The Color Purple (1985): Kontroversi Komunitas Kulit Hitam Amerika Menyentuh Hati
Warner Bros Pictures |
Sinema drama review The Color Purple tentang kontroversi komunitas kulit hitam Amerika yang menyentuh hati.
Kontroversi sekaligus menyentuh hati, eksploitasi drama komunitas kulit hitam Amerika dalam film The Color Purple.
The Color Purple adalah film drama disutradarai Steven Spielberg, adaptasi novel berjudul sama karya Alice Walker.
The Color Purple merupakan terobosan Steven Spielberg diluar film blockbuster laris, namun ada isu sensitif.
Meski kontroversial, The Color Purple mampu raih sukses, baik dari kritik maupun pendapatan dalam box office.
Tak kalah heboh, The Color Purple sempat masuk 11 nominasi Piala Oscar, namun tak satu pun memenangi nya.
Warner Bros Pictures |
Film ini menjadi ajang terobosan bagi aktris pendatang saat itu, seperti Whoopi Goldberg dan Porah Winfrey.
The Color Purple mengisahkan sekeluarga pada awal abad ke 20 tinggal di Georgia, Amerika.
Tanpa kehadiran sang ibu, Celie dan Nettie hidup bersama ayah mereka yaitu Papa Harris.
Cellie melahirkan seorang anak di usia belasan tahun, dari ayah nya sendiri yang kemudian hendak mengincar Nettie.
Anak Celie langsung diadopsi keluarga pendeta, agar sang ayah mendapatkan uang.
Suatu hari, seorang duda yaitu Albert Mister Johnson (Danny Glover) hendak minta restu Papa Harris agar Nettie menjadi istri nya, namun ditolak.
Malah Papa Harris menawarkan Celie sebagai ganti nya.
Celie pun dibawa pulang Albert, namun mendapatkan sejumlah perundungan dari anak-anak Albert.
Temu kangen, Nettie mengunjungi Celie dan menginap di rumah Albert. Ia tak lupa mengajari Celie mengeja kata-kata sambil membaca.
Albert yang menyukai Nettie suatu ketika hendak memperkosa nya, namun Nettie mampu menghindari nya.
Warner Bros Pictures |
Albert yang murka, lalu mengusir Nettie dan melarang selamanya untuk bertemu dengan Celie.
Nettie berjanji akan terus mengirimkan surat kepada Celie, dalam perpisahan suram mereka.
Waktu pun berlalu saat Celie dewasa (Whoopi Goldberg) sudah terbiasa hidup bersama keluarga Albert.
Diketahui, bahwa selama ini Albert selalu menyukai dan memuja seorang penari klub yaitu Shug Avery (Margaret Avery).
Sampai suatu malam, Shug dalam keadaan mabuk dibawa pulang Albert, namun akhir nya dirawat Celie.
Kisah Albert dengan Shug menjadi perbincangan negatif warga, terlebih ayah Shug seorang pendeta, tidak mau akui lagi putri nya itu.
Sementara, putra sulung Albert, yaitu Harpo (Willard Pugh) hendak menikahi Sofia (Oprah Winfrey), namun tidak memiliki hubungan baik dengan Albert.
Sofia adalah wanita dominan, sehingga Harpo dianggap lemah, seringkali melakukan konfrontasi dengan Albert.
Hubungan Harpo dengan Sofia tampak di ujung tanduk, namun perlahan hubungan persahabatan Celie dengan Shug semakin erat.
Warner Bros Pictures |
Hanya saja perangai buruk Albert terhadap Celie tidak berubah, karena masih dianggap rendah.
Awal cerita film The Color Purple sungguh mengejutkan, saat terdengar narasi yang disuarakan figur Nettie.
Tema tentang inses sang ayah terhadap putri nya sendiri sudah menjadi kontroversi besar.
Namun hal itu belum seberapa, jika tema itu ditambahkan dengan pedofilia yang dilakukan figur Albert terhadap Celie.
Dua aib tersebut mengarah kepada sisi antagonis untuk figur ayah dari Celie dan Nettie, dan juga untuk Albert.
Figur Albert sendiri dominan dalam The Color Purple, sebagai sosok seksis dalam kultur kuno patriarki awal abad 20.
Film The Color Purple tidak mungkin bisa dibuat pada masa kini, terlebih elemen eksploitasi terhadap komunitas kulit hitam Amerika.
Belum lagi figur Shug Avery sebagai pelakor bagi Albert, menambah rumit narasi cerita The Color Purple.
Warner Bros Pictures |
Shug memiliki ayah sebagai pendeta, terlalu kontras dengan dirinya yang dianggap hina dan tidak punya harga diri.
