Double Review Godzilla 1954 dan Godzilla: Minus One
Toho |
Sinema fiksi ilmiah double review dua film Godzilla perdana tahun 1954 dan terbaru, Godzilla: Minus One.
Berikut review dua film Godzilla pertama dan terbaru, yaitu Godzilla tahun 1954 dan Godzilla: Minus One, produksi Jepang.
Godzilla adalah monster ikonik yang muncul perdana dalam film Godzilla produksi Jepang melalui Toho.
Film Godzilla adalah hasil karya Tomoyuki Tanaka yang menjadi produser film perdana tahun 1954.
Film dalam waralaba terbaru, Godzilla: Minus One merupakan salah satu yang terbaik dari pujian kritikus maupun audiens.
Dalam ajang Japanese Film Festival Indonesia 2024 yang berlangsung di CGV Grand Indonesia, tayang film Godzilla (1954) dan Godzilla: Minus One (2023) pada hari Sabut, 9 November 2024.
Toho |
Godzilla (1954)
Monster legendaris Jepang, Godzilla menyerang Kepulauan Odo, sehingga beberapa perwakilan warga meminta bantuan ke Tokyo.
Dr. Kyohei Yamane (Takashi Shimura) adalah seorang paleontologis yang memimpin tim investigasi dari Tokyo menuju Kepulauan Odo.
Bersama sang putri Yamame, yaitu Emiko (Momoko Kōchi) dan kekasih nya yaitu kapten kapal Hideto Ogata (Akira Takarada) yang tergabung dalam tim tersebut, kembali berhadapan dengan Godzilla.
Emiko sendiri memutuskan tunangan nya, ilmuwan Daisuke Serizawa (Akihiko Hirata) dengan memilih Ogata, namun belum direstui sang ayah.
Akhirnya pemerintah meminta agar monster Godzilla dibasmi dengan kekuatan militer, namun ditentang Dr. Yamame.
Toho |
Ia berargumen bahwa Godzilla tidak mempan dengan persenjataan militer dan harus diteliti terlebih dahulu sebelum dikalahkan.
Sebagai film kaiju dalam istilah dari Jepang atau film monster perdana, Godzilla merupakan terobosan awal melalui ide kreatif.
Sosok monster Godzilla dalam narasi film ini digambarkan sebagai binatang purbakala menyerupai brontosaurus yang bermutasi karena terkena radiasi bom atom.
Seperti halnya film King Kong produski tahun 1933, film Godzilla tahun 1954 adalah legendaris melalui keterbatasan teknik perfilman pada jaman nya.
Namun demikian, momentum Godzilla tahun 1954 merupakan revolusi tersendiri dalam puncak keemasan film Jepang saat itu.
Landasan film Godzilla tahun 1954 ini adalah drama dengan sentral dua figur sepasang kekasih, yaitu Ogata dan Emiko.
Toho |
Konflik dilematis Ogata yaitu berhadapan dengan Dr. Yamane, sedangkan pergumulan Emiko yaitu dengan Senzawayang telah direstui sang ayah.
Drama film Godzilla tahun 1954 inilah yang mampu menjadi tiitk seimbang dengan genre fiksi ilmiah tentang monster.
Cerita film ini memiliki latar belakang petualangan epik dan laga, saat para protagonis berhadapan dengan monster Godzilla.
Selain keterbatasan teknik efek spesial dan adegan aksi laga sang monster Godzilla, juga ada aspek dramatis yang dirasa lambat dan sedikit mengulur waktu.
Sejumlah adegan tampak terlalu dramatis, meski terkadang cukup meosioanl dengan sedikit bumbu humor segar dengan gaya klise.
Tapi bagaimana pun juga, film Godzilla tahun 1954 menjadi terobosan awal yang revolusioner sehingga menjadi waralaba global sejak Hollywood akhirnya adaptasi melalui sjeumlah film blockbustser.
Score: 3 / 4 stars
Godzilla | Pemain: Akira Takarada, Momoko Kōchi, Akihiko Hirata, Takashi Shimura | Sutradara: Ishirō Honda | Produser: Tomoyuki Tanaka | Penulis: Shigeru Kayama, Takeo Murata, Ishirō Honda | Musik: Akira Ifukube | Sinematografi: Masao Tamai | Penyunting: Taichi Taira | Distributor: Toho | Negara: Jepang | Durasi: 96 menit
Toho |
Godzilla: Minus One (2023)
Pada masa mnjelang akhir Perang Dunia II, seorang pilot bernama Shikishima (Ryunosuke Kamiki) melarikan diri dan mendara di Kepulauan Odo.
Tak lama kemudian, monster Godzilla menyerang Odo dan menewaskan seluruh prajurit Jepang, kecuali Shikishima dan seorang mekanik yaitu Tachibana (Munetaka Aoki).
Sepulang nya ke Tokyo yang luluh lantah, Shikishima menemukan kedua oragn tua nya tewas karena serangan bom Pihak Sekutu.
