Eternals (2021): Formula Baru MCU yang Bakal Terlupakan
Walt Disney Studios Motion Pictures |
Sinema superhero, review film Eternals yang tampaknya menggunakan formula baru dan mungkin bakal terlupakan, karena terkandung woke culture di dalamnya.
Tidak perlu memaksakan politik identitas dalam MCU, karena Eternals mengingatkan saya akan penggunaan formula gagal dan filmnya bakal terlupakan, mirip Captain Marvel (2019).
Baru saja dirilis, film Eternals langsung diserbu para penggemar MCU yang sebelumnya membombardir media sosial jaringan bioskop tanah air.
Semuanya berawal dari wokeness yang selalu diagungkan Disney, melalui hampir semua waralaba filmnya dengan mengkampanyekan ideologi Far Left.
Berkenaan dengan gender swap, feminisme modern, inklusivitas, serta LGBTQ, film Eternals dipaksa untuk mengikuti perkembangan gejolak sosial modern di Amerika.
Sang sutradara adalah Chloé Zhao, pemenang Oscar terkini, juga sebagai salah satu penulis naskah Eternals.
Eternals mengisahkan para alien yang memiliki kekuatan super disebut Eternals.
Mereka terdiri dari Sersi, Ikaris, Kingo, Sprite, Phastos, Makkari, Druig, Gilgamesh, Thena, yang dipimpin oleh Ajak.
Walt Disney Studios Motion Pictures |
Para Eternals diutus oleh Celestial Arishem menuju Bumi untuk membasmi sejumlah mahluk ganas yakni Deviant.
Saat mereka berhasil membunuh mahluk Deviant yang terakhir, terjadilah konflik diantara mereka karena perbedaan pandangan.
Akhirnya mereka berpencar, namun mahluk Deviant kembali hadir di dunia modern, sehingga mereka harus bersatu kembali.
Sesungguhnya premis Eternals memiliki potensi besar, berdasarkan alur cerita dan terdapat pelintiran mengejutkan.
Baca juga: Watchmen (2009): Superhero dan Politik
Hanya saja film ini terlalu lamban dan membosankan untuk diikuti dengan durasi sekira 2,5 jam itu.
Zhao boleh disimpulkan, meniru gaya Dennis Villeneuve, Ridley Scott, bahkan mungkin bagaikan menyaksikan superhero rasa Hamlet.
Walt Disney Studios Motion Pictures |
Maka hilanglah sudah formula MCU yang seharusnya sungguh menghibur bagaikan mengendarai theme park -meminjam istilah dari Martin Scorsese- malah terjerumus dalam kedataran.
Tidak ada gairah dan adrenalin pun tidak mampu terpompa dalam setiap adegannya, terutama aksi superhero versus villain-nya.
Figur utama Sersi yang diperankan Gemma Chan, awalnya memang memiliki pengembangan karakter, namun diselesaikan dengan buruk dalam babak ketiga.
Untung saja figur Kingo dan Gilgamesh yang masing-masing diperankan Kumail Nanjani serta Don Lee, sedikit menolong film ini melalui humornya.
Oh ya, serta intro yang diiringi lagu mahakarya grup Pink Floyd yakni "Time".
Efek visual film Eternals pun kurang enak dilihat, terlalu CGI dan terkesan murah untuk film sekelas Disney.
Film Eternals boleh dibilang gagal dalam mengisi posisi utama dalam MCU Fase IV, kalah kelas dengan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings.
Eternals yang menggunakan formula dan gaya baru ala SJW serta hal teknis yang tidak menarik sebagai film superhero, pastinya bakal terlupakan oleh saya pribadi.
Score: 0.5 / 4 stars
Eternals | Superhero | Pemain: Gemma Chan, Richard Madden, Kumail Nanjani, Lia McHugh, Brian Tyree Henry, Lauren Ridloff, Barry Keoghan, Don Lee, Angelina Jolie, Salma Hayek | Sutradara: Chloé Zhao | Produser: Kevin Feige, Nate Moore | Penulis: Berdasarkan karakter karya Jack Kirby. Dikembangkan oleh Ruan Firpo dan Kaz Firpo. Naskah: Chloé Zhao, Patrick Burleigh | Musik: Ramin Djawadi | Sinematografi: Ben Davis | Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 157 menit
Comments
Post a Comment