4 Film Mad Max Ini Wajib Anda Tonton
Warner Bros Pictures |
Sinema aksi laga review empat film Mad Max yang wajib anda tonton.
Waralaba film Mad Max merupakan aksi laga fiksi ilmiah dengan latar distopia futuristik atau disebut post-apocalypstic.
Mad Max adalah hasil kreasi Byron Kennedy, selain George Miller sekaligus sebagai sutradarai total empat film nya.
Film Mad Max (1979) memiliki rekor sebagai film dengan profit tertinggi dari biaya yang dikeluarkan.
Film tersebut merubah peta perfilman Australia menjadi salah satu bagian dari Australian New Wave sekaligus membuat nama Mel Gibson populer.
Sekuel nya Mad Max 2 (1981) atau The Road Warrior di Amerika meledak secara global, lalu ditutup dengan Mad Max Beyond Thunderdome (1985).
30 tahun kemudian saat Mel Gibson sudah terlanjur tua sebagai Max Rockatansky, maka film nya “dikunjungi kembali” oleh George Miller.
Film Mad Max: Fury Road, akhirnya diperankan Tom Hardy, meledak dalam box office sekaligus meraih piala Oscar dalam kategori teknis.
Kabarnya film spin-off yakni Furiosa akan tayang pada tahun 2024.
Berikut adalah ulasan empat film Mad Max yang secara kronologis alur ceritanya berada di film pertama dan kedua, sedangkan kisah dua film berikutnya berdiri sendiri:
Warner Bros Pictures |
Mad Max (1979)
Di masa depan, Australia mengalami periode distopia saat terjadinya krisis hukum dan sosial yang kolaps dengan meningkatnya kriminalitas.
Suatu hari, kesatuan patroli lalu lintas MFP mengejar Nightrider yang membunuh polisi.
Max Rockatansky (Mel Gibson) sebagai seorang penyergap, mampu mengejarnya hingga hampir tertangkap, namun sebuah insiden menewaskan Nightrider.
Keesokan harinya geng motor yang dipimpin Toecutter (HughKeays-Byrne) dan Bubba Zanetti, hendak menjemput Nightrider yang kemudian diketahui telah tewas.
Mereka yang sempat membunuh seorang pemuda dan memperkosa kekasihnya, meninggalkan salah satu agngotanya yakni Johnny the Boy.
Ia segera ditangkap oleh rekan Max yakni Goose (Steve Bisley).
Karena dalam persidangan tidak ada yang hadir sebagai korban maupun saksi, maka Johnny dibebaskan.
Geng Toecutter melakukan balas dendam terhadap Goose hingga dirinya terbakar dalam kondisi kritis.
Sedangkan Max sendiri mengalami guncangan jiwa mengetahui hal tersebut.
Atas saran atasannya, ia berlibur bersama istri dan anaknya, namun geng tersebut kembali berbuat ulah.
Warner Bros Pictures |
Atas kematian istri dan anaknya itulah, membakar amarah Max untuk kemudian memburu geng brutal tersebut hingga tuntas.
Mad Max adalah salah satu film paling efektif sepanjang masa, dalam perwujudan genre aksi laga fiksi ilmiah yang idealnya butuh biaya besar.
Narasi futuristik distopia yang membentuk tatanan masyarakat yang tidak biasa di film ini, menggunakan sejumlah setting tertentu guna menekan biaya.
Hal tersebut diwujudkan dalam latar di area rural dan pinggiran kota dengan memanfaatkan bangunan bekas atau gudang, area pemukiman, komersial, serta jalan tol pedesaan.
Atmosfir adanya isolasi dan ketidakpastian serta tentu saja rasa tidak aman, begitu kuat dalam Mad Max.
Adanya kehadiran berbagai geng atau kelompok kriminal yang semakin menjadi, tampak sulit diimbangi dengan alat penegak hukum yang ada.
George Miller dengan cermat merealisasikan hal tersebut, dengan mengakali setting waktu di masa depan, menghindari sejumlah kemajuan teknologi canggih.
