Prey (2022): Prekuel Predator Layak Tonton
Hulu, Disney+ |
Sinema aksi laga fiksi ilmiah review Prey, prekuel film Predator yang layak tonton.
Banyak isu beredar di media sosial, bahwa dugaan film Prey mengandung pesan yang bersifat WOKE.
Sejak Disney mengakuisisi 20th Century Fox, otomatis waralaba film Predator menjadi salah satu aset nya.
Saat ini Disney melalui sejumlah anak perusahaan nya gemar merilis sejumlah film WOKE yang kontroversial.
Berbagai waralaba berhasil "dihancurkan" Disney, termasuk menyerang penggemarnya sendiri.
Waralaba Predator pun tak luput dari hal tersebut, meski hanya dugaan saja. Mengapa hal itu terjadi?
Ada dua kemungkinan, yang pertama yakni teknik pemasaran yang buruk, lalu kedua mungkin saja penyajian trailer yang kurang baik.
Baca juga: 4 Film Predator yang Wajib Anda Ketahui
Premis film Prey merupakan prekuel dengan latar belakang era kolonisasi di Amerika.
Prey disutradarai Dan Trachtenberg yang dikenal melalui film 10 CLoverfield Lane (2016).
Sedangkan jajaran pemeran film Prey, didominasi aktor/aktris keturunan Indian, termasuk Amber Midthunder.
Anehnya, Prey dirilis melalui media streaming kepunyaan Disney, yakni Hulu dan Disney+, bukan di bioskop.
Entah apa yang ada di benak para eksekutif 20th Century Studios padahal punya potensi besar.
Mereka terkesan sepertinya kurang serius terhadap pengembangan waralaba Predator.
Prey mendapatkan apresiasi tinggi dari kritikus, seiring dengan penilaian baik dari audiens.
Film ini mengisahkan di daratan Amerika tahun 1719 dalam komunitas suku Comanche.
Adalah Naru (Amber Midthunder) seorang gadis yang dilatih untuk menyembuhkan orang yang luka.
Namun Naru memiliki ambisi sebagai pejuang handal seperti kakak kandungnya, yakni Taabe (Dakota Beavers).
Taabe menilai Naru bahwa dirinya belum siap menjadi petarung dan pemburu, meski memiliki potensi sebagai pelacak jejak.
Hulu, Disney+ |
Suatu hari, datang pesawat yang mendaratkan mahluk Predator dari luar angkasa.
Sang Predator mulai melakukan aksi perburuan terhadap binatang dan manusia.
Selain ada komunitas Comanche di area tersebut, terdapat pula pos koloni dari Perancis yang sedang berburu binatang.
Naru menjadi saksi hidup, bagaimana ia mampu melacak aksi sang Predator, dan mempelajari nya.
Sementara ia dan Taabe akhirnya harus menghadapi sang Predaot dan orang-orang Perancis tersebut.
Premis Prey memang menarik, sebagai film prekuel dari Predator (1987) dengan latar belakang era kolonisasi di Amerika.
Atmosfir dan ambience yang dibangun mulai dari awal hingga akhir cerita Prey, sungguh impresif.
Suasana di jaman itu dalam komunitas Comanche yang hidup di pedalaman dan terisolasi, memang menarik.
Mereka berupaya menghadapi teror sang Predator, sekaligus beringas nya para koloni Perancis.
Arahan Dan Trachtenberg di film ini terasa solid dan mengundang rasa yang pas dalam suasana mencekam.
Visual film Prey juga menakjubkan melalui latar berupa landskap dan pemandangan wilderness khas Amerika.
Aksi brutal dan berdarah seperti halnya dalam warlaaba Predator, disajikan dengan pas.
Namun disayangkan, untuk efek spesial film ini kurang sempurna, terutama adegan saat pesawat mendaratkan sang Predator.
Hulu, Disney+ |
Atau pula dalam adegan saat Predator bertarung dengan seekor beruang ganas yang hendak mengejar Naru.
Terpenting dan paling krusial adalah karakterisasi figur utama yakni Naru yang diperankan Amber Midthunder.
Ternyata Prey memiliki pengembangan karakter dalam diri Naru, sehingga tidak sepenuhnya bersifat WOKE.
Meski ada beberapa adegan berlebihan, terutama aksi Naru dalam bertarung.
Namun demikian, character arc dalam diri Naru diperlihatkan cukup pantas dan bisa diterima, dalam pandangan saya.
Saya pun suka ikatan Naru dengan kakak nya, Taabe, melalui pasang-surut petualangan mereka.
Kekompakan mereka akhirnya terjadi saat menghadapi sang Predator menjelang akhir cerita.
Figur Naru dengan anjing setianya Sarii, sedikit mengingatkan saya akan karakterisasi Disney klasik seperti The Jungle Book ataupun Pocahontas.
Prey berupaya untuk mendekati nuansa yang senada dengan Predator (1987).
Hulu, Disney+ |
Film ini cenderung lebih menarik dan berwarna, meski kurang kompleks daripada Predators (2010).
Namun demikian, Prey tidak lebih baik daripada Predator 2 (1990) dan The Predator (2018).
Baca juga: The Predator (2018): Berusaha Kembali pada Orisinalitas
Pada akhirnya, film Prey mengulang kembali permainan sederhana tentang perburuan rutin sang Predator dalam hutan.
Suasana dan visualisasi latar film ini yang menjual serta membawa petulangan rasa baru dari waralaba Predator.
Prey tetap masih layak ditonton sebagai prekuel Predator yang memiliki kapasitas tersendiri.
Demikian sinema aksi laga fiksi ilmiah review Prey, prekuel film Predator yang layak tonton.
Score: 2.5 / 4 stars
Prey | 2022 | Aksi Laga, Fiksi Ilmiah | Pemain: Amber Midthunder, Dakota Beavers, Stormee Kipp, Michelle Thrush, Julian Black Antelope, Dane DiLiegro | Sutradara: Dan Trachtenberg | Produser: John Davis, Marty P. Ewing, Jhane Myers | Penulis: Berdasarkan karakter karya Jim Thomas dan John Thomas. Pengembangan cerita dan naskah: Patrick Aison, Dan Trachtenberg | Musik: Sarah Schachner | Sinematografi: Jeff Cutter | Distributor: Hulu, Disney+ | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 100 menit
Comments
Post a Comment