Inti cerita dalam The Color Purple adalah hubungan Celie dan Nettie yang terputus sekian lama sejak pra remaja.
Alur tersebut awal nya menjadi sajian utama film ini, hingga cerita beralih fokus kepada rumah tangga Celie dengan Albert.
Kehadiran Shug Avery dan Harpo dengan Sofia, turut mewarnai liku drama kompleks.
Mulai dari alur itu, ada peralihan yang semula tragis, intens, kelam, ada selingan tawa humor, sarkasme, kenikmatan, serta konflik meriah.
Steven Spielberg melalui naskah yang ditulis Menno Meyjes, mampu meramu drama dalam alur tersebut menjadi semakin menarik.
Rangkaian adegan melalui aksi dan dialog itu pun selalu menarik untuk diikuti setiap menit nya.
Banyak hal tak terduga, mulai dari apa yang terjadi dengan Sofia secara drastis, menjadi perhatian tersendiri.
Warner Bros Pictures |
Performa apik Oprah Winfrey sungguh mengagumkan dalam transformasi tragis, seketika karakter nya seakan mati.
Momen terbaik Celie pun akhir nya terjadi dalam adegan di meja makan, melalui transisi halus dialog menuju kepada aksi tak terduga.
Elemen feminisme dalam adegan tersebut itulah yang semesti nya ditekankan dalam film masa kini, tentu nya sesuai konteks berdasarkan premis cerita.
Figur Celie adalah sosok perempuan yang selalu tertindas, namun selalu punya hati yang besar.
Performa awal Whoopi Goldberg sebagai Celie itu pun menjadi pusat perhatian, baik terhadap dirinya maupun kepada figur lain.
Hal yang tak kalah mengejutkan, bagaimana perubahan karakter Shug Avery yang mulai erat dan akrab dengan Celie selanjut nya.
Adegan ambigu yang implisit itu, kian menambah rasa yang bercampur-aduk.
Performa Margaret Avery tak kalah mengkilap dan bersaing.
Warner Bros Pictures |
Lain halnya dengan performa Danny Glover yang dikenal melalui Lethal Weapon (1987), kini bakal kita benci sebagai Albert.
Namun demikian, ada sisi lain yang membuat figur nya tetap menarik untuk diikuti.
Albert harus berhadapan dengan penolakan dari Nettie di awal cerita, berujung pada tindakan kejam.
Ia juga tidak menyukai campur tangan sang ayah yang diperankan Adolph Caesar, dalam arti mereka berbeda pandangan.
Belum lagi kehadiran Shug Avery yang telah lama ia dambakan, tidak sesuai dengan realita selanjut nya.
Hampir semua figur utama dalam The Color Purple mengalami transformasi yang tak disangka, semua berujung kepada akhir cerita yang memuaskan.
Tema penebusan juga menjadi konklusi akhir The Color Purple, dari apa yang dihadapi para figur utama nya.
Dari semua kontroversi melalui konflik tragis dan kelam serta kejam, narasi The Color Purple fokus kepada unsur manusiawi karakter nya.
Warner Bros Pictures |
Alur film ini tidak mudah ditebak dan jauh dari klise, penuh kejutan sekaligus drama menyentuh hati.
Secara visual pun, berbagai latar menarik termasuk pengambilan sorot kamera, sudah tak asing lagi sebagai keunggulan Steven Spielberg.
Banyak hal yang ternilai fantastis dalam The Color Purple, semuanya lengkap dan patut diapresiasi.
The Color Purple adalah salah satu harta karun dari Steven Spielberg yang berada diluar jalur mainstream dalam perfilman modern.
Kontroversi melalui narasi komunitas kulit hitam Amerika dalam The Color Purple itu begitu menyentuh hati hingga akhir adegan.
Itulah sinema drama review The Color Purple tentang kontroversi komunitas kulit hitam Amerika yang menyentuh hati.
Scroe: 4 / 4 stars
The Color Purple | 1985 | Pemain: Danny Glover, Adolph Caesar, Margaret Avery, Rae Dawn Chong, Whoopi Goldberg, Oprah Winfrey, Adolph Caesar, Willard Pugh | Sutradara: Steven Spielberg | Produser: Kathleen Kennedy, Frank Marshall, Steven Spielberg, Quincy Jones | Penulis: Berdasarkan novel The Color Purple karya Alice Walker. Naskah: Menno Meyjes | Musik: Quincy Jones | Sinematografi: Allen Daviau | Penyunting: Michael Kahn | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 154 menit
Comments
Post a Comment