Snake Eyes: G.I. Joe Origins (2021), Dibutakan Dendam Masa Lalu
Paramount Pictures |
Sinema superhero review Snake Eyes: G.I. Joe Origins yang membuat figur utamanya dibutakan karena dendam masa lalu.
Waralaba G.I. Joe kembali hadir setelah sejumlah penundaan tayang akibat Pandemi COVID-19, berupa film lepas format live-action yakni Snake Eyes: G.I. Joe Origins, setelah G.I. Joe: The Rise of Cobra (2009) dan G.I. Joe: Retaliation (2013).
Lucunya, di tahun ini terdapat total tiga waralaba film yang berkenaan dengan aksi laga martial arts, yakni Mortal Kombat, lalu Snake Eyes dan segera menyusul bagian dari MCU yakni Shang-Chi: The Legend of the Ten Rings.
Film Snake Eyes merupakan sempalan atau spin-off dari waralaba G.I. Joe.
Film ini sekaligus menjadi sebuah reboot terhadap dua filmnya terdahulu, mungkin dengan maksud akan merealisasikan G.I. Joe Universe versi baru.
Snake Eyes dibintangi Henry Golding dan sejumlah kru yang tidak saya kenal, kecuali tentunya Iko Uwais dalam waralaba populer melalui peran yang cukup signifikan.
Baca juga: Crazy Rich Asian (2018): Kultur, Tradisi dan Harga Diri
Seorang bocah lelaki hidup dalam dendam membara, setelah sang ayah tewas dibunuh oleh orang tak dikenal dengan cara melempar permainan dadu.
Setelah dewasa, ia (Henry Golding) yang dipanggil “Snake Eyes” hidup menggelandang dan bertahan hidup sebagai petarung ilegal.
Adalah Kenta (Takehiro Hira), seorang Yakuza menawari pekerjaan bagi Snake Eyes karena ia sanggup menemukan orang yang telah membunuh ayahnya sekaligus membalaskan dendam masa lalunya.
Suatu hari ia diminta Kenta untuk membunuh seorang pengkhianat bernama Tommy (Andrew Koji), namun ditolaknya dan malah membantu Tommy melarikan diri dari kejaran kelompok Kenta.
Paramount Pictures |
Atas hutang nyawa kepada Snake Eyes, Tommy ternyata adalah calon pewaris dari Klan Arashikage, membawa Snake Eyes yang pingsan di dalam pesawat menuju kediamannya di Jepang.
Ia menaruh harapan besar kepada Snake Eyes sebagai seorang pejuang untuk menjadi bagian dari klan tersebut.
Namun hal itu ditentang oleh pemimpin keamanan yakni Akiko (Haruka Abe) yang tidak mempercayainya, sejak identitas Snake Eyes yang sulit untuk ditelusuri.
Munculnya kembali Kenta di Jepang adalah sebuah ancaman besar, sejak ia hendak mencuri benda keramat milik Klan Arashikage yakni “Jewel of the Sun” yang akan membawa malapetaka jika berada di tangan yang salah.
Sungguh aneh jika sosok figur Snake Eyes hasil kreasi Larry Hama tersebut, dikembangkan melalui kisah masa lalu yang menampakkan wajahnya dan bersuara sedikitpun.
Sepertinya klise bukan? Ya, karena tema balas dendam akan tragedi masa kanak-kanak dari figur utamanya.
Figurnya dalam film ini, begitu kesulitan untuk mencerna sebuah skenario besar akan dalang di balik layar yang hanya memanfaatkan dirinya semata.
Dalang tersebut memiliki tujuan untuk menguasai dunia, dengan menghancurkan nilai harga diri, kesetiaan, serta persaudaraan dalam Klan Arashikage.
Ia dibutakan atas dendam masa lalu. Performa Henry Golding tidaklah meyakinkan karena minimnya emosi.
Ditambah dengan naskah terhadap Snake Eyes yang selalu terobsesi terhadap pembunuh ayahnya, sehingga ego besar itu pun mejadikan dirinya seperti orang bodoh yang mau dimanfaatkan pihak jahat.
Malah figur Tommy yang diperankan Andrew Koji terasa lebih impresif dan kuat, sebagai karakter yang awalnya misterius dan sulit ditebak.
Ia merupakan seseorang yang patut diberikan simpati karena ambisi positifnya terhadap Klan Arashikage, namun terkadang emosi besar membutakan dirinya melalui cara yang salah.
Paramount Pictures |
Sejumlah figur pendukung seperti Hard Master yang diperankan Iko Uwais cukup menarik perhatian terutama melalui laga beladiri yang ia pertunjukkan.
Begitu pula dengan Blind Master, hingga beberapa figur kejutan lainnya.
Gaya sorotan kamera di setiap adegan laga, sangat mengganggu dan tidak enak dilihat, sehingga bikin pusing kepala karena pergerakkan dan arahnya yang tak karuan.
Sementara dalam tahapan akhir pelatihan Snake Eyes saat menghadapi sesuatu yang mengerikan, memperparah keadaan karena saya anggap terlalu jauh menuju fantasi.
Setting lokasi akan lingkungan markas Klan Arashikage khas Jepang, terutama di area taman, serta suasana di beberapa distrik Kota Tokyo seperti Sibuya, secara kontras sangat mendukung cerita film ini.
Saya lebih memilih aksi Snake Eyes dan Storm Shadow dalam pertarungan mereka satu-sama lain dalam dua film G.I. Joe sebelumnya, mengingat di film ini disajikan kurang memicu adrenalin, maka terkesan agak hambar.
Snake Eyes secara keseluruhan tidak menjadikannya lebih baik daripada The Rise of Cobra dan Retaliation.
Film ini berakhir sebagai film medioker yang lebih baik meyaksikan aksi figur utamanya secara misterius.
Itulah sinema superhero review Snake Eyes: G.I. Joe Origins yang membuat figur utamanya dibutakan karena dendam masa lalu.
Score: 2 / 4 stars
Snake Eyes: G.I. Joe Origins | 2021 | Aksi Laga, Superhero | Pemain: Henry Golding, Andrew Koji, Úrsula Corberó, Samara Weaving, Uko Uwais | Sutradara: Robert Schwentke | Produser: Brian Goldner, Erik Howsam, Lorenzo Di Bonaventura | Penulis: Berdasarkan figurin G.I. Joe produksi Hasbro. Cerita dan Naskah: Evan Spiliotopoulos, Joe Shrapnel, Anna Waterhouse | Musik: Martin Todsharow | Sinematografi: Bojan Bazelli | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 121 Menit
Comments
Post a Comment