Suatu hari tak sengaja, ia berhadapan dengan Noriko (Minami Hamabe) yang membawa kabur seorang bayi.
Meski awalnya enggan, namun Shikishima menerima Noriko untuk tinggal bersama di rumah nya.
Waktu berjalan, sang bayi diberi nama Akiko yang sudah berusia tiga tahun dan Shikishima bekerja untuk membersihkan ranjau di perairan peninggalan masa perang.
Namun demikian, monster Godzilla kembali muncul untuk menyerang perairan Jepang, Shikisima dan kru kapal kesulitan mengalahkan monster tersebut.
Toho |
Sementara itu Noriko mulai bekerja di wilayah Ginza, dan disinyalir bahwa monster Godzilla kembali memasuki daratan Jepang menuju Tokyo.
Godzilla: Minus One adalah film terbaru waralaba Godzilla yang mengejutkan berada di atas ekspektasi banyak orang, termasuk saya.
Ada dua aspek utama film ini yang paling krusial dan memang jadi keunggulan tersendiri, selain karena perbedaan zaman untuk teknologi perfilman modern.
Aspek cerita Godzilla: Minus One sangat dalam dan juga filosofis.
Karakter figur sentral Shikishima bagaikan mengarungi nasib sebagai seorang yang merasa gagal namun beruntung tidak mati.
Shikishima adalah pilot pesawat tempur harakiri terhadap Pihak Sekutu musuh Jepang pada Perang Dunia II, dengan peluang hidup sangat kecil.
Dirinya sengaja melarikan diri menuju Kepulauan Odo, namun perang sesungguhnya yaitu menghadapi monster Godzilla.
Toho |
Babak pertama Godzilla: Minus One untuk aksi kedua Shikishima seharusnya menembaki Godzilla dengan pesawat, namun ia tidak sanggup melakukan nya.
Selanjutnya dalam babak kedua pasca perang saat ia bekerja, mampu menembaki monster Godzilla namun tidak mempan, akan tetapi beruntung ia bersama kru tidak mati, karena ada bantuan dari kapal destroyer.
Nah, dalam babak inilah Shikishima kembali diuji lebih berat saat monster Godzilla menghancurkan wilayah Ginza melalui sebuah pengorbanan tragis.
Itu baru awal kejatuhan kedua kali dirinya berhadapan dengan Godzilla yang superior.
Babak ketiga Godzilla: Minus One perlahan menuju puncak dramatis cerita yang tak kalah emosional tentang kebangkitan heroik penuh kejutan.
Adegan menuju ahir cerita pun muncul sebuah pelintiran besar yang saya yakini banyak penonton mengelurakan air mata.
Kedalaman cerita melalui alur solid yang dibangun dalam film ini sungguh dengan eksekusi cermat, berkat penulisan sang sutradara Takashi Yamazaki.
Ada sejumlah trik brilian untuk menyimpan kejutan dalam adegan selanjutnya, penuh drama dan tragedi, serta ikatan emosional kuat antar karakter figur.
Toho |
Seperti dalam film Godzilla perdana tahun 1954, Godzilla: Minus One dengan basis sama menggunakan narasi melalui narasi manusiawi dengan dialog mumpuni.
Aspek kedua film ini tentu saja visual yang fantastis, mulai dari tone warna hingga efek spesial yang sangat terperinci dan impresif.
Feel dan vibe terhadap atmosfir masa lalu Jepang era 1940'an juga sangat mendukung, serta berbagai efek CGI yang terlihat realistis.
Visual dalam Godzilla: Minus One adalah film yang tidak bisa dikalahkan dan bahkan disamakan Hollywood, wajar jika diganjar penghargaan Oscar.
Begitu pula dengan scoring yang terdengar beda secara signifikan daripada film barat dalam setiap adegan berdasarkan rasa dan emosi.
Godzilla: Minus One adalah film terbaik dalam waralaba 70 tahun sejak film perdana dirilis.
Score: 4 / 4 stars
Godzilla: Minus One | Pemain: Ryunosuke Kamiki, Minami Hamabe, Yuki Yamada, Munetaka Aoki, Hidetaka Yoshioka, Sakura Ando, Kuranosuke Sasaki | Sutradara: Takashi Yamazaki | Produser: Minami Ichikawa, Shūji Abe, Kenji Yamada, Kazuaki Kishida, Gō Abe, Keiichirō Moriya | Penulis: Berdasarkan karakter karya Tomoyuki Tanaka. Pengembangan cerita: Takashi Yamazaki | Musik: Naoki Satō | Sinematografi: Kōzō Shibasaki | Penyunting: Ryūji Miyajima | Distributor: Toho | Negara: Jepang | Durasi: 125 menit
Itulah sinema fiksi ilmiah double review dua film Godzilla perdana tahun 1954 dan terbaru, Godzilla: Minus One.
Comments
Post a Comment