Tonton Enam Film ‘Mission: Impossible’ ini, Sebelum Tayang Sekuel Terbarunya
Paramount Pictures |
Sinema aksi laga, segera tonton enam film Mission: Impossible dalam review ini, sebelum tayang sekuel terbarunya.
Mission: Impossible adalah serial televisi favorit banyak orang, terutama di tanah air saat diputar melalui salah satu stasiun televisi swasta pertama.
Padahal serial tersebut telah eksis sejak tahun 1966 sebanyak total 7 Season hingga tahun 1973.
Premis utamanya yakni sekelompok agen rahasia IMF melakukan serangkaian aksi penuh “tipu daya” terhadap sejumlah target antagonis.
Audiens tentunya hafal dengan tema musik ikonik yang diaransemen oleh Lilo Schifrin tersebut.
Juga kepemimpinan figur Jim Phelps yang semula diisi oleh Dan Briggs, dengan anggota reguler yang paling populer seperti Cinnamon, Barney, Willy serta Rollin.
Serial terbaru Mission: Impossible di tahun 1988, kembali mengudara masih dipimpin oleh Jim Phelps yang sudah menua, namun hanya bertahan selama dua musim hingga tahun 1990.
Enam tahun kemudian, saya ingat betul saat itu sumber informasi sangat terbatas sehingga tidak mengetahui premis kontroversial film yang dibintangi Tom Cruise tersebut, sehingga saat menonton di bioskop membuat saya syok.
Kesuksesan komersialnya, mengakibatkan ambisi Cruise tetap melanjutkan waralaba itu hingga enam film yang telah dirilis, seri ke-7 sebentar lagi akan tayang dan seri ke-8 tampaknya telah disiapkan.
Berikut adalah ulasan singkat enam film Mission: Impossible versi Cruise sendiri yang fokus hanya kepada figur sentral Ethan Hunt seorang.
Paramount Pictures |
Mission: Impossible (1996)
Ethan Hunt (Tom Cruise) dalam pelariannya sebagai tersangka agen pengkhianat dalam tubuh IMF, sejak terjadi malapetaka yang menewaskan seluruh kru termasuk Jim Phelps (Jon Voight).
Ia menyadari bahwa misi tersebut adalah sebuah jebakan untuk mengetahui siapa sang pengkhianat IMF.
Berupaya untuk bersihkan namanya sekaligus mencari sosok pengkhianat yang menggunakan nama kode “Job 314”, Ethan bekerjasama dengan “Max” seorang kriminal penjual senjata.
Ia terkejut mengetahui bahwa istri Phelps yakni Claire (Emmanuelle Beart) masih hidup.
Bersama dengan Luther (Ving Rhames) dan Franz (Jean Reno), mereka membobol data NOC di markas CIA guna menemukan identitas sang pengkhianat.
Entah karena egoisme dan ambisi besar Cruise sebagai figur heroik Ethan Hunt, pastinya narasi film Mission: Impossible memang kontroversial dan tidak layak eksis, karena menghancurkan citra serial televisinya yang memiliki penggemar global.
Paramount Pictures |
Cruise memang terbukti semakin besar dan populer di era 90’an, sebagai aktor jaminan film blockbuster secara komersial, karena di satu sisi pun ia memiliki energi luar biasa dalam akting sebagai peran utamanya.
Kekuatan film ini juga ditunjang dengan kepiawaian Brian De Palma dalam spesialisasinya menyuguhkan tontonan yang menekankan elemen suspens thriller, terutama dalam sepertiga awal cerita film.
Adegan awal pasca kredit pembuka sungguh bergaya De Palma terutama di malam dingin yang berkabut.
Adegan selanjutnya dalam babak kedua yang dikenang tentu saja saat Ethan masuk ke dalam ruangan khusus data CIA dan sesekali diselingi humor segar.
Babak ketiga merupakan adegan laga yang enak untuk dinikmati, terutama aksi dalam kereta cepat Eropa TGV dengan helikopter.
Sejumlah objek menarik mengingat lokasi ceritanya pun bergantian antara Eropa Timur dan Barat hingga Amerika Serikat, menunjang eksotisme film ini meski tidak dominan.
Film Mission: Impossible perdana tersebut memang mengecewakan dari penceritaannya, meski mampu ditunjang oleh sejumlah aspek unggulan yang bersifat teknis.
Film yang sekarang sudah berstatus klasik, tapi tetap saja kontroversial dan sulit untuk diterima begitu saja.
Score: 2 / 4 stars
Paramount Pictures |
Mission: Impossible II (2000)
Ethan (Tom Cruise) kembali aktif sebagai agen IMF, ditugaskan untuk menghentikan aksi Sean (Dougray Scott) yang merampas Bellerophon sebagai penangkal virus Chimera dari tangan seorang ilmuwan.
