dalam sesi “Knightmre” yang impresif dan terkait dalam adegan mengejutkan berikutnya.
Warner Bros Pictures, HBO Max |
Desain Steppenwolf jauh lebih keren dan bagus dibandingkan versi 2017, sehingga terkesan lebih agresif dan mengancam.
Sedangkan Superman yang mengenakan kostum hitam, menjadi tanda tanya tersendiri tanpa penjelasan dalam filmnya.
Adegan aksi awal Barry Allen saat menyelamatkan seorang gadis serta lagu “Hallelujah” di kredit penutup, memiliki persamaan gaya dengan film Watchmen yang juga menggunakan lagu berjudul sama.
Begitu pula vokal dalam adegan penyerangan Steppenwolf di Amazon, tak kalah tragisnya.
Sementara adegan peperangan akbar antara gabungan para Dewa dengan legiun Darkseid disajikan lebih banyak dengan durasi lebih lama, sungguh terasa epik.
Sangat disayangkan, seharusnya versi utuh Snyder memang ditayangkan tahun 2017 silam dalam dua film bersambung, seperti halnya Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame.
Anehnya, belakangan ini situasinya mirip dengan Disney, karena Warner Bros malah menuding para penggemar film Zack Snyder’s Justice League sebagai toxic.
Apakah mungkin film Justice League bakal dilanjutkan oleh Warner Bros dengan kembali memakai Snyder? Saat ini sangat diragukan.
Demikian sinema superhero review Zack Snyder’s Justice League, film versi utuh gabungan Superhero DC.
Score: 3.5 / 4 stars (score versi 2017: 1 / 4 stars)
Zack Snyder’s Justice League | 2021 | Superhero, Aksi Laga | Pemain: Ben Affleck, Henry Cavill, Amy Adams, Gal Gadot, Ray Fisher, Jason Momoa, Ezra Miller, Ciarán Hinds, Willem Dafoe, Amber Heard, Jesse Eisenberg, Jeremy Irons, Diane Lane, Connie Nielsen, J.K. Simmons | Sutradara: Zack Snyder | Produser: Charles Roven, Deborah Snyder | Penulis: Berdasarkan karakter dari DC Comics. Chris Terrio, Zack Snyder, Will Beall | Musik: Tom Holkenborg | Sinematografi: Fabian Wagner | Distributor: HBO Max | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 242 Menit
Comments
Post a Comment