5 Film Komedi Petualangan Herbie Produksi Disney
Herbie adalah karakter antropomorfik rilisan Disney, berupa mobil Volkswagen Beetle keluaran tahun 1963 berwarna putih mutiara, dengan nomor balap “53”.
Baca juga: Bullitt (1968): Film Balapan Mobil Terbaik
Yang menarik adalah Disney mampu mewujudkannya ke dalam format live-action dengan menarik, bergaya kartun tipikal slapstick yang mampu mengocok perut audiens.
Masa kejayaan film live-action versi Disney memang terjadi di era 60’an dan 70’an dengan memproduksi sejumlah film komedi.
Ide film Herbie berdasarkan sebuah buku berjudul Car, Boy, Girl karya Gordon Bufford, lalu diadaptasi setelah disetujui langsung oleh Walt Disney yang terlanjur meninggal di tahun 1966.
Film yang berjudul Herbie: The Love Bug mengecap sukses, meski hanya berada di peringkat ke-2 tahun itu untuk Disney setelah film lainnya, Mary Poppins memimpin.
Terdapat sejumlah format dalam warlaba Herbie, termasuk versi animasi dan untuk konsumsi televisi, namun yang akan saya ulas hanya 5 film khusus layar lebar. Berikut ulasannya:
Buena Vista Distribution/Disney Pictures |
Jim Douglas (Dean Jones) adalah pembalap profesional yang sulit bersaing kembali dengan para pembalap yang berusia jauh lebih muda darinya.
Dalam keadaan tak menentu, Jim tak sengaja tertarik kepada seorang wanita yang merupakan asisten showroom otomotif bernama Carole (Michele Lee), pada saat ia menengok jendela display dan tertarik pada sebuah mobil sport.
Namun niat Jim ditolak mentah-mentah oleh sang pemilik showroom, Peter Throndyke (David Tomlinson) karena penawaran harga yang tidak pantas dengan nilai mobil tersebut.
Keesokan paginya, Jim tak menyadari bahwa mobil itu telah membuntutinya hingga ke rumah, sehingga membuat Peter melibatkan polisi dengan tuduhan pencurian mobil.
Betapa terkejutnya Jim tatkala sang mobil mendadak berinisiatif sendiri sehingga ia lepas kontrol.
Jim yang awalnya hendak mengembalikan mobil tersebut kepada Peter, mulai menyadari akan sesuatu yang istimewa akan mobilnya itu.
Herbie: The Love Bug sungguh menyajikan petualangan aksi komedi berkualitas dari Disney dari sejumlah aspek, terutama penceritaan dan karakterisasi, performa akting, aksi laga komedi slapstick serta efek spesial impresif.
Film ini mengangkat sebuah ikatan emosional dramatis antara dirinya dengan Herbie, meski Tennessee lebih dahulu memiliki koneksi dengan Herbie.
Menariknya, figur Jim sebagai protagonis sentral bukanlah tipe heroik yang stereotip, bahkan ia cenderung sinis sekaligus konyol pada mulanya.
Namun yang paling menarik justru ada dalam figur antagonis Peter yang diperankan sangat baik oleh David Tomlinson yang juga bermain dalam film Mary Poppins.
Sejumlah adegan balapan mobil memukau, bagaimana keterlibatan Herbie dalam berunjuk gigi di berbagai lintasan dan lokasi balapan maupun di jalanan kota, disajikan dengan kombinasi antara aksi nyata yang sesekali diselingi efek spesial fantastis.
Teknik manipulasi kamera terhadap berbagai pergerakan ala kartun pun mampu diwujudkan dengan solid, dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat itu.
Herbie: The Love Bug sangat menghibur, selain objek mobil VW Beetle yang ikonik, terdapat aksi balapan mobil yang cukup spektakuler disertai komedi slapstick yang meriah.
Score: 4 / 4 stars | Pemain: Dean Jones, Michele Lee, David Tomlinson, Buddy Hackett | Sutradara: Robert Stevenson | Produser: Bill Walsh | Penulis: Gordon Buford. Naskah: Bill Walsh, Don Da Gradi | Musik: George Bruns | Sinematografi: Edward Colman | Distributor: Buena Vista Distribution | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 108 menit
Bos pengembang properti Alonzo Hawk (Keenan Wynn) hendak membangun sebuah hotel megah.
Rumah tersebut juga dihuni oleh Nicole (Stefanie Powers) seorang pramugari, serta mobil VW Beetle “Herbie”, sebuah mesin jukebox dan kendaraan kabel yang dinamakan “Old No. 22”.
Tugas pertama Whitfield yakni membujuk Grandma segera menyetujui penjualan rumahnya, namun ditolak karena merupakan warisan mendiang suaminya, seorang petugas pemadam kebakaran.
Adapun Nicole yang tidak menyukai Hawk karena penggusuran tersebut, awalnya bersitegang dengan Whitfield.
Maka, melalui sejumlah aksi mengejutkan, pandangan Whitfiels berubah dan balik menentang pamannya sendiri.