Ethan kembali merekrut Luther (Ving Rhames), selain Billy (John Polson) dan juga seorang pencuri profesional bernama Nyah (Thandie Newton).
Keadaan menjadi runyam tatkala Ethan dan Nyah saling jatuh cinta, serta ia baru mengetahui bahwa Nyah adalah mantan kekasih Sean.
Film ini semakin hancur berantakan, berkat kontinuasi dengan memanfaatkan nama besar Mission: Impossible dalam mempertontonkan ‘kehebatan’ aksi solo heroik Ethan Hunt sang protagonis agen IMF.
Hal tersebut diperparah dengan kisah asmara dengan figur Nyah, melalui gaya menggelikan bagaikan film Bollywood atau klip video musik pop. Siapapun sang penulis cerita dan naskahnya, sangatlah buruk. dan mengerikan
Selain Cruise tentunya, pemilihan sineas Hongkong John Woo jelas mengarahkan waralaba tersebut menjadi aksi laga lebay sesekali diiringi gaya martial arts ala The Matrix (1999).
Visual adegan ala Woo sulit dinikmati, karena pergerakan sorotan kamera terlampau cepat dan diselingi slow-motion konyol, bergaya film laga Hongkong dan martial arts.
Durasi dua jam pun dirasa terlalu lama dan membosankan, karena film ini seharusnya menjadi entitas tersendiri, setidaknya bukan bagian dari Mission: Impossible-nya versi Cruise.
Score: 0 / 4 stars
Paramount Pictures |
Mission: Impossible III (2006)
Ethan (Tom Cruise) pensun dari tugas lapangan dan memilih untuk menjadi instruktur sekaligus mentor bagi para kandidat agen baru IMF.
Ia yang hidup bahagia dengan calon istrinya Julia, seketika diminta bantuan oleh bosnya, Musgrave (Billy Crudup) untuk membebaskan agen rekrutan Ethan, yakni Lindsey.
Musgrave telah memilihkan sebuah tim untuk Ethan yakni Declan (Jonatahn Rhys Meyers), Zhen (Maggie Q) serta tentu saja Luther (Ving Rhames), namun Lindsey terlanjur tewas saat akan dibebaskan.
Mereka pun lalu memburu dan menangkap dalang penculikan Lindsey, yakni Davian (Philip Seymour Hoffman) di Roma.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah konspirasi dalam upaya pembebasan Davian oleh sekelompok orang tak dikenal, sehingga balas dendam diantara keduanya pun terjadi.
Meski sudah terlanjur menjadi favorit sebagai film laga blockbuster versi tersendiri, premis film Mission: Impossible III lebih baik dari film sebelumnya.
Privasi kehidupan seorang Ethan Hunt kembali diusik dan dilibatkan secara emosional, bahkan dari awal adegan secara intens.
Maka dendam pribadi diantara kedua figur yang bertentangan tersebut menjadi momentum yang masih bersifat personal seperti film terdahulunya.
Pergerakan visual terhadap sorotan dari berbagai sudut yang seringakali memutar terhadap figurnya, dikombinasikan dengan pemanfaatan shaky camera, juga pewarnaan yang cenderung kuning atau pastel, sangat mengganggu di sepanjang cerita film.
Terkadang visual tersebut hanya sedikit lebih baik dari film terdahulu, setidaknya termasuk ceritanya juga ada 'penebusan dosa' atas kesalahan fatal sebelumnya.
Score: 1.5 / 4 stars
Paramount Pictures |
Mission: Impossoble - Ghost Protocol (2011)
Ethan (Tom Cruise) dibebaskan dari penjara di Rusia dan mendapat tugas untuk memburu seorang teroris dengan nama kode “Cobalt”, dengan melacak data melalui ruang arsip di Istana Kremlin.
Ia telah dipilihkan tim oleh IMF yakni Jane (Paula Patton) dan Benji (Simon Pegg) sejak mereka membebaskannya dari penjara.
Mendadak misi menjadi kacau saat ada pihak yang melakukan sabotase, lalu Ethan melarikan diri lalu bertemu dengan Sekretaris IMF.
Melalui agen Brandt (Jeremy Renner), diketahui bahwa Presiden Amerika menginisiasi “Ghost Protocol” dengan membubarkan IMF, namun Ethan tetap memburu Cobalt secara ‘kasat mata’.
Premis film Mission: Impossoble - Ghost Protocol semakin membaik dan terasa lebih dekat dengan film perdananya, yang mengutamakan misi itu sendiri, bukan hal yang personal dan lebay itu.
Paruh pertama mengesankan, mulai dari adegan di Kremlin hingga spektakulernya aksi laga di Burj Dubai yang mampu memberikan intensitas disertai thriller dan selingan humor segar.