Warner Bros Pictures |
Dibandingkan dengan tiga film berikutnya, film ini masih menyajikan penceritaan yang didasarkan pada kehidupan keluarga dari figur utama Max Rockatansky.
Intrik yang dibangun pun secara perlahan, mengisyaratkan pergumulan batinnya secara psikologis atas aksi kriminal kejam, terutama yang menimpa pada diri Goose.
Sosok Max semula enggan bertindak sebagai vigilante di babak ketiga cerita, sebuah pemicu besar akibat kehilangan istri dan anaknya akibat ulah geng kriminal.
Film ini pula masih menekankan drama kehidupan Max dalam keluarga, maupun dalam pekerjaannya sebagai polisi.
Sebuah situasi yang aneh, bagaimana alat penegak hukum yang digambarkan dalam film ini yang disebut Main Force Patrol (MFP) sepertinya terpinggirkan.
Markas mereka berupa bangunan bekas seperti gudang, serta berpakaian dengan gaya sadomasokis berbahan kulit terutama pada figur Labatouche sebagai sang pemimpin.
Namun yang paling mengesankan tentu saja unit mobil Ford Falcon berwarna kuning “Pursuit” dan “Interceptor”.
Selain itu ada mobil ikonik berwarna hitam “The Last Interceptor”, hasil modifikasi dari Ford Falcon GT351 yang dipakai figur Max dalam aksi pamungkasnya.
Belum lagi objek sepeda motor yang dipakai oleh figur Goose serta geng kriminal yang dipimpin Toecutter, yang mengandalkan kecepatan melaju.
Warner Bros Pictures |
Sebagai salah satu film kejar-kejaran mobil terbaik bersama dengan tiga sekuelnya, semua adegan laga di jalanan tersebut begitu mengesankan.
Kepiawaian Miller bekerjasama dengan sang sinematografer, memperlihatkan sejumlah aksi berbahaya yang terasa begitu natural tanpa efek CGI tentunya.
Film Mad Max boleh dikatakan sebagai satir terhadap sosial masyarakat terkait dengan krisis energi dan minyak di era 70’an.
Maka timbullah kekhawatiran jatuhnya ekonomi dunia, yang bisa menyebabkan kekacauan dalam merubah perilaku manusia kembali ke jaman barbar.
Gaya sikap dan penuturan para kru geng kriminal yang dipimpin Toecutter, terasa mirip dalam film A Clockwork Orange (1971), memiliki kesamaan dalam narasi distopia di masa depan.
Mad Max merupakan film perdana yang wajib anda tonton sebagai permulaan yang menjadi pembeda terhadap tiga film selanjutnya.
Score: 3.5 / 4 stars | Pemain: Mel Gibson, Joanne Samuel, Hugh Keays-Byrne, Steve Bisley, Tim Burns, Roger Ward | Sutradara: George Miller | Produser: Byron Kennedy | Penulis: Byron Kennedy, George Miller. Naskah: James McCausland, George Miller | Musik: Brian May | Sinematografi: David Eggby | Distributor: Roadshow Film Distributors (Australia), Warner Bros Pictures (Internasional), American International Pictures (Amerika Serikat) | Negara: Australia | Durasi: 93 Menit
Warner Bros Pictures |
Mad Max 2 (The Road Warrior) (1981)
Krisis minyak semakin parah, mengakibatkan peperangan global sudah tak terbendung lagi, sehingga menciptakan dunia post-apocalyptic yang liar dan barbar.
Tatanan sosial masyarakat hidup berkelompok dan mengembara, termasuk semakin banyaknya geng kriminal kejam.
Setelah Max (Mel Gibson) yang mengendarai mobil V-8 Pursuit Special berhasil menewaskan serangan geng, ia kesulitan mengambil bahan bakar dari sebuah truk yang terbengkalai.