Herbie Rides Again membawa kepada cerita baru, tanpa menghadirkan aksi balapan mobil nyata dan petualangan seru diantara para karakter utamanya.
Awalnya memang menarik, namun problema utama di film ini yakni kontinuitas cerita yang absurd: Kemanakah Jim Douglas? Mengapa Herbie kembali ke gedung tersebut tanpa Douglas?
Alih-alih menggunakan narasi baru, meski masih terkait dengan referensi yang merujuk pada Tennessee, tidak ada hal yang cukup menarik di film ini, selain aksi komedi yang kurang greget dan meriah.
Saya rasakan tidak ada energi nyata dan signifikan, terutama karakterisasi hambar dan standar, alur yang mudah ditebak dan klise, serta sejumlah adegan yang mudah terlupakan.
Begitu pula dengan sang antagonis Alonzo Hawk yang mengulangi kekejaman dan kelicikan yang sama dengan Peter Thorndyke di film terdahulu.
Score: 1.5 / 4 stars | Pemain: Helen Hayes, Ken Berry, Stefanie Powers, Keenan Wynn, John McIntire | Sutradara: Robert Stevenson | Produser: Bill Walsh | Berdasarkan karakter karya Gordon Buford. Naskah: Bill Walsh | Musik: George Bruns | Sinematografi: Frank V. Phillips | Distributor: Buena Vista Distribution | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 88 menit
12 tahun setelah peristiwa di film pertamanya, Jim Douglas (Dean Jones) bersama dengan mekaniknya, Wheely (Don Knotts) mengendarai Herbie.
Dalam sebuah pertemuan antar pembalap, tidak jauh dari lokasi tersebut ada gedung museum, dan dua orang pencuri yakni Max (Bernard Fox) dan Quincy (Roy Kinnear) berhasil menyelundupkan sebuah berlian.
Guna mencegah sang pencuri, semua orang yang berada di lokasi tersebut digeledah, setelah sebelumnya Max dan Quincy menyelundupkan berlian ke dalam tangki bensin Herbie.
Dalam ajang kualifikasi, tiba-tiba Herbie bertindak aneh, sejak mengganggu seorang pembalap bernama Diane (Julie Sommars) yang mengendarai mobil Lancia Scorpion.
Akibatnya, terjadi kesalahpahaman antara Jim dengan Diane, tensi meningkat lalu terjadilah gejolak hubungan diantara keduanya antara benci dan suka.
Film Herbie kembali dalam jalur yang tepat, menuju narasi esensial dalam sejumlah aksinya mengikuti perlombaan balap mobil sekaligus berhadapan dengan akivitas kriminal.
Melalui lokasi cerita di Perancis yang melibatkan pencurian berlian, serta figur konyol dari pihak kepolisian, mengingatkan saya akan waralaba film The Pink Panther melalui pendekatan yang berbeda.
Baca juga: 5 Jenis Film Klasik Balapan Mobil yang Menginspirasi
Meski menawarkan komedi dan aksi slapstick yang tidak sebaik film pertamanya, Herbie Goes to Monte Carlo memang mempunyai ikatan kuat antara Jim Douglas dengan Herbie.
Figur Tennessee digantikan oleh Wheely yang cukup meyakinkan kekonyolannya, tak lebih sebagai penggembira.
Sementara sang feminis Diane menjadi daya tarik sendiri, yang dimaksud yakni feminisme klasik, bukan feminisme modern dengan politik identitas.
Diane menuduh Jim sebagai seorang yang seksisme dan fanatik, akibat kesalahpahaman yang dilakukan Herbie.
Ada dua pihak antagonis, yakni duo pencuri konyol dengan seorang atasannya yang misterius, serta duo pembalap arogan, sehingga kompleksitas ceritanya semakin menarik.
Ditambah pula dengan latar keindahan pemandangan, baik sudut kota maupun alam khas Eropa, semakin menarik dalam film ini.
Score: 3 / 4 stars | Pemain: Dean Jones, Don Knotts, Julie Sommars, Jacques Marin, Roy Kinnear, Bernard Fox, Eric Braeden, Xavier Saint-Macary, Johnny Haymer | Sutradara: Vincent McEveety | Produser: Ron Miller | Berdasarkan karakter karya Gordon Buford. Naskah: Arthur Alsberg, Don Nelson | Musik: Frank De Vol | Sinematografi: Leonard J. South | Distributor: Buena Vista Distribution | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 104 menit
Buena Vista Distribution/Disney Pictures |
Herbie Goes Bananas (1980)
Mereka akhirnya menyadari setelah dompetnya hilang karena ulah pencopet cilik bernama Paco (Joaquin Garay III), yang juga mencopet sebuah dompet milik salah satu dari tiga penjahat yang hendak mencuri emas peninggalan Suku Inca.
Dalam kapal pesiar menuju Brasil, Pete dan D.J. bertemu dengan Aunt Louise (Cloris Leachman) yang sedang mencarikan jodoh untuk keponakannya, Melissa (Elyssa Davalos).