Termasuk juga adegan pengelabuan terhadap Wistrom dan Moreau pun disajikan secara menarik satu-sama lain, dalam waktu yang bersamaan.
Hanya saja paruh kedua film ini sudah hilang daya tariknya, sejak cukup mudah untuk mengetahui apa yang bakal terjadi selanjutnya, kecuali pada adegan terakhir yang memberikan sebuah kejutan.
Gaya penyutradaraan Brad Bird sebagai debutnya patut diacungi jempol, terutama dalam menyajikan visual aksi laga thriller modern dengan stabilitas sorotan kamera yang enak dilihat.
Score: 2.5 / 4 stars
Paramount Pictures |
Mission: Impossible - Rogue Nation (2015)
Ethan (Tom Cruise) dimanipulasi dan diculik oleh organisasi teroris yang dinamakan Syndicate, namun berhasil dibebaskan oleh sosok wanita misterius bernama Ilsa (Rebecca Ferguson).
Sementara Direktur CIA Hunley (Alec Baldwin) meyakinkan Senat untuk membubarkan IMF karena melakukan serangkaian operasi dengan kerusakan parah.
Semnara itu, agen Brandt (Jeremy Renner) dan Benji (Simon Pegg) kini berada di bawah wewenang CIA.
Ethan yang menjadi buronan CIA sedang menyelidiki jaringan Syndicate, diam-diam meminta bantuan Benji menuju Austria, guna menangkap seseorang misterius yang ia yakini sebagai figur kunci.
Namun apa yang terjadi adalah usaha pembunuhan terhadap pejabat penting Austria, baik oleh kedua agen Syndicate, maupun Ilsa yang kembali muncul dalam upaya yang sama.
Tampaknya waralaba film ini mengalami peningkatan kualitas terhadap sekuel terbaru secara berturut-turut dan puncaknya ada di film ini,
Film Mission: Impossible - Rogue Nation semakin baik dari sisi cerita maupun sejumlah penyegaran akan karakterisasi, juga atmosfir suspens terhadap dunia intelijen yang penuh dengan manipulasi.
Aksi laganya pun yang masih bisa sedikit ditolerir, terutama dalam adegan pembuka yang dinilai cukup lebay, meski memang menjadi tipikal film laga modern umumnya.
Sutradara sekaligus salah satu penulis ceritanya, Christopher McQuarrie sungguh handal dalam mengeksekusi sebuah warlaba menjadi lebih baik menuju level yang lebih tinggi, terutama dalam menjaga stabilitas visual di setiap adegannya.
Score: 3 / 4 stars
Paramount Pictures |
Mission: Impossible - Fallout (2018)
Solomon Lane tertangkap, namun jaringan Syndicate berubah nama menjadi Apostles yang bekerjasama dengan nama kode “John Lark”, untuk menimbulkan teror dan kehancuran di seluruh dunia.
Ethan (Tom Cruise) bersama dengan Luther (Ving Rhames) dan Benji (Simon Pegg), ditugaskan IMF untuk membeli tiga plutonium kepada seorang pedagang senjata, sebelum didahului oleh Apostles.
Namun rupanya terjadi sabotase yang menyebabkan Luther diculik sehingga transaksi pun gagal. CIA yang selalu sinis terhadap IMF, menugaskan agen Walker (Henry Cavill) sebagai pengawas misi.
Misi mereka yakni menyamar sebagai “Lark” yang akan bertransaksi plutonium dengan penjual senjata bernama White Widow.
Situasi pun kian kompleks sejak kembali munculnya Ilsa (Rebbeca Ferguson) dalam sebuah insiden tewasnya “Lark” saat bertarung dengan Ethan dan Walker di Paris.
Penunjukkan sang penulis sekaligus sutradara McQuarrie memang tepat dalam melanjutkan sekuel yang dinilai semakin membaik setiap saat, termasuk di film ini meski durasi lebih dari dua jam dirasa terlampau lama.
Intrik karakterisasi dalam dunia intelijen begitu sekptis dan manipiulatif dalam sandiwara untuk mengecoh dan menjebak sang antagonis, sehingga esensi waralaba Mission: Impossible terasa cukup kuat.
Film Mission: Impossible - Fallout mampu menjaga keseimbangan berbagai aspek yang telah dicapai dalam film sebelumnya.
Hal itu mencakup laga sepektakuler, panorama yang menakjubkan, hingga selingan humor segar maupun sedikit elemen noir dalam beberapa adegan.
Hanya saja aksi laga dalam rangka penyelesaian akhir, dirasa terlalu berlebihan dan melelahkan demi mengulur waktu untuk memompa adrenalin yang super-intens.
Score: 3 / 4 stars
Itulah sinema aksi laga review enam film Mission: Impossible yang semakin menarik untuk ditonton, sebelum tayang sekuel terbarunya yang rencana dirilis tahun depan.
Comments
Post a Comment