Kemudian ia bertemu dengan seorang pilot pengembara (Bruce Spence), menginformasikan dirinya kepada komunitas yang menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar.
Dari sebuah pengamatan, mereka mengetahui bahwa geng kriminal pimpinan Lord Humungus (Kjell Nilsson) kerap mengganggu komunitas tersebut.
Niatan geng tersebut terhalang barikade dari markas komunitas untuk perlindungan diri.
Warner Bros Pictures |
Max pun mengambil peluang saat sepasang pria dan wanita dari komunitas tersebut melarikan diri namun dikejar oleh geng tersebut.
Wanita tersebut tewas dibunuh setelah diperkosa, sementara si pria dalam kondisi babak belur segera ditolong Max untuk kemudian membawa nya menuju komunitas itu.
Sempat dicurigai sebagai salah satu anggota geng, Max akhirnya bersepakat dengan pimpinan komunitas yakni Papagallo (Mike Preston).
Tugas Max yakni membawa truk yang ia hampiri sebelumnya, dengan syarat ia mendapatkan jatah bahan bakar.
Saat ia berhasil membawa truk, geng Humungus mengejarnya namun tak berhasil.
Mereka memberikan waktu satu hari untuk menyerahkan bahan bakar dan akan mengampuni nyawa komunitas.
Max yang telah sepakat bersikukuh untuk pergi meski komunitas memintanya untuk tinggal dan melawan Humungus.
Lalu situasi semakin memanas setelah terjadi perselisihan dalam komunitas.
Narasi Mad Max dalam kronologi waktu pasca peperangan besar, mengakibatkan periode post-apocalyptic yang semakin kejam dan kembali menuju awal peradaban manusia.
Klise memang, terutama mengambil lokasi yang tak jauh dari area rural serta padang gurun gersang.
Kisahnya sarat akan sejumlah komunitas tersendiri, baik yang beradab maupun yang biadab layaknya geng kriminal seperti dalam sejumlah film aksi laga sejenis.
Warner Bros Pictures |
Pengembara sekaligus petarung individu seperti Max Rockatansky mungkin menjadi salah satu figur yang berada di masa nya dalam era tertentu.
Mengingat dalam narasi nya di Australia, berada dalam kehancuran dunia secara global.
Pengembangan karakter Max Rockatansky pun berubah radikal akibat masa lalu yang tragis dan suram, amarah serta dendam juga trauma mendalam.
Max sulit bersosialisasi dan selalu skeptis dengan komunitas atau individu yang beradab.
Karakter anti-hero melekat pada dirinya melalui egosentris akan kebutuhan bahan bakar dan menolak untuk bergabung dengan komunitas pimpinan Papagallo.
Maka pada satu momen tertentu, Max melakukan transformasi menjadi sosok heroik karena memang tidak ada pilihan.
Adapun figur Lord Humungus yang mengenakan topeng hoki es dengan rambutnya yang rontok nyaris botak mengingatkan saya akan figur Jason Voorhees.
Sedangkan figur yang diketahui bernama Kapten Gyro dengan helikopter sederhananya, sungguh menjadi pembeda di film ini.
Warner Bros Pictures |
Jika dalam film Mad Max geng antagonis menggunakan motor, kini berbagai modifikasi terhadap objek mobil pun semakin variatif layaknya kendaraan untuk darurat kombatan.
Aksi laga kejar-kejaran kendaraan itu pun semakin masif, menggila serta dahsyat di film ini.
Puncak aksi laganya tentu saja hadir dalam babak ketiga selama lima belas menit terakhir yan menggenjot adrenalin dengan oktan tinggi.
Sajian utamanya yakni aksi Max mengendarai sebuah truk dengan muatan bahan bakar yang diincar geng Humungus dan serangan masif pun dilancarkan.
Aksi laga dengan porsi yang lebih besar dan fantastis, intensitas lebih terasa mendebarkan.
Karakteriasi yang lebih kuat membuat Mad Max 2 atau The Road Warrior lebih superior sebagai sekuel terbaik.