Namun petualangan mereka sesungguhnya terjadi, mulai saat Paco telah menyelinap ke dalam mobil setelah dikejar oleh tiga penjahat, kekacauan yang timbul akibat ulah Herbie.
Akibatnya Kapten Blythe (Harvey Korman) harus turun tangan, kembali berhadapan dengan tiga penjahat di Brasil.
Kembali ditinggalkan figur utamanya Jim Douglas, Herbie Goes Bananas tidak terlibat dalam aksi balapan mobil dan bahkan karakterisasi Herbie sendiri tampak tidak menunjukkan ikatan emosi Pete dan D.J. maupun Paco.
Adapun para pelaku protagonis dan antagonis juga tidak ada yang menarik, tak lebih hanya menampilkan sejumlah usaha komedi yang tidak mengundang tawa lebar bagi saya.
Banyak hal yang membosankan, aksi laga yang begitu standar serta tidak ada kejutan berarti, membuat film ini hanya untuk mengisi kekosongan sekuel belaka.
Score: 0.5 / 4 stars | Pemain: Cloris Leachman, Harvey Korman, Charles Martin Smith, Stephan W. Burns, John Vernon, Elyssa Davalos, Joaquin Garay III, Richard Jaeckel, Alex Rocco | Sutradara: Vincent McEveety | Produser: Kevin Corcoran, Ron Miller, Don Tait | Berdasarkan karakter karya Gordon Buford. Naskah: Don Tait | Musik: Frank De Vol | Sinematografi: Frank V. Phillips | Distributor: Buena Vista Distribution | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 98 menit
Buena Vista Distribution/Disney Pictures |
Maggie Peyton (Lindsay Lohan) adalah anak bungsu dari mantan pembalap Ray Peyton Sr. (Michael Keaton), yang kini menjadi manajer anak sulungnya Ray Peyton Jr. (Breckin Meyer) seorang pembalap NASCAR.
Setelah lulus kuliah sambil menunggu tiba pekerjaannya sebagai jurnalis, Maggie dibelikan mobil bekas oleh ayahnya di sebuah tempat penampungan mobil bekas.
Tanpa sengaja Herbie menarik perhatian Maggie untuk menjadi pemiliknya. Dalam kondisi setengah hati, Maggie pun memilih Herbie dengan pembelian harga murah.
Mereka menguji ketangguhan Herbie menuju sebuah tempat berkumpulnya para penggemar mobil untuk membeli suku cadang.
Merasa dipermalukan karena kalah dalam duel, Trip kembali menantang pengendara Herbie yang saat itu menggunakan helm dengan memakai nama “Maxx” untuk kembali adu balap, dengan taruhan mobil masing-masing milik mereka.
Maggie yang tergoda dengan Pontiac GTO yang dikendarai Trip, diperkenankan oleh Trip untuk uji coba, sehari sebelum adu balap dimulai.
Sementara ayah Maggie tidak mengetahui bahwa dirinya kembali adu balap mobil, sejak dilarang oleh ayahnya.
Dalam rentang waktu yang lama, dihitung pada film format bioskop sejak tahun 1980, kali ini sekuelnya masih menyajikan genre aksi laga komedi, dengan pendekatan yang lebih realistis ketimbang bergaya slapstick atau kartun.
Hal tersebut berkenaan dengan figur yang diperankan Lohan sebagai anak muda yang baru lulus kuliah, dengan citra film Disney romansa ala remaja, salah satunya Mean Girls (2004).
Selain itu pula didukung oleh Justin Long yang memiliki karakterisasi tipikal yang sama, juga Michael Keaton yang berperan sebagai figur ayah dengan tampilan medioker.
Gaya komedi tanggung di film ini memang kurang terasa, telebih minimnya aksi slapstick yang ada, hanya saja efek antropomorfik Herbie lebih hidup dan reaktif, sejak teknologi CGI sudah tidak asing lagi saat itu.
Herbie: Fully Loaded berada di jaman yang lebih modern yang selera audiens dalam generasi yang lebih baru, cenderung lebih memiliki selera humor yang berbeda.
Keunggulan film ini adalah aspek hubungan keluarga dalam ikatan emosional yang lebih nyata.
Soundtrack sejumlah lagu seperti “Jump”-nya Van Halen, “Hello”-nya Lionel Richie, maupun sejumlah lagu cover seperti “Born to be Wild” serta “More than a Feeling”, turut mewarnai sejumlah aksi Herbie dalam berbagai adegan seru.
Film ini meski tidak sebaik film Herbie: Love Bug dan Herbie Goes to Monte Carlo, namun mampu memberikan gaya baru yang masih relevan.
Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Lindsey Lohan, Justin Long, Breckin Meyer, Matt Dillon, Michael Keaton | Sutradara: Angela Robinson | Produser: Robert Simonds | Berdasarkan karakter karya Gordon Buford. Naskah: Thomas Lennon, Robert Ben Garant, Alfred Gough, Miles Millar | Musik: Mark Mothersbaugh | Sinematografi: Greg Gardiner | Distributor: Buena Vista Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 101 menit
Comments
Post a Comment