Score: 4 / 4 stars | Pemain: Mel Gibson, Bruce Spence, Mike Preston, Max Phipps, Vernon Wells, Emil Minty, Kjell Nilsson, Virginia Hey, William Zappa | Sutradara: George Miller | Produser: Byron Kennedy | Penulis: Berdasarkan karakter karya Byron Kennedy dan George Miller. Naskah: Terry Hayes, George Miller, Brian Hannant | Musik: Brian May | Sinematografi: Dean Semler | Distributor: Roadshow Film Distributors (Australia), Warner Bros Pictures (Internasional) | Negara: Australia | Durasi: 96 Menit
Warner Bros Pictures |
Mad Max Beyond Thunderdome (1985)
Dalam perjalanannya megembara melintasi padang gurun, Max Rockatansky (Mel Gibson) dirampok oleh seorang pilot bernama Jedediah (Bruce Spense).
Akibatnya ia harus berjalan kaki dan tiba di Bartertown yang berupaya mengembalikan peradaban maju.
Max harus berhadapan dengan sang penguasa sekaligus pendiri kota yakni Aunty Entity (Tina Turner).
Mereka melakukan negosiasi, yakni Entity yang akan memberikan fasilitas kepada Max dalam melanjutkan perjalanan, dengan sebuah misi.
Suplai listrik Bartertown tergantung pada sebuah area yang dikuasai Master-Blaster, seorang kerdil dengan penjaga bertubuh besar.
Mereka mempekerjakan banyak budak dalam mengolah kekayaan sumber alam dan kemudian berniat memberontak terhadap Entity.
Warner Bros Pictures |
Tugas Max yakni memprovokasi perpecahan antara Master dengan Blaster, sekaligus menantang Blaster di sebuah arena gladiator yang dinamakan Thunderdome.
Namun apa yang ia temukan dan alami selanjutnya tidak sesederhana itu.
Sekuel Mad Max kali ini berbeda dari biasanya, cenderung lebih menekan petualangan variatif melalui salah satu aksi pertarungan ala gladiator.
Penceritaannya lebih kompleks, seiring dengan perkembangan kembali peradaban yang hilang akibat peperangan global.
Namun sayangnya elemen aksi laga mendebarkan dan intensitas akan keseruan terasa jauh lebih ringan.
Adapun penggambaran aksi kekerasannya jauh berkurang, sehingga menjenuhkan. Atmosfir yang hadir pun lebih suram.
Warner Bros Pictures |
Lucunya, figur sang pilot Jedediah kembali diperankan Bruce Spence sebagai karakter yang berbeda dengan Kapten Gyro dalam film sebelumnya.
Meski demikian, performa penyanyi rock legendaris Tina Turner bermian cukup impresif dan berkarisma.
Adegan pengejaran menjelang akhir di film ini juga menarik meski tidak sebagus The Road Warrior.
Mad Max Beyond Thunderdome adalah sekuel yang sepertinya tetap menjadi medioker, terjebak dalam gaya peradaban post-apocalyptic ala padang gurun.
Score: 2 / 4 stars | Pemain: Mel Gibson, Tina Turner, Bruce Spence, Adam Cockburn, Frank Thring, Angelo Rossitto, Paul Larsson | Sutradara: George Miller, George Ogilvie | Produser: George Miller | Penulis: Berdasarkan karakter karya Byron Kennedy dan George Miller. Naskah: Terry Hayes, George Miller | Musik: Maurrice Jarre | Sinematografi: Dean Semler | Distributor: Roadshow Film Distributors (Australia), Warner Bros Pictures (Internasional) | Negara: Australia | Durasi: 107 Menit
Warner Bros Pictures |
Mad Max: Fury Road (2015)
Dalam periode yang sama dengan film The Road Warrior, ada sebuah area subur di tengah padang gurun gersang yakni Citadel.
Area tersebut dikuasai oleh pemimpin kejam yakni Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne) dengan pasukan yang disebut War Boys.
Suatu hari di saat Max (Tom Hardy) tertangkap dan disandera oleh mereka.
Sementara seorang letnan Joe yakni Imperator Furiosa (Charlize Theron), ditugaskan membawa sebuah truk untuk mendapatkan amunisi dan bahan bakar.
Warner Bros Pictures |
Mengetahui bahwa Furiosa membelot menuju arah yang berlainan, Joe dan pasukannya memburu mereka.
Adapun Max yang menjadi tawanan, berfungsi sebagai pendonor darah yang ditansfusikan kepada anggota War Boys yang membutuhkannya, yakni Nux (Nicholas Hoult).
Badai pasir menghambat pengejaran yang dilakukan kelompok Joe, sementara Max yang masih terikat rantai dengan Nux, berupaya melarika diri.
Ia yang berkonfrontasi dengan Furiosa mengetahui maksud dan tujuan sebenarnya.
Dalam keadaan terjepit oleh pengejaran Joe, Max harus bekerjasama dengan Furiosa untuk mendapatkan bahan bakar dan amunisi serta mencapai area yang disebut “Green Place”.
Sempat mendapat status sebagai “Develoment Hell” sejak tahun 1987, akhirnya Miller merealisasikan film Mad Max terbaru yang seharusnya menjadi sekuel.
Warner Bros Pictures |
Mad Max: Fury Road secara teknis bisa disebut sebagai reboot atau versi tersendiri dengan tetap berpijak pada entitas dan orisinalitasnya.
Penceritaan di film ini menghadirkan dua figur protagonis heroik dominan, yakni Max Rockatansky dan figur yang membuat audiens penasaran dengan latar belakangnya yakni Furiosa.
Kolaborasi kedua figur tersebut terasa seimbang satu-sama lain, jadi tidak melulu fokus pada figur Max.
Karakterisasi Furiosa pun sungguh pas dan menarik, sebagaimana kemampuan seorang wanita tangguh yang memiliki emosi dan keterbatasan.
Ia ditopang oleh kemampuan figur Max yang melegenda. Figur Furiosa kini langka dalam perfilman Hollywood!
Selain Furiosa, figur Nux menjadi karakter kunci yang tak kalah menariknya, dalam transformasi akan tema penebusan melalui adegan yang dikenang menjelang akhir laga.
Warner Bros Pictures |
Sementara Immortan Joe kembali diperankan oleh Hugh Keays-Byrne yang pernah memerankan antagonis Toecutter di film Mad Max.
Khusus Max yang kini diperankan Tom Hardy, memang agak sulit untuk diterima sejak Mel Gibson yang tak tergantikan, meski akhirnya boleh juga.
Selama dua jam lamanya film Mad Max: Fury Road hampir tidak memberikan jeda akan aksi laga non-stop.
Adegannya penuh dengan intensitas yang memompa adrenalin tinggi akan pengejaran epik, terlebih di saat pihak protagonis harus melawan balik.
Bagaimanapun juga peran CGI di film ini tetap hadir meski dalam porsi kecil sebagai pemoles akhir.
Score: 3.5 / 4 stars | Pemain: Tom Hardy, Charlize Theron, Nicholas Hoult, Hugh Keays-Byrne, Rosie Huntington-Whiteley, Riley Keough, Zoë Kravitz, Abbey LeeCourtney Eaton | Sutradara: George Miller, George Ogilvie | Produser: Doug Mitchell, George Miller, PJ Voeten | Penulis: Berdasarkan karakter karya Byron Kennedy dan George Miller. Naskah: George Miller, Brendan McCarthy, Nico Lathouris | Musik: Junkie XL | Sinematografi: John Seale | Distributor: Village Roadshow Pictures (Australia), Warner Bros Pictures (Internasional) | Negara: Australia | Durasi: 120 Menit
Itulah sinema aksi laga review empat film Mad Max yang wajib anda tonton.
Comments
Post a Comment